Editorial
Memberi
Contoh Suka Membaca
Alangkah sulitnya menggerakkan
siswa untuk membaca (apalagi menulis atau membuat karangan) di era gadget sekarang. Keprihatinan ini tentu
tak hanya sekali kita dengar di kalangan guru. Di kalangan orang tua murid pun
terjadi. Ketika Bianglala mengobrol
dengan seorang ibu yang anaknya bersekolah di sebuah SMA di Yogya, ibu itu pun
berkeluh kesah yang sama, “anak saya tiga, laki-laki semua. Yang bungsu
sekarang sudah masuk SMA. Tapi mengajaknya untuk suka membaca, susahnya minta
ampun, maunya main game melulu,”
ungkap ibu yang juga pendidik itu.
Ajakan untuk senang
membaca buku pun dilontarkan oleh banyak pihak. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak tahun ajaran 2015/2016 mengembangkan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yakni setiap hari membaca 15 menit di sekolah. Sudah
banyak sekolah yang menjalankan kebijakan ini, termasuk sejumlah sekolah
Pangudi Luhur (baca Melongok, di
halaman lain di edisi ini).
Presiden
Joko Widodo juga turun tangan. Keprihatinan banyak pihak atas kemalasan pelajar
kita dalam membaca buku, ditanggapi Presiden dengan memberi contoh membeli
sejumlah buku saat kunjungan kerja ke Palangkaraya, beberapa waktu yang lalu.
Mengapa
membaca penting ? Mengapa penting membudayakan literasi di sekolah ?
Utama Peel di edisi ini mencoba
mengingatkan kita tentang arti penting “Membudayakan Literasi di Sekolah” .
Pentingnya literasi telah cukup lama menjadi perhatian United Nations
Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Dalam
pernyataannya tentang literasi dunia yang termuat pada Literacy for Life, UNESCO menyebut, literasi adalah hak dasar
manusia sebagai bagian esensial dari hak pendidikan. Terpenuhinya hak literasi
memungkinkan kita mengakses sains, pengetahuan teknologi, dan aturan hukum
serta mampu memanfaatkan kekayaan budaya dan daya guna media. Singkatnya,
literasi menjadi poros upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Karena itu, ia
merupakan sumbu pusaran pendidikan secara komprehensif.
Apa
yang bisa dimaknai dari pernyataan itu ?
Jelas,
peran sekolah menjadi pokok. Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu dan penanaman
nilai-nilai otomatis memiliki nilai strategis dalam membiasakan membaca. Kemampuan
berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca
yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan
reflektif. Gerakan literasi menjadi salah satu semangat dalam upaya mendukung
kemajuan dalam pendidikan secara holistik. GLS membiasakan peserta didik gemar
membaca berefek pada kepekaan, kritis, kemampuan menganalisis dan hanya
memerlukan sedikit sentuhan untuk lebih kreatif, inovatif dan mandiri. Akal dan
imajinasinya cepat beradaptasi dengan pemikiran baru dan lebih suka mencari
tantangan baru.
Tentu,
pihak sekolah dalam mengimplementasikan peran itu, tidak semudah membalik
telapak tangan. Kita semua tahu, dunia pendidikan kita masih dibelenggu oleh
aneka permasalahan. Dikaitkan dengan tuntutan penyediaan ragam
bacaan
bagi guru dan peserta didik agar dapat membaca setiap hari, imajinasi kita akan
langsung mengarah pada pengadaan perpustakaan, sementara data statistik
menunjukkan, hanya 5,7% sekolah di Indonesia dari jenjang pendidikan dasar
hingga sekolah menengah atas yang memiliki perpustakaan. Selain itu, penggunaan
5% dana bantuan operasional sekolah (BOS) masih berfokus pada pengadaan buku
teks pelajaran dan bukan pada buku bacaan yang mampu menumbuhkan minat baca
peserta didik.
Membudayakan
literasi di sekolah, haruslah menjadi komitmen bersama, terlebih di kalangan
pendidik di sekolah. Namun yang tak kalah penting, kita bisa terinspirasi
dengan gaya Presiden kita, Jokowi, yang mengajak rakyatnya untuk gemar membaca
dengan tidak banyak kata-kata. Datang dan beli buku, kemudian membacanya.
Memang,
jangan harap peserta didik kita suka membaca kalau pendidiknya saja tidak mampu
memberi contoh dengan suka membaca !
Warta PL Jakarta
Warta PL Kalimantan
Yosef Day dengan Aneka Kegiatan
Panen Daun Palma di SMA PL II Servasius
Minggu
Palma dalam gereja katholik selalu jatuh pada hari Minggu sebelum masa Paskah
sebagai pembuka Pekan Suci dan dimaknai masuknya Yesus Kristus ke kota suci
Yerusalaem. Sebelum sengsaraNya, Yesus dielu-elukan oleh masyarakat setempat
dengan daun palma. Menurut budaya setempat daun palma merupakan simbol kemenangan.
Kebiasaan
menggunakan daun palma ini membuat kita sebagai umat katholik selalu
membutuhkan daun palma untuk memeriahkan perarakan Yesus saat liturgi Minggu Palma.
Kita mengelu-elukan Yesus, kemudian
palma kita diberkati dengan air dan kita bawa pulang. Tidak selesai di situ,
daun palma kemudian kita pasang di kayu salib di rumah kita masing-masing.
Paroki Santo Servasius Kampung Sawah
Bekasi yang mempunyai umat sekitar 7000 orang, mengadakan Misa Minggu Palma 4
kali. Tentunya dalam misa itu dibutuhkan banyak daun palma untuk mendukung
liturgi. Banyak umat yang tidak mempunyai pohon palma sendiri. Gereja harus
menyediakan sarana liturgi ini. Untuk memenuhi kebutuhan daun palma ini Paroki
Santo Servasius mengajak sekolah-sekolah katholik di sekitarnya untuk membantu
penyediaan daun palma.
Salah satu
sekolah yang membantu gereja menyediakan daun palma adalah SMA Pangudi Luhur II
Servasius. Awalnya sekolah mengimbau siswa-siswinya untuk membawa daun palma,
dikumpulkan di sekolah kemudian diserahkan ke Paroki. Namun kadang daun-daun
palma yang terkumpul jumlahnya tidak banyak, karena baik dari pihak siswa
maupun guru jarang yang mempunyai pohon palma di rumah masing-masing.
Prihatin
dengan keadaan tersebut maka SMA PL II SERVASIUS mencoba membudidayakan daun
palma. Kegiatan ini dikomandani oleh Bapak Benedictus Triya Wasana sebagai Guru
Agama Katholik, budidaya ini sudah berlangsung sekitar dua tahun.
Pada awalnya pohon palma
berjumlah sekitar 100 pohon, ditanam di pot-pot di sepanjang teras
sekolah. Seiring berjalannya waktu,
pohon banyak yang mati karena terkena sinar matahari secara langsung. Hari Sabtu
8 April 2017, kami memanen daun palma itu. Ada banyak daun palma yang bisa
diambil untuk diserahkan ke Paroki. Ada kebanggaan tersendiri karena daun palma
yang kita serahkan ke paroki merupakan hasil panen sendiri.
Menanam pohon palma ini memang banyak manfaatnya
selain untuk mempercantik halaman sekolah, dapat pula diambil daunnya setiap
tahun, apalagi untuk merawat pohon palma ini harus rutin dipangkas daunnya.
Kita sebagai warga Pangudi
Luhur seluruh Indonesia bisa memulai menanam pohon palma. Tidaklah sulit
membudidayakan pohon palma, seperti di SMA PL II Servasius yang membudidayakan
pohon palma menggunakan pot. Jika pohon palma ditanam di pot maka perlu kita
siapkan bibit pohon, dimasukkan pot yang sudah diisi pasir, kerikil dan sekam
kayu. Dirawat dengan cara disiram air secukupnya, diberi pupuk kompos dan
selalu terkena matahari pagi.
Selamat membudidayakan pohon
palma dan tunggu panenannya. (Niluh
Sinayangsih)
Gudep
yang berpangkalan di SLB – B Pangudi Luhur Jakarta Barat merupakan satuan
pramuka yang sampai sekarang tetap aktif dalam berkegiatan. Untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-24
tahun ini, serangkaian acara diadakan di kampus yang
terletak di Kembangan ini. Acara itu mulai
dari Bazaar,
Rabu 8 Februari 2017, dan Perjusa (Perkemahan Jumat – Sabtu),
10 – 11 Maret 2017. Peserta terdiri dari Siaga, Penggalang, Penegak. Semua
peserta beserta
kakak-kakak pembina tampak
antusias mengikuti kegiatan tersebut.
Bazaar
pramuka kali ini bertujuan melatih anggota pramuka supaya bertanggung jawab dan
dapat mempraktikkan belanja sesuai dengan kebutuhan serta kondisi
keuangannya. Kupon wajib minimalnya adalah Rp 25.000,00. Disediakan stand-stand makanan (telur cutik, sosis
balut mie, sosis bakar, burger, popcorn, jagung manis, makanan ringan, pop mie,
pasta, spagetti dan gorengan), stand minuman (milo, orange, teh gopek, air
mineral, susu), stand permainan (gol-gol,lempar gelang, salto botol, kuis WTBM,
memancing ikan lele), stand aksesoris, dan stand
fotoboth. Harga berkisar antara Rp 2.000,00
sampai dengan Rp 8.000,00. Kegiatan
bazaar berjalan lancar dan semua makanan serta minuman laris manis.
Setelah
Bazaar dilanjutkan Perjusa dengan tema “Melalui Perkemahan Jumat Sabtu Gudep SLB B PL 2017, kita tingkatkan rasa
tanggung jawab dan percaya diri”. Bentuk kegiatannya yaitu upacara pembukaan
dan penutupan, wide game dan teknik
kepramukaan, api unggun, jurit malam dan pentas seni. Diadakan pula sosialisasi
tentang “Bahaya Narkoba” dari Polsek Kembangan. Anggota siaga, penggalang dan
penegak seluruhnya ada 230 siswa. Anggota pramuka dibagi dalam 10 kelompok
yaitu 5 kelompok putri dan 5 kelompok putra. Kelompok tersebut adalah Cut Nyak
Dien, Fatmawati, RA Kartini, Cut Mutia, Dewi Sartika, Moh Hatta, Ir Soekarno,
Yos Sudarso, Diponegoro dan Patimura.
Agenda
selanjutnya adalah Mugus (Musyawarah Gugus Depan), Sabtu 25 Maret 2017. Kegiatan demi kegiatan diharapkan
dapat memberikan pengalaman
dan meningkatkan nilai-nilai kepribadian, watak,
moral, disiplin serta tanggung jawab anggota pramuka. Semoga pada akhirnya
nanti, peserta didik anggota SGT (Siaga, Penggalang dan Penegak) dapat
mengembangkan fisik, mental dan sikap serta wawasan lingkungan untuk menyiapkan
diri dalam pembangunan di masa yang akan datang yang berorientasi pada rasa
cinta terhadap tanah air. (Theresia
Ayu Pratiwi)
SMA
PL Deltamas perankan Drama Visualisasi Jalan Salib
Beberapa
gereja menggelar prosesi visualisasi Jalan Salib atau disebut Tablo saat mengenang
kematian Yesus Kristus. Salah satu di antaranya, Gereja Paroki Ibu Teresa
Cikarang (PITC) yang berada di kawasan Lippo Cikarang, Jumat (14/4/2017). SMA
Pangudi Luhur Deltamas mendapat kesempatan untuk memvisualkan bagaimana kisah sengsara
Yesus Kristus yang diarak menuju bukit Golgota dengan memanggul salib.
Umat
menyaksikan prosesi acara ini dengan khidmat dan menghayati hingga beberapa terlihat
meneteskan air mata. Mereka mengikuti proses demi proses mulai dari Yesus difitnah
hingga wafat di kayu salib.
Tugas ini merupakan
suatu kehormatan bagi keluarga besar SMA PL Deltamas, Karena kami dapat mengajak
umat untuk mengingatkan serta merefleksikan diri kita terhadap Tuhan Yesus Kristus
yang saat itu menderita, hingga disalib untuk menebus dosa-dosa manusia.
Siraman
Rohani UNBK SMA PL II Servasius
Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK) merupakan salah satu
bentuk Ujian Nasional yang dilaksanakan di Indonesia dengan sistem
pengerjaannya menggunakan seperangkat komputer. UNBK mulai
diberlakukan tahun
2015 atau Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2014/2015.
SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi mulai mengikuti
UNBK tahun ini. UNBK merupakan program pemerintah dan semua sekolah di
tahun ini Wajib mengikutinya, dan
mengubah
sesuatu hal yang baru bagi SMA PL II Servasius.
UNBK
ternyata
membutuhkan persiapan yang sungguh luar biasa baik pikiran, tenaga terlebih
finansial. Disaat persiapan ada
suatu masalah yang sangat membingungkan bagi sekolah kami terlebih di sub rayon
4 Kota Bekasi, peserta UNBK di seluruh Kota Bekasi baik sekolah swasta maupun
negeri sejumlah 115 sekolah, ada 5 sekolah yang belum masuk daftar peserta UNBK
Propinsi Jawa Barat waktu itu termasuk SMA PL II Servasius Bekasi,
begitu paniknya kami terlebih Bruder Kepala sekolah.
Bruder Kepala Sekolah
mengurus ke sub rayon dan juga ke Dinas Propinsi Jawa Barat bersama dengan 3
SMA swasta di Bekasi akhirnya Puji Tuhan berhasil
sebagai peserta UNBK,segala persiapan dilakukan bersama termasuk
juga dari para dewan guru tak henti-hentinya memberi semangat
pada para siswa.
UNBK merupakan hal yang baru bagi para siswa-siswi
SMA PL II Servasius Bekasi, para siswa pun dengan
semangat mengikuti UNBK ini. Di samping
persiapan jasmani yang diberikan oleh para dewan guru persiapan rohani juga.
Kami persiapkan dengan
cara mengadakan Misa persiapan menghadapi UNBK. Misa dipimpin oleh Romo
Norbetus
Desiderius, OFMCap. Dalam khotbahnya Romo Desi
memberikan siraman rohani dengan
memacu semangat pada para siswa untuk tidak mudah mundur dalam perjuangan
menyelesaikan masalah. Kata-kata yang sangat menarik “Kalau berani jangan takut-takut,
kalau takut jangan berani-berani”, suatu pesan dari seorang romo yang
membuat siswa semakin berani menghadapi UNBK.
Setelah selesai pelaksanaan UNBK semua merasa
lega karena semuanya bisa berjalan lancar sesuai harapan, semua itu karena
pertolongan Tuhan yang sungguh kami rasakan di dalam kekuatiran dan
kebingungan ini dan akhirnya ada KEBAHAGIAAN yang boleh kita
rasakan dan kita nikmati bersama. Mari kita tunggu bersama hasil dari Ujian
Nasional Berbasis Komputer (UNBK) semoga menghasilkan yang terbaik untuk kita
semua. Amin
(Bagus
A.)
Warta PL Kalimantan
Rezky
Anthony, Duta Wisata Ketapang
Grand Final Pemilihan Duta
Pariwisata Kabupaten Ketapang berlangsung Sabtu 1 April 2017. Di babak final
ini SMA PL Santo Yohanes diwakili 3 putra dan 1 putri : Rezky Anthony, Wilson,
Khenie Agustian dan Meiditia Yoanesa Tia. Kegiatan yang digelar oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ketapang ini dibuka resmi Bupati Ketapang
yang diwakili Asisten III Setda Ketapang Drs Heronimus Tanam MM.
Pada Pemilihan
Duta Pariwisata Kabupaten Ketapang ini para peserta di adu bakatnya dan
berusaha mempromosikan berbagai wisata andalan yang ada di Kabupaten
Ketapang. Salah satu peserta dari SMA PL
Santo Yohanes, Rezky Anthony pada saat mempromosikan wisata Kabupaten Ketapang,
ia memilih Pulau Sawi. Karena menurut dia Pulau Sawi merupakan salah satu
destinasi wisata terbaik di Kabupaten Ketapang yang dapat dijangkau oleh
seluruh kalangan.
Pada saat
penentuan pemenang, para peserta terlihat gugup dan ternyata SMA PL Santo
Yohanes yang diwakilkan oleh Rezky Anthony berhasil menyabet gelar Duta Wisata
Kabupaten Ketapang Putra tahun 2017 dan Wilson yang menjadi runner-up 3 Duta Wisata Kabupaten
Ketapang Putra tahun 2017. Semoga hasil ini dapat membuat generasi muda di
Kabupaten Ketapang terutama di lingkungan SMA PL Santo Yohanes menjadi terpacu
untuk menjadi yang terbaik.
Warta PL Klaten
Promosi SMP PL Wedi lewat Lomba
Futsal
SMP Pangudi Luhur Wedi (Espaldi), Klaten, menggelar Lomba Futsal
“Espaldi Cup 2017” selama dua hari,
Kamis dan Jumat (23-24/3/ 2017). Lomba ini diikuti 12 tim dari 12 SD dari
Kecamatan Wedi, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Jogonalan dan Gantiwarno.
Kepala SMP PL Wedi, Bruder Yustinus Wahyu Bintarto FIC mengatakan,
Lomba Futsal ini bertujuan menjaga
kesehatan masyarakat dengan berolahraga, mengembangkan potensi siswa SD dalam olahraga futsal,
mengembangkan semangat berkompetisi secara sportif serta memupuk dan menjalin
relasi antar SD.
“Lomba futsal ini juga memperkenalkan SMP PL Wedi kepada
siswa SD sekaligus memberikan informasi PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru)
tahun pelajaran 2017/2018,” kata Bruder Wahyu.
Lomba Futsal berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.30 WIB
sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran di sekolah. Pertandingan memakai
sistem gugur. Lama pertandingan adalah 2 kali 10 menit dengan istirahat 5 menit.
Setelah melalui pertarungan sengit di babak penyisihan dan
semifinal, akhirnya, Juara 1, 2 dan 3 masing-masing diraih SDN 2 Merbung (Klaten
Selatan), SDN 1 Glodogan (Klaten Selatan), dan SDN 3 Glodogan (Klaten Selatan).
Para juara berhak menerima tropi, piagam, dan hadiah uang pembinaan dengan total
Rp 1 juta. (Yosef Bergas Rosarianto, Kelas
8B, SMP PL Wedi)
Retret Kelas IX SMP PL Wedi
Sebanyak 62 siswa Kelas IX SMP PL Santo Alfonsus Wedi,
Klaten, mengikuti Retret di Rumah Revolusi Mental, Mojogedang, Karanganyar, Jumat – Sabtu (17-18/2/ 2017). Kegiatan
pembinaan kepribadian dan rohani bagi siswa ini mengangkat tema “Ke manakah Aku
Melangkah?”
Kepala SMP PL Wedi Bruder Yustinus
Wahyu Bintarto FIC menjelaskan, retret ini bertujuan agar
siswa menyadari keberadaan
dirinya sebagai pribadi berpotensi dan memiliki talenta anugerah dari Tuhan, menyadari dirinya adalah pribadi berharga di
mataTuhan dan sesama serta merawat dan mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.
“Siswa juga diajak menyadari
keberadaannya sebagai remaja putra dan putri, dan mampu membuat
keputusan hidup yang tepat dalam pilihan studi lanjut serta bersyukur atas
anugerah hidupnya,” katanya.
Bruder Wahyu mengatakan,
narasumber retret adalah Bruder Antonius Teguh Nugroho FIC. Pada hari pertama diisi pembukaan,
perkenalan, pemberian materi (empat sesi), outbond,
dan diakhiri doa malam. Pada hari kedua
diisi olahraga, pemberian materi, refleksi, dan diakhiri perayaan Ekaristi.
Di awal materinya, Bruder Teguh menyampaikan
mengenai “I am a teenager”. Melalui
materi ini siswa diajak untuk menyadari, bahwa sebagai kaum muda, mereka mempunyai
kesempatan banyak untuk berkembang. Kemudian, Bruder Teguh menyampaikan materi
“My life my choice”. Dalam materi ini
Bruder mengarahkan anak-anak untuk bisa berkomitmen atas hidup dan pilihannya. Berikutnya
materi “Arah langkahku”. Lewat materi ini, anak-anak diharapkan mulai bisa
menentukan pilihan masa depannya.
Pada malam hari ada
rekonsiliasi. Dalam pengantar, Bruder Teguh sharing
pengalaman pribadinya lalu mengajak anak-anak mengambil inspirasi dari sebuah film
yang ditayangkan. Kemudian anak-anak diarahkan untuk menyadari peran penting
orangtua. Sebagai lambang bakti dan permohonan maaf pada orangtua, anak-anak melakukan
sungkem (sembah sujud) kepada
orangtua yang diwakili oleh Ibu Guru Titik dan Pak Guru Harjanto.
Di akhir kegiatan malam itu,
anak-anak membuat surat ungkapan kasih untuk orangtua masing-masing. Surat tersebut
akan diserahkan kepada orang tua mareka dengan bantuan pihak sekolah.
Bruder Wahyu menyatakan, sekolah perlu
memberikan layanan pendidikan secara khusus bagi siswa Kelas IX. Ini mengingat siswa Kelas
IX berada pada puncak belajar di SMP. Siswa
membutuhkan kesiapan secara matang dalam setiap pengambilan keputusan hidup,
seperti rencana belajar, mempersiapkan mengikuti ujian, memutuskan pilihan
studi lanjut, pertemanan, dan pemeliharaan iman.
Siswa Kelas IX SMP PL Wedi di“hypnotheraphy”
SMP PL Wedi, Klaten, melakukan pendampingan secara intensif
kepada murid Kelas IX yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN) 2017. Sebanyak 62
anak di hypnoteraphy oleh instruktur
dari Institusi Pengembangan Sumber Daya Manusia “Nawayaksa” Yogyakarta, AM
“Bebet” Darmawan pada Selasa (14/3/2017) di sekolah setempat.
Kepala SMP PL Wedi Bruder Yustinus Wahyu Bintarto FIC mengatakan,
tujuan pendampingan murid Kelas IX ini agar siswa siap mental menghadapi UN, mengubah
mindset siswa dari hal-hal yang
kurang positif menjadi positif, memotivasi siswa untuk persiapan ke jenjang
pendidikan selanjutnya dan memacu siswa agar bisa lebih berprestasi.
Pendampingan dengan model hypnoteraphy ini disambut baik oleh para siswa, mereka mengikuti pendampingan
ini hingga rampung. Dengan penuh semangat mereka mengikuti setiap sesi dan games yang dipandu oleh dua instruktur ini.
Dalam pendampingan ini, AM “Bebet” Darmawan bersama Tribroto
Nugroho menyampaikan materi seputar revolusi mindset anak. Mereka menggali berbagai potensi dan karakter yang
dimiliki anak. Keduanya juga berupaya mengetahui cita-cita dan harapan anak. Di
akhir sesi, kedua instruktur ini menguatkan motivasi dan semangat anak. “Aku
harus bisa!” teriak anak-anak.
Kegiatan hypnoteraphy
ini merupakan wujud bakti dan kepedulian dari lulusan (alumni) SMP PL Wedi tahun
1985 kepada almamater-nya. Bebet Darmawan dan kawan-kawan berkomitmen akan
terus membantu eks sekolahnya itu. Bahkan,
mereka berjanji ikut mendampingi anak-anak Kelas IX yang akan menempuh UN pada
setiap tahunnya dengan acara seperti hypnoteraphy
ini.
Terkait UN, sekolah telah melakukan berbagai persiapan, di antaranya
memberikan tambahan pelajaran (les), mengikuti simulasi UN, mengadakan try out (uji coba), dan kegiatan hypnoteraphy ini. Adapun mata pelajaran
yang akan diujikan adalah Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan
IPA.
“SMP PL Wedi siap melaksanakan Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK) tahun 2017 ini” ucap Bruder Yustinus Wahyu Bintarto, FIC. (Yosef
Bergas Rosarianto, Kelas 8B SMP PL Wedi)
Rekoleksi Kelas IX
SMP PL Bayat
SMP
PL “St Aloysius” Bayat (SpelBa)
mengadakan Rekoleksi bagi Kelas IX
di Rumah
Retret Panti Semedi, Sangkalputung, Klaten,
Jumat-Sabtu, 17-18 Maret 2017.
Tujuan kegiatan
ini untuk memberikan persiapan mental spiritual bagi siswa Kelas IX dalam menghadapi ujian
akhir, baik itu ujian sekolah maupun UASBN. Melalui
kegiatan ini diharapkan siswa memiliki
tanggung jawab yang lebih besar untuk mempersiapkan diri dengan belajar lebih
tekun dan tidak merasa takut menghadapi ujian akhir. Pemandu rekoleksi adalah Sr Siti Hasanah, OSU;
Sr. Justanti Rerawati, OSU; Ibu Erlyn Erawan dari
Surabaya, dan Bapak Retmono Adi dari Yogyakarta.
Rekoleksi kali ini dengan sistem psikodrama dan
bibliodrama. Para peserta diajak
memerankan atau memperagakan tokoh atau
karakter dalam kitab suci. Suster Siti mengajak peserta
merenungkan sekaligus memperagakan kisah
penciptaan. Ada yang mencoba menjadi Allah, manusia, tumbuhan, buah, akar,
bunga, hewan melata, burung, dan sebagainya. Ternyata, melalui bibliodrama ini
masing-masing peserta mau dan mampu melibatkan diri dengan penuh antusiasme.
Begitu juga dengan Bapak Retmono Adi dan Ibu
Erlyn yang sangat piawai dalam psikodrama,
kebetulan
keduanya adalah psikiater, mampu menggeret peserta didik untuk betul-betul menghayati setiap peran
yang dimainkannya. “Melalui psikodrama maupun bibliodrama, karakter, sikap dan
sifat dari setiap individu terwaca dengan cukup gamblang,” tegas Pak Didik,
sapaan akrab Pak Retmono Adi.
Hal yang menarik dari Rekoleksi ini adalah
ajakan Suster Justanti untuk para peserta agar menghargai makanan dan
minuman. Para peserta tidak dibolehkan menyisakan makanan, bahkan sebutir nasi sekalipun.
Para peserta menaatinya dengan penuh kesadaran bahwa dalam
setiap makanan yang dimakan itu ada hak untuk orang miskin. “Jika kita
menyisakan makanan, itu sama artinya dengan merampas hak orang miskin,” tandas
Sr Justanti OSU.
Di akhir rekoleksi, 48 siswa Kelas IX itu
diajak membuat target apa yang akan dilakukan setelah rekoleksi ini. Semoga
dengan rekoleksi ini para siswa semakin disadarkan akan tanggung jawabnya untuk
lulus dengan nilai yang membanggakan dan kelak menjadi insan yang berguna.
Hidup SpelBa! (Tim Jurnalistik “Aloy’s Post”SpelBa)
Hypnoteraphy untuk
Kelas IX SMP PL Bayat
SMP
PL “St Aloysius” Bayat (SpelBa)
memfasilitasi peserta didik, khususnya kelas IX,
yang akan
menghadapi ujian akhir dengan memberi pembekalan berupa
hypnoteraphy,
Sabtu 1
April 2017 pukul 08.00 – 12.45 di
aula Magna Gereja Paroki Bayat.
Pemandu
acara ini diambil dari Lembaga Nawayaksa Yogyakarta yang sangat berkompeten
dalam pendidikan dan pengembangan karakter yaitu Bapak Albertus Darmawan dan
Bapak Tri Broto Nugroho. Keduanya sanggup “menyihir” seluruh audience.
Pada kesempatan ini diundang pula orangtua wali
murid Kelas IX. Harapannya, muncul sinergi antara sekolah
dan orangtua dalam mendampingi peserta didik.
Keberhasilan
atau kesuksesan siswa tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah,
tapi juga keterlibatan orang tua di rumah.
Kedua pemandu menampilkan cukup banyak
permainan yang mengajak para peserta untuk mengalahkan pesimisme atau perasaan
negatif. Prinsip yang ditegaskan oleh kedua pemateri adalah “aku bisa, aku
harus bisa, dan aku pasti bisa.” Pada kesempatan itu, orang
tua dan
siswa diminta saling berpelukan memberikan spirit sekaligus dukungan moril bagi
anak-anak mereka yang akan menghadapi ujian akhir.
Tak lupa pada kesempatan itu,
pihak Sekolah melalui Bapak Purwana Yohanes SPd
menyampaikan syarat-syarat kelulusan dan juga harapan pihak sekolah
untuk orang tua wali murid agar mengawasi belajar anak di rumah serta
pergaulan anak di rumah atau masyarakat.Hidup SpelBa!
(Tim Jurnalistik “Aloy’s Post”SpelBa)
Try Out
SD dan Open House
di SMP PL Bayat
Dalam rangka PPDB
2017/2018, SMP PL “St Aloysius”
Bayat (SpelBa)
mengadakan kegiatan Try out (uji coba) untuk para
siswa SD se Kecamatan Bayat dan sekitarnya
sekaligus Open House, Minggu 2 April 2017 pukul
08.00 – 12.30 WIB. Try out ini
bekerjasama dengan Lembaga Bimbingan Belajar “Neutron” Yogyakarta. Try out diikuti 24 SD dengan jumlah
peserta 268 siswa.
Usai mengerjakan Try out, para peserta
diperkenalkan dengan kompleks SpelBa dan disuguhi berbagai macam
ketrampilan yang dimiliki oleh para siswa SpelBa antara lain, band, karawitan,
kulintang, tari tradisional, dan sebagainya.
Tujuan digelarnya Open House ini agar para peserta mengenal
SpelBa
lebih dekat dengan berbagai fasilitas, sarana prasarana, dan banyaknya
ekstrakurikuler yang dimilikinya, sehingga mereka tertarik untuk bergabung
menjadi murid di SpelBa.
“Sekolahnya bersih, rapi, dan nyaman,” kata
Hana, siswi dari SD N 1 Trotok, Wedi.
“Kakak-kakaknya pinter main band dan vokalisnya
keren-keren!” sergah Aditya, siswa dari SD N Tegalrejo, Gunungkidul.
Tak lupa pada akhir acara diumumkan 5 peringkat
teratas peraih nilai tertinggi pada Try out kali ini dan diberikan
hadiah yang menarik. Juara I, II dan III
masing-masing
diraih Andina Dias Surya (dari SD N 1 Paseban
Bayat), Vita Ariyani (SD N Pacing Wedi) dan Anggi
Clara Nurita (SD N 2 Banyuripan
Bayat).
Ayo adik-adik, gabung di SpelBa, dijamin tidak
kecewa deh! Hidup SpelBa! (Tim
Jurnalistik “Aloy’s Post”SpelBa)
Warta PL Muntilan
Workshop
Pembimbingan Karya Tulis para Guru Van Lith
Seluruh staf pendamping (guru)
SMA PL Van Lith mengikuti Workshop
Pembimbingan Karya Tulis, Kamis 6 April 2017, seusai pembelajaran, di ruang
pertemuan sekolah. Acara dipandu oleh Ibu Lisa Pendamping Matematika SMA Van
Lith, diawali sambutan singkat oleh
Kepala Sekolah Bruder Ag Giwal Santoso FIC.
Tiga dosen dari Universitas Atma
Jaya Yogyakarta sebagai narasumber yaitu Pak Lukas, Pak Anton dan Pak Angga. Yang
disebut terakhir adalah dosen termuda yang bertindak sebagai moderator, sedangkan
Pak Lukas dan Pak Anton memberikan pemahaman bagaimana membimbing karya tulis bagi
siswa-siswi SMA.
Pak Lukas menekankan supaya guru
dalam membimbing karya tulis lebih jeli dan cerdas guna menghindari para siswa menjadi plagiator alias copas (copy paste), terutama pada Dasar Teori
dan Pembahasan/Analisis Data. Generasi saat ini adalah generasi yang
diuntungkan dengan adanya teknologi internet. Mbah Google adalah area khusus dimana para pengguna begitu mudah memenuhi
hasrat dan kebutuhannya. Dua mata pedang teknologi, satu sisi mengembangkan
kualitas hidup manusia, satu sisi lagi menodai hal-hal mulia dalam diri manusia.
Akhirnya semua memang kembali pada bagaimana manusianya, di sinilah peran para pembimbing karya tulis
untuk meminimalisasi kejahatan dunia maya.
Para pembimbing supaya memiliki jurnal pembimbingan
yang antara lain berisi nama siswa, tanggal bimbingan dan materi apa yang
dikonsultasikan. Pak Anton menekankan, pembimbing karya tulis hanyalah fasilitator
yang bersifat konstruktif atau membangun karakter anak. Disarankan, untuk tidak
menjadi pembimbing yang instruktif, menekan apalagi menjatuhkan mental anak.
Bagaimanapun mereka masih remaja yang harus sebanyak-banyaknya dibimbing oleh
para guru.
Setelah 6 bulan berproses,
karya tulis para siswa Van Lith akan diuji secara lisan dengan 2 pendamping
(guru) sebagai penguji. Anak-anak harus mempertanggung jawabkan melalui presentasi
di hadapan para penguji. Bahkan ada yang sampai gemrobyos ketika kesulitan menjawab pertanyaan para penguji. Itulah
sekelumit dinamika tentang karya tulis/kartul di Van Lith. Semangat untuk para
pendamping yang akan membimbing dan menguji kartul siswa. (Nik)
Warta PL Semarang
Kemeriahan Pesta
Nama SMP PL Santo
Yusup
Sekitar 600 murid SD di seputar SMP PL Santo Yusup terlibat
dalam kemeriahan Pesta
Nama
Pelindung
Sekolah, 18 Maret 2017. Tiga macam lomba mengisi kegiatan yang sengaja
melibatkan banyak SD di
sekitar Bukit Semarang Baru (BSB)
: lomba
mata pelajaran, mewarnai wayang, dan menyalin Pitutur Jawa dalam Aksara Jawa. Tujuuan lomba agar para murid sejak dini “nguri-uri” nilai budaya. Selain itu, lomba mata pelajaran
menjadi media untuk penjajakan diri peserta dalam mempersiapkan ujian nasional. Antusiasme para siswa SD tampak dalam keterlibatan
mereka sejak pagi.
SMP PL St Yusuf mencoba membangun suasana
kekerabatan yang baik dengan para murid SD beserta orang tuanya. Berbagai hadiah
dibagikan. Game interaktif dibawakan
dengan menarik. Tampilan musik dari peserta lomba dan juga sajian keroncong
dari ekstrakurikuler sekolah serta grup dance
kelas VII ikut menyemarakkan acara.
Di
sudut lain, Galeri Siswa
menjadi sarana menunjukkan keterampilan para siswa. Semua kegiatan ini terpadu
menarik dan seimbang karena
melibatkan peserta lomba sekaligus para murid SMP PL Santo Yusup.
Pribadi Berkualitas
“Berkarya Bersama Mewujudkan Pribadi yang
Berkualitas dan Peduli” menjadi tema Pesta
Nama
ini. Tema ini diambil dari visi SMP PL Santo Yusup yang selalu digemakan setiap
pagi. Harapannya setiap siswa semakin mampu menjadi pribadi-pribadi berkualitas dan peduli terhadap sesama.
“Di
tengah gempuran sikap hedonisme yang menguasai anak muda sekarang, semoga tema ini tertanam di hati
para siswa,”
ujar Pak
Mulyadi selaku Ketua
Panitia.
Senin 20 Maret 2017 menjadi Puncak Acara Pesta Nama. Sejumlah tamu undangan hadir, di antaranya
Dewan
Pengurus
Komite,
para mantan
Kepala
Sekolah
SMP PL Santo Yusup, pensiunan guru dan karyawan, serta Kepala SD yang menjuarai perlombaan.
Rangkaian perayaan Pesta Nama dipungkasi dengan Ekaristi Syukur yang dipimpin oleh Romo
Eduardus Didik SJ. Dalam homilinya Rm Didik mengingatkan kembali tentang
spiritualitas Santo Yusup yaitu senantiasa bertumbuh menjadi pribadi yang
bertanggung jawab dan selalu berada dalam naungan Tuhan. Hal ini juga ditekankan oleh Pengurus Dewan Provinsial FIC, Bruder Albertus Suwarto FIC yang mengatakan, Mijen adalah kota
berkembang, maka perlu membangun sekolah yang unggul dan sesuai dengan karakter
sekolah tersebut.
Panggung
ekspresi para siswa
berlangsung sesuai Misa. Tampil berbagai kesenian
tradisional antara lain tari tradisional, karawitan yang dikembangkan menjadi
sendratari, serta musik keroncong yang mengiringi paduan suara. Sedangkan kesenian modern menampilkan modern dance dan band.
Pada akhir acara, seluruh anggota sekolah
diajak untuk bersinergi membangun pertumbuhan sekolah. Hal ini ditekankan oleh Kepala Kantor YPL Pusat Br Gregorius
Bambang Nugroho FIC. Pesta nama menjadi momentum memperbaharui etos kerja demi
berkembangnya peserta didik dan sekolahan. (Albertus Arie Wibowo)
LDK SMP PL Ambarawa
Untuk melatih jiwa kepemimpinan siswa-siswinya yang menjadi Pengurus OSIS periode 2017/2018, SMP PL Ambarawa menyelenggarakan LDK (Latihan Dasar
Kepemimpinan) di
Rumah Retret Syalom Bandungan, 20-22
Januari 2017. Peserta LDK berjumlah 36
siswa kelas 7 dan 8 yang ditunjuk oleh Wali Kelasnya untuk menjadi Pengurus OSIS.
Hari pertama diisi briefing tentang kegiatan yang akan dilakukan
selama 3 hari. Setelah
itu doa bersama agar semua kegiatan berjalan lancar diteruskan saling memperkenalkan diri antar peserta. Selanjutnya, Bruder Kepala Sekolah Bruder Agustinus Mudjiya memberikan materi
mengenai spiritual kristiani. Setelah itu, Pak Niko memberikan materi mengenai cara
berkomunikasi yang tepat antar pengurus OSIS maupun di luar pengurus serta pembekalan mengenai wawancara dan
penulisan artikel untuk
majalah “SLR” (Spala
Learning Revolution) SMP PL
Ambarawa.
Hari kedua, peserta memulai kegiatan dengan senam
pagi, mandi
dan sarapan. Setelah itu, Pak Wahyu menjelaskan tentang peran dari
masing-masing seksi pada
kepengurusan OSIS. Lalu peserta
membuat kreativitas dari bahan bekas yang menyimbolkan semangat dan kerja sama
dalam menjalankan tugas mereka sebagai Pengurus OSIS. Setelah itu, mereka
melakukan pemungutan suara untuk menentukan 3 calon Ketua OSIS yang akan dipilih oleh seluruh
warga SMP PL Ambarawa untuk menjadi Ketua
OSIS periode 2017/2018. Para
calon ini akan
membuat rancangan visi, misi, dan program kerja bersama para kelompok yang
telah dibentuk untuk membantu mereka. Pada sore hari peserta melakukan out bond yang bertujuan memupuk rasa kerjasama mereka.
Setelah itu, peserta mengikuti misa di gereja.
Malam harinya, dilakukan
renungan malam agar jiwa kepemimpinan mereka semakin terpupuk dan mereka juga
mengucapkan janji untuk siap
melaksanakan tanggung jawab sebagai pengurus OSIS.
Hari ketiga, peserta dilatih baris-berbaris secara langsung oleh TNI. Setelah itu diadakan upacara penutupan. Setelah mengikuti LDK, peserta diharapkan mampu melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai Pengurus OSIS dengan
baik. (Michael
H.S.)
Guru –
Karyawan DOMSAV ziarah ke Sendang
Sono
Guru dan karyawan SMP PL Domenico Savio
mengadakan ziarah ke Sendang Sono, Minggu 23 April 2017. Misi utama kegiatan ziarah adalah
bersyukur dan mohon berkat Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria agar kegiatan
Ujian Nasional (UNBK) dan semua rencana kegiatan sekolah dapat berjalan lancar
dan memperoleh hasil terbaik.
Rombongan menggunakan 1 bus dan 1
mobil ELF. Selain itu,
ada beberapa karyawan yang menggunakan sepeda motor. Rombongan menuju ke
Sendang Sono melalui Slanden untuk selanjutnya berjalan kaki atau beberapa menggunakan ELF menuju ke Gereja Promasan
untuk Misa Kudus yang dipimpin Romo Antonius Wahadi Pr. Setelah itu rombongan melanjutkan
jalan kaki dan Jalan Salib menuju ke Sendang Sono.
Sesampai di Sendang Sono,
rombongan berdoa mohon berkat Tuhan melalui Bunda Maria baik
untuk ujub sekolah maupun ujub pribadi. Seraya melepas lelah sambil menikmati
keindahan alam Sendang Sono, para guru dan karyawan juga berfoto-foto ataupun
berswafoto untuk mengabadikan kegiatan ziarah tahun ini. (RD-BL)
MBDS Meriahkan Karnaval
Paskah
Dalam rangka memeriahkan Hari
Raya Paskah 2017 Kota Semarang, Sabtu tanggal 22 April 2017 diselenggarakan
Karnaval Seni Budaya Paskah 2017. Banyak sekolah yang terlibat mendukung
kegiatan ini. Salah satunya adalah SMP PL Domenico Savio. Sama dengan kegiatan
Karnaval Paskah tahun sebelumnya, tahun ini SMP PL Domenico Savio menampilkan salah satu kegiatan
ekstranya yaitu
Marching Band.
Tampil dengan personil yang
lengkap dan persiapan yang lebih baik terlebih dengan berbagai kejuaraan yang
pernah diraih, MBDS kali ini tampil sangat baik. Hal itu terbukti dengan
kelompok SMP PL Domenico Savio berhasil meraih Juara I untuk kategori jalan. Hasil lengkap kejuaraan
karnaval tersebut : Juara
Favorit Gereja Gereformed
(Bapak Rukma), Juara Utama Ignatius
Krapyak; Kategori Mobil Juara 1UPTD Pedurungan, II. Yayasan Terang Bangsa, III. UPTD Banyumanik. Kategori
Jalan: Juara I SMP PL Domenico Savio, II GPIB Blendug, dan Juara III WKRI. (RD-BL)
Kartini-an di SMP PL Domsav
Untuk memperingati Hari Kartini, dua kegiatan dilakukan
di SMP PL Domenico Savio,
yakni upacara bendera
serta lomba berbusana adat dan fashion
show.
Upacara
berlangsung
Jumat 21 April 2017 diikuti
dua sekolah SD PL Bernardus dan SMP PL Domenico Savio. Ibu-Ibu Guru
mengenakan pakaian kebaya sedangkan para bapak guru mengenakan
baju batik. Pembina
upacaranya adalah Ibu
Dra. R. Sri Maryanti, pengibar
bendera dari SMP PL Domenico Savio, sedangkan koor, pembawa acara, pembaca Pembukaan UUD’45 dan
petugas doa dari SD PL Bernardus.
Hari berikutnya, Sabtu 22 April 2017 sepulang sekolah dilaksanakan lomba berbusana adat dan fashion show. Lomba ini diikuti oleh
siswa kelas 7 dan 8. Dalam lomba ini tiap kelas diwajibkan mengirimkan tim
perias dan sepasang siswa-siswa yang mengenakan pakaian daerah. Seusia dirias, sepasang siswa-siswi
dari tiap kelas wajib menampilkan hasil dandanan mereka di panggung dalam ajang
fashion show. (RD_BL)
Warta PL Solo
Rekoleksi
Paguyuban Wayang Wahyu
Paguyuban Wayang
Wahyu (WW) “Ngajab Rahayu” mengadakan Rekoleksi Sehari bersama Romo Handi
Pr, di kantor Yayasan Pangudi Luhur (YPL) perwakilan Surakarta, Minggu
(29/1/17) dihadiri 30 anggota yang terdiri dari guru/karyawan YPL dan pegiat
WW.
Rekoleksi ini mengambil
tema "Nemo dat Quad Non Habat"
,tidak ada orang yang memberikan dari apa yang tidak punya. “Kita diutus untuk
mewartakan dalam perjalanan waktu. Dalam kesempatan ini kita akan mengumpulkan
apa yang telah kita lakukan," tandas Romo Handi Pr yang menjadi pembicara
utama.
Sementara Koordinator
Wayang Wahyu, Br Ignatius Dalimin FIC mengucapkan terima kasih atas kebersamaan
dan kerelaan peserta untuk mengikuti rekoleksi. "Para peserta rekoleksi semoga dapat menguatkan
semangat pewartaan," ucap Bruder yang bertugas di SD PL Santo Valentinus
ini.
Berbagai acara
rekoleksi demi memantapkan semangat pewartaan dilaksanakan mulai Doa Pembuka,
sambutan Bruder Herman Yosef, pemutaran film “Guruku”, pengungkapan hasil refleksi,
kesimpulan dan ditutup Misa Kudus yang dipimpin oleh Romo Handi Pr.
Setelah melihat
film “Guruku” ada 3 pertanyaan sebagai bahan refleksi : nilai apa yang
ditemukan dalam film itu? Setelah terinpsirasi, aku digerakkan untuk apa? Dan,
apa arti komitmen untuk menjadi saksi Kristus?
Tanggapan atas
pertanyaan tersebut diberikan oleh Blasius Subono sebagai Dalang WW. Bahwa
tugas kita hana caraka, jadi
inspirasi. Ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai Sang Raina ( Raja Imam
nabi). " Bukan malah menambah daftar keprihatinan di dalam gereja,"
pungkasnya. (Dwi Padma)
Penuh Kekeluargaan di Paguyuban SMA
St Yosef
Keakraban keluarga besar SMA PL
Santo Yosef dalam Paguyuban St Yosef di akhir periode 2016/2017 sungguh
berkesan. Pasalnya, diadakan di tempat masa kecil Bruder Kepala Sekolah, Bruder
Stefanus Ngadenan FIC yang asri di Moyudan Sleman, Minggu (5/1/17). Hampir
semua guru dan karyawan bersama keluarga menghadiri acara ini di Madean,
Pingitan, Sumber Arum, “ Parto Tempe”. Suasana paseduluran begitu
nampak, apalagi dengan sambutan hangat dan penuh kekeluargaan dari tuan rumah.
Seusai ibadat yang dipimpin oleh
Andreas Heri STh, acara dilanjutkan sambutan dan ramah tamah. Dalam homilinya
sempat disinggung bahwa pertemuan paguyuban yang tempatnya dilaksanakan secara
bergilir di rumah guru/karyawan sebagai bentuk kebiasaan yang baik.
Sedangan Bruder Stefanus Ngadenan
FIC didampingi Ibu Ngadinem dan kerabatnya Painem mengatakan, sangat
senang dengan kedatangan guru/karyawan SMA PL St Yosef dan beberapa pensiunan. “Sebagai
oleh-oleh tiap kepala keluarga akan mendapatkan cendera mata, tempe,” ucapnya.
Di sela acara juga diadakan
perpisahan dengan Abisae, mantan petugas
pelaksana sekolah. Di sela sambutan dan isak tangis yang tiada henti, Abisae
merasa berat meninggalkan SMA PL St Yosef. Ia sangat berterima kasih banyak
dibantu dalam suasana kekeluargaan yang tinggi. “ Usai dari kebersamaan di SMA
St Yosef, saya akan menekuni keahlian lama di salon mobil. Bila mobil Bapak/Ibu
ingin kemping bisa kontak pesan antar,” tandasnya.
Suasana pertemuan paguyuban semakin
meriah karena dipandu oleh MC profesional Rita Anggun. Begitu pula dalam
pembagian doorprice dan
kenang-kenangan untuk semua anak-anak guru/karyawan yang ikut hadir. (hans)
Anggota
DPR beri Motivasi di SMA PL Yosef
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) Komisi VI, Ario Bimo memberikan motivasi kepada 200 an siswa yang terdiri
dari anggota OSIS dan sebagian siswa kelas X
dan XI SMA PL Santo Yosef, di aula sekolah, Senin (13/3/17).
Bukan hal yang asing bagi guru dan
karyawan tentang sosok salah satu “vokalis” di parlemen ini. Selain seringnya
hadir dalam berbagai kesempatan, anggota dari Fraksi PDI Perjuangan ini
merupakan alumnus SMA PL Yosef tahun 1984.
Dijelaskan oleh Aria Bima, SMA
Yosef terkenal akan disiplinnya. Warga sekolah ini hendaknya mampu berdisiplin
dalam membagi waktu, berbicara dan berpikir. Anak Yosef harus
percaya diri, dengan demikian akan menjadi
orang yang tahu kelemahan dan kelebihannya. “Maka menjadi siswa di SMA PL Yosef
harus memiliki sikap rendah hati, percaya diri dan menghargai orang lain,” ucap
lulusan Fisipol UGM ini.
Dalam kesempatan ini, selain
memberi motivasi dan inspirasi, Ario Bimo mengajak para siswa untuk menggemari
membaca buku sastra secara khusus. Di situ siswa akan terdidik menjadi orang
yang bijaksana dan mampu berolah pikir. Anak sekarang minim berabstraksi,
berimajinasi dan berkontemplasi karena tidak ada usaha untuk bermimpi menjadi
sukses. Namun perlu disadari bahwa setiap mimpi belum tentu berhasil.
“Karenanya tetap harus diusahakan
dan butuh sikap rendah hati,” tandas bapak tiga putri yang sebelumnya pernah
bekerja di perusahaan asing selama 9 tahun sebelum memutuskan di kiprah
politik. (hans)
SMP
PL Bintang Laut kembali
Juara Umum PL Cup
SMP PL Bintang laut kembali meraih Juara Umum PL Cup yang diselenggarakan SMA PL St Yosep Yogya, tanggal
20-25 Februari 2017. SMP
PL Bintang Laut mengikuti semua mata lomba yang dipertandingkan yakni futsal, basket, dan dance. PL Cup merupakan event tahunan yang melibatkan SMP-SMP
se DIY-Jawa Tengah.
Persiapan tim futsal, basket, dan
dance SMP PL Bintang Laut dilakukan
saat kegiatan ekstrakurikuler
dan dimatangkan dengan ujicoba melawan sekolah lain.
Dalam PL Cup ini, SMP PL Bintang Laut memperoleh Juara 1 Lomba Futsal, Juara 2 Basket Putri, dan Juara 3 Lomba Dance, sehingga dinyatakan sebagai Juara
Umum. Atas kemenangannya
ini, Tim SMP PL Bintang Laut berhak membawa pulang piala bergilir, piala tetap,
piagam penghargaan, serta uang pembinaan.
Keberhasilan dalam mencapai juara
tersebut berkat bimbingan dan pendampingan Bapak Daniel Harsono, Ibu
Monica Siswanto, Bapak Irinus Puguh P., Bapak Agustinus Mulyanto, Bapak
Ignatius Tobing Setyoko, sedangkan untuk Lomba Dance oleh Ibu Patrich Rosalia. (Mulyanto & Agnesis)
Tim COSMIC SMP PL Bintang Laut Juara 2
SMP PL Bintang Laut yang diwakili oleh Nathanael Juan Gautama,
Justin Adrian Halim, dan Leonardus Hans Sebastian Tahyudin, ketiganya dari Kelas 8C berhasil meraih Juara 2 Competition of Science and Mathematics/COSMIC
tingkat SMP se-Jawa Tengah yang diselenggarakan
oleh SMA Semesta Bilingual
Boarding School (SBBS),
Minggu 26 Maret 2017. Kompetisi ini dalam rangka kegiatan Semesta
Day 2017.
Kompetisi
meliputi babak : penyisihan, semifinal dan final. Hadiah untuk tim Juara 2 berupa piala, sertifikat, dan uang
pembinaan. Para pembina Tim
Cosmic adalah para guru matematika
dan para guru IPA SMP PL Bintang Laut Surakarta yakni Drs Robert Yuni Suranto (guru IPA)
dan Blasius Tri Budi Mulyono S Si (guru matematika sekaligus Wakil Kepala sekolah bidang Kesiswaan). (Robert Yuni
Suranto & Agnesis)
SMP
PL Bintang Laut ikut
Lomba Pramuka Tingkat
2
Para
Dewan Galang kelas VIII dari
Gudep Pangkalan SMP PL Bintang Laut mengikuti Lomba Pramuka Tingkat 2
(LT 2), Sabtu
18 Maret 2017 di Monumen
Banjarsari. Kegiatan ini untuk
menindaklanjuti surat dari Kwartir Nasional yang berkesinambungan untuk melatih
adik-adik Penggalang
menjadi regu yang terlatih. Hadir dalam kegiatan tersebut Binmas Kecamatan
Banjarsari selaku Pembina Upacara dan para kakak-kakak pembina se Banjasari.
Kegiatan berlangsung lancar walaupun sedikit
terhambat oleh hujan. Adik-adik penggalang Gudep Pangkalan SMP PL Bintang Laut
sangat antusias berkompetisi di
lomba ini. “Walaupun
hanya beberapa juara seperti
juara pertama mendirikan tenda yang kami peroleh, adik-adik penggalang mendapat pengalaman berharga dalam lomba
ini, apalagi Gudep
Penggalang SMP PL Bintang Laut baru pertama kali ini mengikuti Lomba Tingkat 2, “ kata Ignatius Tobing Setyoko, pendamping pramuka SMP PL Bintang Laut. (Agnesis)
Dua
Band Akustik
SMP PL Bintang Laut Juara
Art Competiton
“Art Competition”
Tingkat Kota Surakarta yang
diselenggarakan di lapangan SMA Kristen II pada 25 Maret 2017 membawa grup band
akustik SMP PL Bintang Laut menjadi
Juara 1 dan 2. Kompetisi berbentuk Lomba band Akustik
tingkat SMP se-Surakarta
ini bertujuan
mengasah
ketrampilan seni musik khususnya akustik
dimulai pukul 09.00 WIB.
Tim Band Juara 1 terdiri dari Adam Joe
(vokalis), Emanuel Justin (gitar bass), Nicolas Anggaraksa (gitar melodi),
Richard Kurniawan (pianika), Stevanus Dominiko (pianika) dan Ludovikus (kajon).
Sedangkan Tim Band
Juara
2 terdiri dari Chris (gitar), Calvin (gitar), Linda (vokal), Ellen (vokal), dan
Vincent (kajon). Dalam lomba tersebut para juara berhak mendapatkan piala, piagam, dan uang pembinaan. Para
pembina lomba dari SMP PL Bintang Laut adalah guru musik, Ign. Priyo
Kristianto dan guru ekstrakurikuler
Bapak Martono. (Priyo Kris. & Agnesis)
Bakti Sosial SMA PL Giriwoyo
SMA
PL St Vincentius Giriwoyo menggelar bakti sosial di lingkungan sekolah, Sabtu
11 Februari 2017. Kegiatan ini dikemas dalam pasar murah dan pengobatan murah
yang melibatkan dokter-dokter dan perawat Klinik Pratama Pancasila Baturetno
yang dikelola suster-suster FSGM. Tujuan kegiatan ini adalah membantu
masyarakat sekitar yang membutuhkan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dan dalam pemenuhan kesehatan.
Masyarakat Giriwoyo sendiri
umumnya adalah para petani dan buruh sehingga dengan keadaan cuaca yang tidak
menentu ini membuat hasil panen mereka berkurang dan berdampak pada sulitnya
pemenuhan kebutuhan pokok. Kegiatan ini dapat melatih Pengurus OSIS mulai dari
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan, dan hal lain yang
ingin dicapai adalah semakin banyak orang mengenal SMA PL St Vincentius
Giriwoyo. Ini menjadi salah satu program sekolah dalam pengenalan sekolah dan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Pelajaran 2017/2018.
Bakti
sosial berjalan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
khususnya para donatur. Dalam kegiatan ini panitia juga bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah Wonogiri. Agenda bakti sosial ini menjadwalkan Bupati Wonogiri bakal
hadir sekaligus membuka acara, namun dalam pelaksanaannya beliau berhalangan
hadir dan diwakilkan kepada Ketua DPRD Kabupaten Wonogiri, Bapak Setyo Sukarno.
Bakti sosial ini menyedot
antusiasme besar dari masyarakat, terbukti jumlah pengunjung dan jumlah pasien
meningkat dari tahun sebelumnya. Semoga manfaat dari kegiatan ini dapat
sepenuhnya dirasakan masyarakat khususnya yang berdomisili di sekitar SMA PL St
Vincentius Giriwoyo. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, baik
langsung maupun tidak langsung. (AR)
Membatik di SD
PL St. Timotius
Setelah Ulangan
Tengah Semester II, SD PL Santo Timotius mengadakan kegiatan membatik selama satu
minggu yang dilakukan para siswa mulai dari kelas IV hingga VI. Membatik merupakan agenda tahunan di SD PL
St Timotius karena melalui kegiatan ini diharapkan dapat tumbuh rasa cinta
anak-anak terhadap budayanya sendiri.
“Solo adalah Kota
Batik” dengan belajar membatik diharapkan anak-anak menjadi tahu cara dan
proses membatik. Melalui proses membatik para siswa bisa belajar kesabaran,
ketelitian, serta ketelatenan. Proses membatik diawali dengan menggambar motif
batik pada kain mori kemudian mulai “nyanthing” yaitu memberi malam cair sesuai
motif yang telah dibuat dilanjutkan dengan pewarnaan akhirnya dijemur dan kering.
Pada
Jumat tanggal 17 Maret 2017, saat penerimaan Raport UTS II hasil karya
anak-anak tersebut akan dipajang dan dipamerkan kepada orang tua murid. (Francisca
Tri Ratna Purbandari)
HUT
ke-94 SD PL St Timotius
Hip-hip hore….,hip-hip
hore…suasana heboh terasa di SD PL St Timotius, Sabtu 3 April 2017. Ini hari istimewa bagi semua warga sekolah karena
bertepatan dengan HUT ke-94 SD PL St Timotius.
Perayaan dilaksanakan
dengan penuh kesederhanaan dalam bentuk Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Romo Vincentius
Ernest Justin SJ di halaman sekolah. Dalam homilinya beliau menyampaikan, angka
94 itu unik. Angka 9 adalah angka yang besar semoga SD PL St Timotius menjadi
semakin besar terlebih dalam jumlah muridnya, dan angka 4 adalah angka yang
hebat, harapannya semoga sekolah menjadi terhebat. Caranya, para murid
diharapkan lebih rajin belajar, tekun berdoa, teliti dalam segala hal, selalu
bersyukur dan tetap bersemangat. Harapan untuk para guru dan karyawan, agar
dalam kasih selalu melayani peserta didik mengembangkan minat, bakat, dan
kecerdasan untuk meraih prestasi.
Pesta hari
itu diisi pemotongan tumpeng oleh Ibu Elisabeth Ririn Indrastuti SPd kemudian
Bp Agustinus Sunarya S Pd selaku Kepala Sekolah
SD PL Santo Timotius dan pelepasan 94 burung oleh murid-murid perwakilan
kelas, alumni, Komite Sekolah. Pelepasan burung ini bertujuan untuk lebih
mencintai alam dan harapannya kelak para murid dapat terbang tinggi untuk
mencapai cita-cita mereka. Acara dilanjutkan dengan pesta sederhana di
kelas masing-masing dengan bantuan orang tua murid dari kelas tersebut.
Usia ke-94 tahun tentunya bukanlah sebuah
rentang waktu pendek. Semoga SD PL Santo Timotius semakin matang dan mantap dalam
melayani peserta didik dan orang tua murid dengan selalu berpegang dalam kasih
Tuhan. (Francisca Tri Ratna Purbandari
S.Pd)
“ Mengapa perempuan
Samaria dalam kitab suci (Santo Yohanes 4: 5-15. 19b-26. 39a.40-42 ) mengambil
air pada jam 12 siang ?” Ini pertanyaan awal homili dari Romo Vincencius Ernest
Justin SJ yang ditujukan kepada warga SMA PL Santo Yosef saat bertugas koor di
Gereja Santo Antonius Purbayan, Surakarta, Minggu (19/3/17).
“ Bahwa para
perempuan Samaria, mengambil air pada siang hari karena keadaan sepi. Mereka
pada jam-jam itu berkumpul dan bergosip karena para perempuan itu dalam
hidupnya tidak satu suami, maka jam tersebut pas untuk saling bertukar cerita,”
jelas Romo Ernest.
Suasana Gereja
Santo Antonius Purbayan cukup ramai dengan seragam khas Pangudi Luhur dan Batik
Merah. Pasalnya hari itu bersamaan dengan Hari Santo Yosef sebagai Pelindung
Sekolah, sedangkan petugas koornya juga siswa-siswi SMA PL Yosef.
Lantunan lagu
pembukaan “Di Jenjang Maaf” dan lagu persembahan lain yang dibawakan Kelompok
Paduan Suara “ de Josepha” membuat suasana Misa Kudus semakin khusyuk. Apalagi
lagu selingan komuni Ku ingin di dekatmu,
The Cup of Grace dan Santo Yosef
seolah menghipnotis umat dengan dirigen Miss Agatha Nanik.
Dalam kesempatan
ini Romo Kepala Paroki, Albertus Mardi Santoso SJ, yang memberikan sambutan
usai lagu selingan Komuni mengucapkan terima kasih kepada SMA PL Santo Yosef. Acara
Yosef Day 2017 dan tugas koor di gereja membentuk keyakinan dan kesungguhan,
bahwa SMA PL Santo Yosef Surakarta semakin nyata dan “hidup” dalam memberikan
pendampingan kaum muda.
Fashion barang bekas
Ada yang unik
pada Puncak Acara Yosef Day 2017, Sabtu (25/3/2017). Lomba Fashion memperagakan barang bekas. Masing-masing kelas diwajibkan
mengirimkan satu pasang kontestan untuk tampil di panggung.
Sebanyak 23
pasangan dari kelas yang ada unjuk kebolehan dalam acara ini. Berbagai barang
bekas mulai bekas koran, kain, kaleng, pernak-pernik dipergunakan sebagai
busana dalam lomba ini. Ini sebagai bentuk kepedulian kepada
barang-barang yang dianggap sudah tidak terpakai namun masih dapat dipergunakan
secara maksimal.
Setelah dinilai
oleh dewan yuri yang terdiri dari para guru, Dominikus Anton Wijanarko (XI IPS
3) dan Maria Inggit (XII IPA 2)
dinyatakan sebagai Pemenang 1 dan 2. Hadiah
uang pembinaan diserahkan oleh Waka Humas SMA PL Santo Yosef, di sela acara
sebelum penampilan band tamu “Fisip meraung” dan DJ Radit. Suasana halaman
tengah sekolah cukup semarak dengan kehadiran DJ ini, puluhan siswa berkumpul
di depan panggung sambil berjoget ria. (Hans, Joes News, Franca)
Alumni
1977 SMA Yosef peduli Tuberkolosis
Alumni SMA PL Santo Yosef Angkatan 1977 memberikan sumbangan
dana dalam peringatan Hari Tuberkulosis (TB Day), Minggu (26/3/2017) pagi di
Area Car Free Day. Kegiatan ini merupakan
bentuk apresiasi dan kepedulian Alumni SMA PL Yosef yang telah 40 tahun
berpisah dari almamaternya.
Sumbangan diterima oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo
melalui Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih.
Sebelumnya, rombongan SMA PL Santo Yosef Angkatan 77 atau Yosefer itu
mengunjungi Rumah Dinas Wali Kota, Loji Gandrung, Jalan Slamet Riyadi.
Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, hadir menemani rombongan
alumni yang semuanya laki-laki itu.
Walikota mengucapkan terima kasih atas sumbangan yang diberikan.
"Selanjutnya dana sumbangan saya sarankan untuk diberikan kepada Yayasan
Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta," ujar FX Hadi
Rudyatmo.
Koordinator Yosefer Angkatan 77, Hariadi Giyarso (59), mengatakan,
sumbangan diberikan sebagai kepedulian sosial dirinya dan teman-teman Angkatan
1977. "Setelah 40 tahun tidak
berjumpa, kami temu kangen dan ingin menyumbang untuk Yayasan Peduli Tuberkulosis,"
tambahnya. Dana terkumpul secara spontan dari hasil iuran para alumni berjumlah
sekitar Rp 115 juta.
Ketua Yosefer 1977 DR Ir Ferry Poernama MSc mengatakan, kegiatan
ini sebagai bagian dari rencana yang sudah disiapkan setahun lebih. (hans)
“Hebohnya" Pentas Seni SMP PL Giriwoyo
SMP PL St Vincentius Giriwoyo
menyelenggarakan Pentas Seni (Pensi), sebagai ajang unjuk kebolehan
bagi para siswa-siswi di
setiap
kelas, Senin 30 Januari 2017. Kegiatan ini diadakan setiap
tahun, tepatnya setelah Natal dan Tahun Baru. Kegiatan
ini juga bertujuan memupuk persaudaraan antarpribadi siswa dan menjunjung
solidaritas.
Pensi kali ini
diselenggarakan berbeda dari tahun sebelumnya, lebih sederhana tetapi tetap meriah. Tempat
kegiatan tidak di kampus SMP PL Giriwoyo melainkan di Gereja St
Ignatius Danan yang tidak jauh dari sekolah kami.
Kemeriahan
sangat terasa karena banyak siswa dan guru yang ikut serta, sekaligus para
peserta Pensi sangat “heboh”
dalam beratraksi.
Ada
2 jenis lomba dalam Pensi : Lomba Drama dengan tema
“solidaritas” dan Stand Up Comedy yang
diikuti seluruh siswa klas VII, VIII, dan IX.
Untuk mempersiapkan Lomba Pensi, setiap kelas tampak berlatih sungguh-sungguh
setiap hari hingga sore hari. Guru-guru dan Kepala
Sekolah yang menjadi juri sempat kebingungan memilih juaranya
karena penampilan semua kontestan sangat menarik dan berkualitas.
Dari seluruh penampilan
mereka, diambil 3 peserta terbaik. Untuk Lomba
Drama Juara 1, 2 dan 3 diraih oleh IXA, VIIIA dan IXC. Sedangkan
untuk Lomba Stand Up Comedy,
semua mendapat Juara : Juara 1 perwakilan kelas VIIC (Ardhi),
Juara 2 VIIIA ( Ronny ), Juara 3 IXB ( Buyun ), Juara 4 VIIIB
(Demas),
Juara 5 IXA (Elias), Juara 6 VIIA ( Henri ), Juara 7 VIIB ( Pedo ), Juara 8 IXC
( Agung ).
Semoga dengan Lomba
Pensi Antarkelas, siswa-siswi
SMP PL St. Vincentius Giriwoyo makin berkembang menjadi pribadi mandiri dan
siap menjadi generasi penerus bangsa yang handal. (Grettanata
Surantika Nazara dan Ana
Ristiani)
Dalam rangkaian kegiatan peringatan
Hari Pelindung Sekolah “Yosef Day.” OSIS SMA PL Santo Yosef mengadakan
berbagai kegiatan, salah satunya bakti sosial, Minggu (19/3/17), dengan tujuan
Rumah Singgah Lentera Bumi Laweyan Surakarta, Panti Asuhan (PA) Sancta
Maria, Boro, Banjarsari, Kalibawang, Kulonprogo dan SMP PL Mandungan, Muntilan.
Ketua OSIS, Yefta Christoporus, mengatakan,
aksi sosial ini bertujuan menumbuhkan bentuk kepedulian sosial bagi sesama.
Adapun bantuan yang diserahkan di PA Sancta Maria berupa 100 kg beras, 66 liter
minyak goreng, 80 kg gula pasir, 93 kaleng susu, 59 dus teh celup dan 221
batang sabun mandi. Di tempat ini, bantuan diterima oleh Bruder Petrus
Paijan FIC sebagai Pimpinan Panti. Untuk Rumah Lentera diserahkan 50 kg
beras, 35 liter minyak goreng, 53 kg gula pasir, 28 kaleng susu, 34 dus teh
celup, 28 batang sabun mandi dan 20 box
buku tulis dan diterimakan kepada Puger Mulyono selaku Koordinator. Sedangkan
bantuan untuk SMP PL Mandungan berupa 93 pak buku tulis.
Pihak sekolah yang berkunjung ke PA
Sancta Maria Boro sebanyak 6 anggota OSIS dan 3 guru. Bakti sosial di Rumah Singgah
Lentera selain dilakukan 8 siswa didampingi 2 guru. (hans)
Warta PL Sukaraja
Ziarah
Siswa Kelas IX SMP PL Sukaraja
Pemberian les/tambahan pelajaran, latihan
soal, try out, menjadi agenda rutin
bagi para siswa kelas IX SMP PL Sukaraja menjelang Ujian Sekolah dan Ujian
Nasional. Namun mengandalkan kekuatan manusia saja tidak cukup, kami
membutuhkan Rahmat Tuhan dan penyertaan Roh Kudus, maka para
siswa dan guru mengadakan Ziarah ke Gua Maria memohon perlindungan Bunda
Maria, Minggu 2 April 2017.
Kami berangkat bersama dari
sekolah dengan membawa bekal masing-masing. Sesampai di Gua Maria Sendang Arum,
kami Doa Rosario bersama, dilanjutkan mengikuti Perayaan Ekaristi di Gereja
Tegal Arum kemudian makan bersama. Semoga perlindungan Bunda Maria menyertai selalu…(v.pardi)
Hari Kasih Sayang Ala SMP PL Sukaraja
Menandai Hari Kasih Sayang
tanggal 14 Februari 2017 lalu SMP Pangudi Luhur Sukaraja turut merayakannya
secara sederhana yakni dengan bertukar kado antar siswa dan juga antar
guru/pegawai. Hari Valentine juga dimeriahkan dengan Cerdas-Cermat tingkat SD.
Ada 11 sekolah SD Negeri/swasta yang
ikut ambil bagian acara ini.
Setelah melalui proses penyisihan-semifinal-final
akhirnya sekolah memberi penghargaan berupa tropi, piagam, dan uang pembinaan kepada
para pemenang. Kegiatan dapat terlaksana dengan baik, para peserta mengikuti dengan
penuh semangat. Para siswa SMP PL turut memeriahkan dengan tarian dan band. Happy Valentine Pangudi Luhurku…..(v.pardi)
Warta PL Yogyakarta
“Perpustakaan
Peduli”
dari SD PL Yogya
untuk SD
PL III Boro
SD PL III Boro yang
biasanya sepi berubah menjadi semarak,
Minggu 19 Februari 2017 pukul 10.00 WIB. Para peserta didik dan pendidik sudah siap di sekolah.
Halaman pun terlihat dipenuhi mobil. Banyak tamu datang. Mereka berasal dari pendidik,
peserta didik, dan orangtua murid SD PL Yogyakarta. Pada
hari itu dilaksanakan peresmian perpustakaan, ditandai dengan Misa yang dipimpin oleh Romo Andre dari Paroki Nandan Yogya. Usai Misa Romo Andre memberkati Perpustakaan dengan air suci.
Selesai Misa kelompok band “St
Josep” dari SD PL Yogya menampilkan kebolehannya. Mereka mempersembahkan
beberapa lagu yang sungguh menyentuh hati.
Perpustakaan SD PL III Boro
ini terwujud berkat ide dari Bruder FX Teguh Supono FIC yang waktu itu
menjabat Kepala Sekolah SD PL Yogya. Ide tersebut disambut baik oleh Mama
Maria, yang kemudian membentuk tim solid.
Mereka adalah orangtua peserta didik yang memiliki
kepedulian yang sangat besar terhadap dunia pendidikan. Pembiayaan perpustakaan tersebut merupakan bentuk kasih yang tulus dari donatur yang
peduli dan rela berbagi untuk sesama yang sangat membutuhkan.
Perpustakaan ini diperuntukkan bagi generasi muda yang berada jauh dari keramaian
kota yang membutuhkan fasilitas memadai. Mereka menyambut penuh syukur peresmian perpustakaan ini.
Terima kasih untuk semua pihak yang sudah terlibat
dalam proses terwujudnya perpustakaan baru di SD PL III Boro. Semoga Tuhan memberkati dengan rahmat yang
senantiasa
mengalir. (Tim Mading SD PL Yogya)
Seru dan
Meriahnya PL CUP 2017
SMA Pangudi Luhur Yogya kembali
menggelar PL (Pangudi Luhur) Cup. Mengangkat tema
“Spirit of Togetherness” ajang kompetisi
olahraga dan seni tahunan ini berlangsung Senin hingga Sabtu, 20 -25 Februari 2017 dengan mengundang SMP/MTs negeri dan swasta se
Yogyakarta dan sekitarnya. PL
Cup mempertandingkan Futsal, 3 on3 Putra dan Putri, dan
modern dance, memperebutkan Tropi Bergilir Gubernur DIY. PL CUP 2017 juga dimaksudkan sebagai
sarana SMA PL
Yogya menjaring komunikasi yang baik dengan stakeholders, orang tua,
serta menjalin persahabatan antar siswa secara sehat.
“Acaranya seru, kami juga senang
bisa terlibat, bahkan
akhirnya bisa menang, asyiklah pokoknya,” tutur Yudha, siswa asal SMP
Pangudi Luhur Yogya yang
berhasil meraih best player di
pertandingan “3 on 3 Putra”. Timnya, juga mampu meraih Juara 1 di pertandingan “3 on 3 Putra” itu.
“Waktu
disebut sebagai Juara
1, kami kaget dan nggak menyangka. Kami
senang dan terharu, ”
tutur Aurel, salah satu anggota modern
dance SMP Budya Wacana, yang
akhirnya dinyatakan sebagai Juara 1 di Lomba Modern
Dance.
“Saya bangga mendapat Juara di PL Cup ini dan saya sendiri mendapat gelar best
player. Prestasi kami ini
tentu memberi kebanggaan bagi sekolah, teman - teman dan orang tua kami.
Semoga ke depannya PL Cup lebih baik lagi, semakin seru, dan semoga tahun depan SMP Pangudi
Luhur Bintang Laut menjadi Juara Umum lagi!” tutur Fonda, Kapten Tim Futsal SMP PL Bintang Laut yang juga
menjadi best player.
Juara umum tahun ini masih merupakan juara bertahan
di tahun sebelumnya, yaitu SMP PL Bintang Laut Surakarta karena berhasil memperoleh Juara 1 Lomba Futsal, Juara 3 Lomba Modern
Dance, dan Juara 2 3on3 Putri. Sedangkan untuk Juara 1 Lomba 3 on3 Putri dimenangkan SMP Stella Duce 1 Yogya.
Di
akhir acara Lomba Modern Dance,
tampil menyemarakkan acara Himpunan Pelajar Dayak SMA PL Yogya dan Pangudi Luhur Dance Crew.
-
Anggi (X5), Foto2 : Aloysius Gonzaga (X4)
Try Out
SD di SMP PL Sedayu
SMP
PL St Vincentius Sedayu mengadakan Try out
untuk para siswa SD yang diikuti sekitar 300 peserta dari beberapa SD Negeri
dan Swasta di Kecamatan Sedayu dan sekitarnya, Minggu 12 Februari 2017. Kegiatan
ini diselenggarakan dalam rangka membantu siswa SD mempersiapkan diri
menghadapi Ujian Nasional serta memperkenalkan SMP PL Sedayu kepada para
peserta.
Kegiatan
ini dimeriahkan penampilan band, karawitan, taekwondo, tari-tarian para siswa
kelas 7, 8, dan 9 SMP PL Sedayu, sehingga sembari menunggu pengumuman hasil Try out, peserta tidak merasa jenuh
karena dapat menyaksikan pentas seni tersebut. Selain itu, panitia juga
menyediakan banyak door prize berupa
tas, kipas angin, lampu belajar, sepeda gunung, dan lain-lain. Peserta yang
mendapatkan nilai tertinggi dari hasil Try
out tersebut mendapatkan tropi, piagam penghargaan, dan uang pembinaan. (Angela Anggun N.,
8B)
SMP
PL Sedayu Studi Tur ke Bali
Para
siswa kelas 7 dan 8 SMP PL St Vincentius Sedayu mengikuti studi tur ke Pulau
Dewata, Bali, Selasa–Sabtu, 10 – 14 Januari 2017. Studi Tur ke Bali merupakan program rutin
sekolah yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Tahun ini kegiatan tersebut
diikuti sebanyak 144 siswa kelas 7 dan 8, dengan didampingi 12 guru dan karyawan.
Kegiatan
berjalan lancar berkat kerjasama yang baik antara panitia dengan biro
perjalanan Mulya Tour. Tiga bus membawa rombongan dari Yogya ke Bali. Tempat
wisata di Bali yang dikunjungi sebanyak 12 mulai dari Tanah Lot, Pantai Sanur, Pantai Pandawa, Krisna, Cening Bagus, Tenun
Galuh, Istana Tampak Siring, Desa Panglipuran, BCC, Sangeh, Joger, dan Bedugul.
Studi Tur ini sebagai sarana belajar di luar kelas yang melatih kemandirian
siswa dan menambah wawasan mereka tentang Pulau Bali. (Natalia
Noviasih Utami, 8B)
Reuni
Angkatan 87 SMP PL
Moyudan
Alumni SMP PL Kaliduren (sekarang SMP PL Moyudan) Angkatan 1987 mengadakan Reuni pada 26 Desember 2016 lalu. Para
peserta yang telah
berpisah 29 tahun, hari itu bertemu dan
berkumpul di sekolah mereka dulu dalam suasana yang menggembirakan.
Kepala Sekolah dalam sambutannya berharap reuni ini berlanjut dengan membentuk paguyuban/ikatan alumni, menjadi mitra
sekolah, orang tua asuh bagi siswa kurang mampu, atau ikut
berkontribusi pada peringatan “50
Tahun SMP PL Moyudan” bulan
Juli 2017 mendatang.
Sebagai ucapan syukur dan terima kasih, alumni
memberikan kenang-kenangan untuk sekolah dan para guru yang hadir. Salah
satu di antara alumni tersebut ada yang sangat membutuhkan biaya sekolah
anaknya, maka mereka menyisihkan sebagian dana yang terkumpul saat reuni
tersebut untuk disumbangkan kepada salah satu alumnus (orangtua siswa saat
ini). Mereka juga menggalang dana untuk beasiswa alumni kepada beberapa siswa
dari keluarga tidak mampu.
Pada reuni yang dihadiri sekitar 60 orang ini
secara bergantian mereka diperkenalkan kembali nama dan keluarga serta
profesinya masing-masing. Di penghujung acara, mereka bersama para mantan guru
bernyanyi dan berdendang bersama sambil bergandeng tangan. Menutup acara ini Bruder Filip selaku yang dituakan berniat mendukung
eksistensi sekolah, terlebih untuk even
pesta emas yang akan datang.
Tidak ketinggalan angkatan 1999 juga mengadakan
reuni kecil-kecilan bertempat di Sendang Kreo. Kurang lebih 20 peserta ditambah
keluarga mereka, juga akan mendukung
eksistensi sekolah dengan menyekolahkan
putra-putri atau saudara dan tetangga ke sekolah PL dan membantu kegiatan HUT
ke-50 SMP PL Moyudan tercinta ini. (fab)
Retret
Kelas IX SMP PL
Moyudan
Seperti tahun-tahun sebelumnya, di setiap awal Januari, siswa kelas IX SMP PL
“Santo Paulus” Moyudan wajib mengikuti Retret. Tahun ini Retret mengangkat tema “Meraih
Prestasi demi Masa Depan” berlangsung di Wisma Salam, Magelang, Kamis sore hingga Sabtu siang,
5–7
Januari 2017. Tujuan Retret untuk
memberikan penyadaran atas pengalaman hidup masa lalu dan menyiapkan
sikap kemandirian/ kepribadian diri untuk hidup “baru” dalam menghadapi ujian
akhir. Retret ini dibimbing oleh Tim Youth
Centre Salam.
Mengingat jumlah pesertanya 76
anak (33 putra dan 43 putri), sesi kegiatan di ruangan dibagi dalam dua
kelompok, sedangkan outbond di luar
ruangan dibagi dalam empat kelompok permainan agar mudah pendampingannya. Bu Ambar (Wali kelas IXA) dan Bp Budi FA (Wali Kelas IXB) turut mendampingi anak-anak agar mereka bisa menjaga
ketenangan terutama pada malam hari.
Pada hari pertama, para siswa mendapat pembekalan tentang hal-hal praktis
dan materi “Siapakah aku (who Am I) ?”. Pada sesi ini, peserta diberikan permenungan tentang
siapakah ‘aku’ ini, ‘keberadaanku’
di
antara teman dan orang lain, termasuk
orang tua dan guru.
Pada hari kedua, peserta diminta membuat pesan
untuk sahabat dan surat untuk orangtua. Oleh Tim Retret surat tersebut diserahkan kepada
sekolah untuk disampaikan kepada anak yang bersangkutan dan kepada orang tua mereka. Sekolah menindak lanjuti penyampaian surat tersebut dengan
mengadakan kunjungan rumah yang diatur oleh Guru Bimbingan.
Pada hari terakhir semua siswa menetapkan niat untuk tindak lanjut ke
depan dalam menghadapi ujian akhir. Semua hasil kegiatan siswa meliputi
dinamika kelompok dan hasil refleksinya diserahkan
oleh narasumber
kepada para pembimbing (guru), khususnya Wali Kelas dan Guru BP untuk mengetahui karakter/kepribadian
masing-masing siswa, guna pendampingan belajar dalam menghadapi ujian. Acara
ditutup dengan Misa dipimpin oleh Rama Budi Pr. (dika/bfa)
Utama Peel
Sekolah dan Gerakan Budaya Literasi
Salah satu warisan utama
yang strategis dari sekolah (guru) terhadap anak didiknya adalah membudayakan
kebiasaan berliterasi (membaca, menulis). Memberikan pendidikan dan kebiasaan
berliterasi merupakan salah satu modal masa depan yang cerah dan baik.
Bagaimana dengan sekolah dalam naungan Yayasan Pangudi Luhur (YPL) berkaitan
dengan keteladanan berliterasi itu sendiri kepada peserta didik?
Sebuah karya guru dalam
membudayakan kemampuan berliterasi sudah di dorong Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (kemendikbud) dalam mengembangkan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) sejak tahun ajaran 2015/2016. Kebijakan ini bernilai strategis
demi mengoptimalkan pendidikan karakter yang menjadi harapan dari pendidikan abad
ke-21. Demikian halnya saat guru YPL mampu mendorong dan mengoptimalkan
berliterasi akan berkorelasi dengan mutu sekolah di mata masyarakat.
Literasi dalam arti luas
sejatinya sudah cukup lama menjadi acuan United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Ini bisa kita
baca dari Literacy for Life, laporan UNESCO tahun 2006 tentang
literasi dunia. Di situ dinyatakan, literasi adalah hak dasar manusia sebagai
bagian esensial dari hak pendidikan. Terpenuhinya hak literasi memungkinkan
kita mengakses sains, pengetahuan teknologi, dan aturan hukum serta mampu
memanfaatkan kekayaan budaya dan daya guna media. Singkatnya, literasi menjadi
poros upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Karena itu, ia merupakan sumbu
pusaran pendidikan secara komprehensif.
Sekolah menjadi
tempat yang bernilai strategis demi membiasakan membaca. Kemampuan
berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca
yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan
reflektif. Gerakan literasi menjadi salah satu semangat dalam upaya mendukung
kemajuan dalam pendidikan secara holistik. GLS membiasakan peserta didik gemar
membaca berefek pada kepekaan, kritis, kemampuan menganalisis dan hanya
memerlukan sedikit sentuhan untuk lebih kreatif, inovatif dan mandiri. Akal dan
imajinasinya cepat beradaptasi dengan pemikiran baru dan lebih suka mencari
tantangan baru.
GLS yang mengawal
program Membaca 15 Menit Setiap Hari di sekolah kelihatannya seperti kebijakan
yang utopis. Bagaimana mungkin sekolah menyediakan ragam bacaan bagi guru dan
peserta didik membaca setiap hari apabila sekolah masih berkutat dengan banyak
permasalahan mendasar lainnya? Data statistik menunjukkan, hanya 5,7% sekolah
di Indonesia dari jenjang pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas yang
memiliki perpustakaan. Itu pun dengan kondisi yang bervariasi; dari kondisi
ruangan yang kurang memadai, koleksi yang hanya terdiri atas buku-buku teks
pelajaran, hingga tiadanya tenaga pengelola perpustakaan atau pustakawan.
Selain itu, penggunaan 5% dana bantuan operasional sekolah (BOS) masih berfokus
pada pengadaan buku teks pelajaran dan bukan pada buku bacaan yang mampu
menumbuhkan minat baca peserta didik.
Fenomena itu menunjukkan
penguatan budaya literasi di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab Kepala
Sekolah dan Guru, melainkan juga tanggung jawab seluruh elemen publik sebagai
'pengasuh' anak dalam ruang komunal. Dukungan ini menjadi penting karena
Indonesia tengah mengalami darurat literasi. Minat baca peserta didik perlu
ditumbuhkan agar mereka mencintai pengetahuan. Kemampuan membaca peserta didik
perlu ditingkatkan bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan
peserta didik Indonesia yang terpuruk pada peringkat 64 dari 65 negara yang
berpartisipasi dalam tes Programme of International Student Assessment (PISA)
tapi juga untuk menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Meningkatkan kemampuan literasi peserta didik menjadi cara yang efektif
untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional (Sofie Dewayani, 2016).
Dalam upaya membumikan
GLS, pada prinsipnya ada 15 manfaat membaca yaitu dapat menstimulus mental,
mengurangi stres, menambah wawasan dan pengetahuan, memperkaya kosa kata,
meningkatkan kualitas memori, melatih ketrampilan berpikir dan menganalisis,
meningkatkan fokus dan konsentrasi, melatih untuk menulis yang baik, memperluas
pemikiran seseorang, meningkatkan hubungan sosial, membantu mencegah penurunan
fungsi kognitif, meningkatkan empati seseorang, mendorong tujuan hidup,
membantu kita terhubung dengan dunia luar dan dapat lebih berhemat. (manfaat.co.id)
Sekolah
Ir. Harris Iskandar,
Ph.D mengatakan, sejak tahun 1935 Ki Hajar Dewantara mencetuskan bahwa
keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat merupakan Tri Sentra Pendidikan.
Kemitraan yang baik di antara ketiganya diharapkan dapat mendukung terciptanya
ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi. Dalam
kemitraan itu, pelaku pendidikan di satuan pendidikan dan orang tua di rumah
mempunyai peran sangat menentukan, termasuk membiasakan membaca. (Dirjen.
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, 2016)
Seperti dikatakan oleh
Endang Fauziati (2016), rendahnya kemampuan peringkat literasi membaca
anak-anak Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: pertama, tradisi budaya lokal kita masih
dominan budaya lisan (orality), bukan
budaya tulis. Kebanyakan orang Indonesia lebih senang memperoleh informasi
melalui mendengarkan atau melihat lewat televisi. Kedua, kebiasaan membaca merupakan determinisme genetis,
yaitu merupakan warisan orang tua. Seseorang yang gemar membaca umumnya
dibesarkan dari lingkungan yang gemar membaca.
Ketiga, sarana-prasarana untuk memperoleh bacaan minim
serta harga buku-buku bacaan cukup mahal sehingga orang tua tidak terbiasa
membelikan buku bacaan tambahan untuk anaknya. Maka membeli buku cukup yang
diwajibkan oleh sekolah saja.
Oleh karena itu
Sofie Dewayani sebagai Ketua
Yayasan Litara; Pegiat gerakan Ayo Membaca, Indonesia (2015)
mengungkapkan beberapa langkah strategis untuk memperkaya sumber daya literasi
dan mereformasi pendidikan literasi. Pertama,
membentuk lembaga independen beranggotakan pustakawan, pendidik,
akademisi, pakar, dan sastrawan, untuk menetapkan rujukan literer sastra anak
melalui pemberian anugerah sastra anak dan sosialisasi daftar buku rekomendasi.
Amerika Serikat telah melakukan hal itu melalui American Library
Association (ALA) dengan penghargaan Newberry dan Caldecott yang
bergengsi. Demikian pula National Book Development Council of Singapore
(NBDCS) di Singapura, sebuah lembaga yang aktif mengadakan festival
literasi dan penganugerahan sastra anak setiap tahun.
Kedua, memberikan subsidi untuk mendukung produksi
buku-buku anak yang berkualitas tinggi, yang selama ini tidak diproduksi
penerbit komersial karena dianggap kurang laku (low-sell). Di Amerika
Serikat, buku-buku anak pemenang penghargaan yang kurang diminati pasar tetap
diproduksi karena diapresiasi komunitas akademik dan digunakan di sekolah.
Buku-buku itu didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan sekolah atau
ditawarkan kepada sekolah dengan harga murah, dilengkapi dengan panduan untuk
mengintegrasikannya dengan pelajaran bahasa, sains, dan matematika.
Ketiga, mendukung adaptasi buku dengan teknologi untuk
meningkatkan aksesibilitasnya ke penjuru negeri. Selain itu, rekonstruksi
konten buku dalam format multimedia dan fitur yang interaktif juga bertujuan merespons kebutuhan dan minat
anak di era digital ini. Dan keempat,
mendukung dan mendampingi guru-guru dalam memilih dan mendayagunakan bahan ajar
di luar buku teks pelajaran dan menerapkannya di dalam kelas dengan metode yang
kreatif dan inovatif.
Sedangkan
pelatihan-pelatihan untuk guru yang hanya bertujuan mencekoki guru dengan
aspek teknis implementasi kurikulum sesungguhnya merupakan degradasi profesi
keguruan. Dibutuhkan lebih banyak kisah kesuksesan tentang pengalaman dan
kepakaran guru di dalam ruang kelas, tentang bagaimana mereka mendayagunakan
bahan ajar dan menghadapi kebutuhan peserta didik yang beragam. Kita
membutuhkan lebih banyak subjektivitas guru dan mendukung mereka untuk
menemukan gairah (passion) dalam mengajar dan membudayakan GLS.
Gerakan Literasi juga
perlu terjadi dalam keluarga dan komunitas. Di samping langkah strategis di
atas, pemerintah perlu mendukung inisiatif-inisiatif kampanye literasi di
masyarakat melalui rumah baca dan perpustakaan komunitas. Hanya melalui upaya
sinergis dan kolaboratif di antara elemen pendukung elemen literasi,
kebangkitan literasi dapat terwujud.
Peran dan keteladanan
Oleh karena itu
rendahnya kemampuan literasi menunjukkan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
di sekolah belum sepenuhnya mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap
pengetahuan. Demi meningkatkan budaya literer butuh pembiasaan keteladanan
guru. Kita dapat mencontoh kebiasaan di Amerika, Jepang dan Negara Eropa
yang masyarakatnya gemar membaca. Di waktu luang saat berada di ruang tunggu
stasiun, bandara, pusat perbelanjaan, antre dokter dan lain-lain rata-rata
mereka gunakan untuk membaca. Dalam keluarga tersedia perpustakaan kecil dan
membiasakan mengalokasikan membeli buku dalam anggaran belanjanya. Sangat
berbeda dengan masyarakat Indonesia lebih senang ngobrol/ngrumpi (budaya
lesan). Padahal salah satu indeks kemajuan negara adalah dengan budaya
membaca warganya.
Oleh karena itu guru YPL
dalam GLS, hendaknya mampu berkolaborasi dan menguatkan kemitraan dengan
keluarga. Seperti dikatakan Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga
Kemendikbud, Dr Sukiman MPd, keluarga adalah pendidik yang pertama dan utama.
Keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak adalah sebuah keniscayaan. Berbagai
studi menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam pendidikan dapat meningkatkan
prestasi belajar anak. Selain prestasi belajar, penumbuhan karakter juga
membutuhkan peran keluarga. Kerjasama dan keselarasan antara pendidikan yang
dilakukan di satuan pendidikan dan di lingkungan keluarga merupakan kunci
keberhasilan pendidikan.
Rambu-rambu budaya membaca
dibuat seefektif mungkin sehingga menumbuhkan minat dan niat. Tidak lupa
berbagai referensi (buku bacaan) disediakan sesuai dengan jenjang usia dan
dapat menumbuhkan rangsangan membaca secara lebih serius. Penyediaan buku dan
upaya memacu minat baca harus dilakukan secara sinergis. Minat baca muncul
secara masif karena merasa mendapatkan manfaatnya. Begitu pula penyusunan
jadwal dan acara kegiatan kompetitif membaca bagi anak-anak (PAUD) dan remaja
agar semakin menumbuhkan minat baca. Pasalnya dari tingkat partisipasi PAUD di
Indonesia masih rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya. Indonesia masih di bawah
20. Vietnam mencapai angka 43, Thailand 86, Malaysia 89 dan Filipina di angka
27.
Demi meningkatkan literasi harus dirasakan manfaat dari membaca
bagi guru dan peserta didik YPL. Kegiatan membaca tidak bisa hanya ajakan
tetapi langsung praktik dan dilakukan terus-menerus, bentuk semangat haus
membaca dan haus pengetahuan. Kata pepatah, rajin membaca membuka jendela
informasi dunia. Mari dukung GLS dari lingkungan sekolah kita demi membuka
jendela informasi dunia. Begitu! (FX Triyas Hadi
Prihantoro)
Realita
Buah atas Ketekunan Doa dan Gigih
Berjuang demi Anak
Perjuangan
untuk menikah secara katholik 100% bagi Yohanes Sustya Budi (49 th) dan Yovita
Suprapti (45 th) di kelak kemudian hari menjadi fondasi spiritual bagi
pembentukan keluarganya.
Saat keduanya masih
pacaran Prapti belum katholik karena berasal dari keluarga muslim. Seiring
waktu dia mulai menjadi simpatisan lalu mengikuti katekumen dan akhirnya baptis
dewasa. Satu tahun kemudian saat usianya 24 tahun dia sudah menerima sakramen
penguatan. Sah sudah secara hukum dan gereja menjadi katholik.
Sustya tak pernah
sedikitpun memaksanya menjadi katholik, meskipun keduanya telah berpacaran. Saat-saat
berdua, Sustya sering menceritakan tentang katholik dan ajaran-ajarannya
terutama tentang bagaimana keluarga katholik. Semakin lama Prapti semakin
tertarik ingin menjadi katholik. Panggilan Tuhan kepada umatnya memang tak terduga, di sinilah misteri iman
yang tak bisa diramal sebelumnya.
Tahun
1996 mereka menerima Sakramen Pernikahan, beberapa bulan setelah Prapti
menerima Sakramen Penguatan. Pernikahannya
memang didasari cinta yang mendalam, namun lama-kelamaan Prapti menyadari, ternyata
setelah berkeluarga tak cukup hanya bermodal cinta saja, ada banyak hal yang
harus dilakukan demi kelangsungan keluarganya namun menekan rasa cinta dan
harus legowo/ikhlas untuk menghadapi semua ujian hidup. Pada tahun itu juga
ketika 6 bulan usia kehamilannya, suaminya yang adalah sarjana
pertanian UGM memutuskan menerima
tawaran bekerja di PT Central Pertiwi Bahari, sebuah industri integrated udang
milik investor asing yang berlokasi di Lampung. Di perusahaan ini, 20 tahun kemudian
mengantarkan Sustya menduduki jabatan Manager Produksi di perusahaan itu hingga
saat ini.
Prapti sudah siap
mental jika kelahiran anaknya tanpa ditunggui oleh suami, dan untunglah keluarga
besarnya di Muntilan selalu mendukungnya dalam segala hal. Ketika Lala, anak
pertamanya, berusia 6 bulan, Prapti memutuskan menyertai suaminya di Lampung dan
itu dijalani selama 3 tahun.
Masa depan yang baik
memang harus di planning sejak dini.
Mereka berdua memutuskan kembali ke Jawa lalu membangun rumah di Muntilan yang
ditempatinya hingga saat ini. Mereka berkeyakinan, pendidikan anak-anaknya
tetap harus di Jawa, meskipun dengan konsekuensi yang berat. Karena antara ayah
dengan ibu plus anak-anak harus LDR (
Long Distance Relationship). Setelah menjalani masa kerja 40 hari, Sustya
mendapat hak cuti selama 2 minggu, dan tentu waktu cuti ini dimanfaatkan pulang ke Jawa berkumpul dengan keluarga
mengobati rasa rindunya. Demikian ritme hidupnya hingga saat ini. Kurang lebih
6 tahun lagi saat usia Sustya 55 tahun barulah mendapat hak pensiun dari
perusahaannya, maka membangun rumah menjadi prioritas utama. Menjalaninya dengan enjoy dan penuh rasa syukur, tak terasa sudah 20 tahun menikmati
semua itu.
Kini
dengan 3 anak menjadi bukti perjalanan iman keduanya. Anak pertama Lala (20 th)
Maret 2017 lalu diwisuda sebagai sarjana
farmasi Universitas Sanata Dharma Yogya dengan predikat Cumlaude. Ia tercatat sebagai lulusan termuda 2017 dan sekarang ini
tengah studi lanjut profesi Apoteker. Nino (16 th), anak kedua, masih kelas X
di SMA Kolese De Britto Yogya dan si bungsu yang bercita-cita menjadi Romo, Gaby ( 12 th) kelas 6 di SD PL St
Ignatius Muntilan.
Prapti menceritakan
saat-saat berat yang dijalaninya adalah ketika anak-anak masih kecil, apalagi salah satu ada yang sakit, dan kala itu belum
ada gadged. Masih mengandalkan telpon
kabel yang harus mengantre. Semua harus
diatasi sendiri, namun rasa syukur tak
terhingga bahwa ada bapak dan ibunya
yang dekat sehingga merekalah yang senantiasa mendukung.
Prapti menyadari bahwa
semua harus disyukuri, dihadapi dan dinikmati, apapun kejadiannya. Tidak setiap
saat bisa berkumpul dengan keluarga secara utuh, membuatnya mampu memetik maknanya yaitu menjadikannya amat menghidupi
kekuatan doa. Sustya merasa bersyukur memiliki istri yang tekun dalam doa dan gigih berjuang untuk
anak-anaknya. Karena itu saat ambil cuti dan berkumpul dengan istri serta 3 anaknya,
dia menikmati kebersamaan itu dengan keluarganya semaksimal mungkin. Meskipun
saling berjauhan dan waktu berkumpul yang terbatas dengan keluarga, namun
keluarganya ditopang dan dibangun di
atas fondasi iman yang teguh akan penyertaan Tuhan.
Keterlibatan menggereja
juga dicontohkan secara langsung kepada anak-anaknya. Sering si kecil Gaby
tertidur di pangkuan ibunya saat diajak Ibadat Lingkungan, tetapi pengalaman inilah yang kelak ketika anak-anak telah dewasa akan menjadi fondasi untuk gerakan imannya. Itulah salah satu realita
dinamika hidup berkeluarga, apapun
bentuknya, ketika menyertakan Tuhan di dalamnya maka hal itu akan nampak
pada anak-anaknya yang senantiasa memiliki kompas iman. Jika kedua orang tua
berjalan sesuai dengan Kompas iman akan mampu mengantarkan anak-anaknya pada masa depan yang benar.
Jatuh bangun harus
terjadi, sebab saat seseorang jatuh sebenarnya menjadi moment untuk membangkitkan kekuatan dalam dirinya, entah itu percaya
dirinya, kesabarannya, kegigihannya dan kekuatan-kekuatan yang lain. Namun
sering manusia tidak memahami cara kerja Tuhan, maunya instan dan cepat yang
kadang diakhiri dengan hal-hal yang kurang benar. Semoga para pembaca mampu
memetik hikmah dari realita suami-istri Sustya dan Prapti ini.
-
Nik (dari sumber langsung)
Melongok
Budaya
Literasi di Sekolah Pangudi Luhur
Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad, dalam acara Anugerah Literasi Prioritas
bagi 19 kabupaten/kota mitra The United
States Agency for International Development (USAID) Senin 20 Maret
2017 mengatakan, sekolah harus menjadi basis pembangunan
literasi Indonesia di masa depan (Kompas,
21 Maret 2017).
Budaya literasi atau sering juga disebut
Gerakan Literasi Sekolah (GLS). adalah sebuah upaya menumbuhkan budi pekerti
siswa. Tujuan gerakan ini adalah agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis
sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.
GLS
memperkuat gerakan pertumbuhan budi pekerti dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu bentuk nyata kegiatan tersebut adalah Gerakan 15 menit membaca buku selain buku
pelajaran sebelum proses pembelajaran mulai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik dan meningkatkan keterampilan membaca agar peserta didik dapat
menguasai pengetahuan secara lebih baik. Materi baca yang dianjurkan adalah
yang berisi nilai-nilai budi pekerti, kearifan lokal, nasional, dan global yang
disampaikan atau ditulis sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Prinsip-prinsip GLS
Beberapa hal yang menjadi prinsip GLS adalah pertama, sesuai dengan tahap perkembangan
peserta didik berdasarkan karakteristiknya. Kedua,
dilaksanakan secara seimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan
kebutuhan peserta didik. Ketiga,
berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum. Keempat, kegiatan literasi dilaksanakan
secara berkelanjutan. Kelima, melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan. Dan
terakhir, mempertimbangkan keberagaman.
Tahapan Pelaksanaan GLS
Tahap pertama adalah penumbuhan
minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca. Tahap kedua, meningkatkan kemampuan literasi melalui
menanggapi buku pengayaan. Tahap ketiga, meningkatkan kemampuan literasi di semua
mata pelajaran dengan menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua
mata pelajaran. (Buku saku Gerakan
Literasi Sekolah: mangwaskim.blogspot.co.id)
Budaya Literasi di Sekolah
PL
Bagaimana penerapan Gerakan Literasi
Sekolah di sekolah-sekolah Pangudi Luhur? Dalam pembicaraan dengan beberapa rekan guru, belum semua sekolah Pangudi Luhur
membudayakan gerakan ini. Bahkan saat kami, Tim Bianglala, melontarkan masalah literasi untuk
diangkat sebagai salah satu tema dalam penerbitan majalah Bianglala masih ada anggota redaksi yang belum mengerti apa yang
dimaksud dengan budaya literasi.
Salah
satu sekolah Pangudi Luhur yang sudah membudayakan Gerakan Literasi adalah SMP PL Santo Yusup Semarang. Sekolah ini sudah menerapkan sejak
awal tahun pelajaran 2016/2017. Jika dilihat dari tahap-tahap literasi di atas,
SMP St Yusup sudah sampai pada tahap kedua yaitu peserta didik mampu menanggapi
buku yang dibaca. Menurut Pak Hari, guru BK di sekolah tersebut, salah satu kendala pelaksanaan literasi
adalah ketersediaan buku bacaan. Oleh karena itu beberapa waktu yang lalu Kepala Sekolah dan Guru BK sempat mengumpulkan majalah Bianglala untuk menambah ketersediaan
bahan bacaan.
SMP PL Wedi, dari hasil wawancara dengan Bruder Y Wahyu Bintarto FIC, dijelaskan, SMP PL Wedi sudah menjalankan Gerakan Literasi. Gerakan ini dijalankan dengan
cara menumbuhkan hari Sabtu Membaca.
Buku bacaan disediakan oleh Tim
Pengembang Kurikulum Sekolah. Jenis bacaan divariasi (bacaan
umum, bacaan berbasis bahasa Inggris dan bahasa Jawa). Selain itu siswa diberi
kesempatan untuk menyiapkan buku sendiri.
Kendala
yang dihadapi selama ini adalah, siswa kelas 8 dan 9 cenderung mengabaikan
dengan tidak menyiapkan buku sendiri. Mereka sekadar membaca buku paket.
Tanggapan atas buku yang dibaca belum menjadi upaya bersama.
SMP PL Mandungan, berdasarkan wawancara singkat yang saya
lakukan dengan Pak Dwi lewat messenger
sekolah ini belum menerapkan literasi sekolah seperti yang dimaksudkan
Kemendikbud. Meskipun demikian, sekolah memiliki kegiatan pengembangan diri. Dalam
kegiatan ini sekolah mewajibkan peserta didik untuk membaca dan membuat
ringkasan.
Kegiatan
pengembangan diri di SMP PL Mandungan ini dilaksanakan setiap hari Jumat jam
ke-5. Kegiatan pengembangan diri tersebut diikuti semua anak dan tiap kelas
mendapat tugas yang berbeda-beda. Untuk anak-anak kelas 7 siswa membaca koran,
kelas 8 novel, dan untuk kelas 9 buku pengetahuan umum.
SMP PL Moyudan. Berdasarkan hasil wawancara singkat
dengan Pak Budiono, untuk tahun ini SMP PL Moyudan sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah. Konsep yang diterapkan adalah
sekolah menyediakan waktu 1 jam pelajaran pada saat jam I setiap Sabtu. Dalam
perkembangan berikutnya, Pak Budi menjelaskan, setiap 3 bulan siswa harus membaca,
meringkas, dan membuat ulasan. Hasil pekerjaan mereka dikumpulkan menjelang
UTS, UAS. Pekerjaan siswa dinilai oleh Wali Kelas dan guru Bahasa Indonesia sebagai
nilai tugas.
Rencana
ke depan SMP PL Moyudan akan menerapkan konsep literasi sekolah setiap hari
sebelum jam I. Para siswa wajib membaca buku minimal 1 buku untuk 1 semester.
Kelas 7 membaca buku fiksi, kelas 8 buku ensiklopedia, dan kelas 9 buku
pengetahuan atau referensi lain.
SMP PL Ambarawa, dari hasil wawancara via WA (Whats App) dengan salah seorang guru di sekolah
tersebut, SMP PL Ambarawa belum melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah. Hal ini
dikarenakan sekolah masih menerapkan Kurikulum 2006.
SMP PL Sedayu. Sama dengan SMP PL Ambarawa, sekolah
ini juga belum menerapkan literasi sekolah. Bahkan ketika saya menanyakan
kepada salah seorang teman guru yang bertugas di sekolah tersebut, beliau
mengatakan “Literasi apa ya? PL Sedayu belum Pak.”
SMP PL Domenico Savio belum menerapkan budaya literasi.
Gerakan ini masih dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia. Itupun belum secara
menyeluruh atau dengan kata lain masih sekadar untuk selingan. Pengalaman yang
menarik sebenarnya ketika anak-anak diminta membawa buku bacaan baik novel atau
buku pengetahuan. Mereka sebagian besar spontan merasa senang. Jika
dibandingkan dengan membaca koran, mereka lebih senang membaca novel. Dan pada
saat mereka diminta menuliskan pendapat mereka tentang buku yang mereka baca,
mereka dapat menuliskannya dengan baik.
Dalam
acara pembukaan Pelatihan
Kurikulum 13 di SMP PL Domenico Savio beberapa saat yang lalu, Kepala Dinas
Pendidikan Kota Semarang menanyakan kepada Kepala SMP PL Domenico Savio, Bruder Albertus Suwarto FIC tentang
pelaksanaan literasi di Domsav. Karena Domsav belum menjalankan program ini,
Kepala Dinas Pendidikan menyarankan agar Domsav segera melaksanakan program
literasi. Menurut Pak Bunyamin, program ini mampu meningkatkan kecerdasan
peserta didik sehingga anak-anak akan lebih optimal dalam pembelajaran atau
istilah Pak Bun semakin mudah digenjot
prestasinya.
Karena
keterbatasan,
maka saya tidak dapat menghubungi semua rekan guru PL seluruh Indonesia. Jika
kesempatan lain, Bruder, Bapak, Ibu berkenan berbagi dengan Bianglala berkaitan dengan Gerakan atau
Budaya Literasi di sekolah Bruder, Bapak, Ibu saya dengan senang hati untuk
menerimanya. (F.
Rudy Dwiwibawa)
Percik
Oleh : Daniel
Machsimus Lullulangi *)
Suatu kali, saya pergi ke kawasan
Malioboro bermaksud
membeli buku dan beberapa baju sebagai buah tangan. Tentu saja, berjalan dari
ujung ke ujung deretan toko berusaha mencari barang yang tepat tidaklah
mudah. Semuanya perlu waktu.
Saya merasa
lelah dengan tangan penuh belanjaan. Lelah memaksa saya duduk di depan mal.
Saya haus dan lapar. Karena
jam makan siang, saya memutuskan untuk pergi makan. Saya mengambil dompet. Ya
ampun, hanya tersisa uang Rp
50.000. Apa ini cukup untuk saya?
Daripada
kelaparan, saya pergi ke salah satu restoran cepat saji. Dengan uang yang saya
punya, saya sempat mengeluh dan kesal. Ke mana uang yang lain? Untuk sampai ke tempat makan, saya harus
berjalan beberapa blok dengan panas
matahari yang sangat menyengat.
Di jalan, saya
melewati beberapa pedagang di emperan lampu lalu-lintas kota itu. Saya heran sekaligus
kagum dengan semangat para pedagang itu untuk menjajakan barang jualan dari
pagi sampai mungkin seselesainya.
Melihat orang
lain yang tetap semangat di tengah susahnya hidup di zaman ini, saya merasa
malu. Apalah arti mengeluh bagi saya jika masih ada orang yang lebih pantas
untuk mendapatkannya?
Sepatu hitam
Saya teringat pengalaman
saat hendak memasuki tahun ajaran baru di bangku SMP. Ketika itu, saya naik ke
kelas 2. Orang tua saya menghendaki saya membeli sepatu baru. Malam hari, kami
pergi dan kami pun sampai di salah satu toko. Sepatu saya harus hitam karena
sekolah mewajibkan warna sepatu dominan hitam.
Ketika mencari
sepatu, saya sempat kebingungan dengan banyaknya pilihan untuk sepatu sekolah.
Di salah satu etalase, saya menemukan sepatu yang tepat untuk saya. Hitam
seluruhnya dan sangat ringan sehingga cocok untuk dipakai.
Alangkah
terkejutnya saya ketika membaca
label harga. Hingga 6 digit. Saya ragu ibu saya untuk mampu membelikan sepatu ini, tapi tidak ada
sepatu yang seperti ini di tempat lain.
Menanggapi hal
itu, ibu saya menyarankan untuk beralih ke sepatu yang lain.
“Di toko
sebelah saja, ya Nak?” kata ibu saya.
“Ini saja,
Bu,” jawab saya.
Tapi, tetap
saja kami pulang dengan tangan kosong. Memang, harga sepatu itu sangat mahal untuk anak sekolahan.
Saya sempat
kecewa dan mengeluh. Di
rumah, saya marah karena tidak mendapatkan yang saya inginkan. Di sisi lain,
saya menyesal saya telah marah dan berbuat demikian.
Dari
pengalaman saya itu, saya memetik satu pokok penting. Bersyukur akan segala hal
itu simpel,
tapi seringkali susah dilakukan. Saat ini, mungkin kita hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Semua hal kita
tanggapi tanpa berpikir usaha kita ke depannya. Tetap saja walaupun mengeluh,
beban kita tetap bertambah.
Mungkin,
banyak tawaran duniawi di sekitar kita. Berbagai produk menonjolkan
kelebihannya dibanding produk
lainnya. Seakan hidup
didasarkan pada kepuasan yang mungkin hanya sesaat.
Tuhan mengkaruniakan akal budi. Sesuatu yang hanya
dimiliki manusia. Dalam hidup, kita yang menentukan pilihan. Ada otonomi dalam diri
kita.
Selalu bersyukur itu yang
penting. Tapi, apa kita selalu bersyukur? Atau malah kita selalu mempersalahkan
hidup, terlebih Tuhan,
atas segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita?
Dari seluruh
pengalaman saya tersebut,
memang benar kata seorang bijak, ‘Hidupmu yang kamu keluhkan mungkin adalah
hidup yang orang lain inginkan’. Semua hal yang kita tuntut di dunia hanya kita
pandang dari satu sisi. Kita hanya berpikir untuk diri kita sendiri. Orang lain
yang di luar sana mendambakan hidup seperti kita ini. Mereka mungkin berhak
mendapat yang kita punya. Semua usaha mereka mungkin lebih layak dari
keluhan-keluhan kita.
Manusia memang
tidak pernah lepas dari keinginan duniawi. ‘Roh memang kuat, tapi daging
lemah,’ begitu kutipan dari ayat Alkitab. Sekarang, kita diajak untuk lebih
bersyukur untuk segala sesuatu yang kita punya. Dan pilihan kita sebagai
seorang manusia ada di tangan kita yang menjalaninya.
*) Siswa SMA
Pangudi Luhur Van Lith Muntilan
Segar
Sejumlah
“Kebaikan” Jeruk
Nipis
Kebiasaan kecil akan membuat perubahan
besar. Jeruk nipis bisa
mengubah hidup kita dengan
cara selalu meminum air jeruk nipis ini
setiap pagi sebelum memasukkan segala
makanan. Jeruk nipis mengandung nutrisi seperti
vitamin C dan A, asam folat dan zat besi (Fe).
Berikut ini beberapa “kebaikan”
jeruk nipis yang membawa kita menuju sehat.
1. Salah satu “pasukan” anti kanker
Jeruk nipis membantu tubuh
kita melawan kanker karena zat antioksidan
yang terkandung di dalamnya. Zat antioksidan juga berperan mencegah penuaan dini dan mengurangi resiko tubuh
kita dalam memproduksi sel kanker.
Jeruk nipis juga mampu sebagai penetralisasi
yang membantu tubuh untuk menyeimbangkan kadar asam
yang biasanya mempengaruhi pertumbuhan sel kanker.
2. Membantu sistem limpa dalam kekebalan tubuh (immunitas)
Limpa berkaitan dengan memproduksi limfocyt
atau sel darah putih. Jadi limpa merupakan bagian
integral dari sistem kekebalan tubuh manusia,
sebagaimana limfocyt bertanggung jawab untuk memproduksi antibodi melawan zat
asing (anitigen). Semua jenis jeruk mengandung vitamin
C cukup tinggi. Vitamin C berfungsi sebagai
anti-inflammatory (anti peradangan),
juga membantu tubuh untuk meregenerasi sel sehingga bisa
mempercepat proses pemulihan pasca sakit. Vitamin C
pada tubuh juga membantu kita menyingkirkan kelelahan dan mengurangi stres
yang berlebihan. Air jeruk nipis akan membantu
organ hati lebih aktif di
pagi hari sehingga
kinerja pencernaan
akan semakin baik.
3. Membantu otak bekerja lebih optimal
Jeruk nipis mengandung mineral
magnesium (Mg) dan potassium cukup tinggi
sehingga jika rutin mengonsumsi
air jeruk nipis maka sistem otak akan berfungsi maksimal.
Jeruk nipis juga membantu mencegah dehidrasi sehingga membantu daya konsentrasi.
4. Mengatasi susah buang air kecil
Air jeruk nipis hangat setiap pagi akan membantu sistem diuretic (pembuangan
air ke luar
dari tubuh) kembali
normal. Secara alami sisa-sisa metabolisme tubuh akan
diekskresikan melalui cairan yang keluar tubuh seperti urin dan keringat. Jeruk nipis membantu tubuh
kita mengeluarkan racun dari tubuh setelah enzim detoksifikasi/enzim
penetral racun yang dihasilkan oleh organ
hati
memproses detoksifikasi racun tubuh
5. Mencerahkan kulit
Air jeruk nipis adalah anti septik/pembunuh
kuman alami. Jeruk nipis bisa
digunakan pada luka bakar atau sengatan lebah untuk mengurangi bengkak dan sakit.
Selain itu zat antioksidan dalam jeruk nipis
juga mengurangi jerawat dan komedo sehingga kulit
kita akan lebih sehat.
6. Menetralkan kadar pH dalam tubuh
Terlepas dari betapa asamnya jeruk nipis,
tetapi justru jeruk
nipis yang
mengandung alkaline atau basa, karena jika diuji dengan menggunakan kertas
lakmus akan menunjukkan warna biru sebagai indikator sifat basa (pH lebih dari
7). Ketika jeruk nipis dicampur dengan
air akan membantu memproduksi molekul dalam tubuh
yang nantinya berfungsi sebagai penyeimbang kadar pH.
Untuk memaksimalkan manfaat
yang bisa kita ambil dari air perasan jeruk nipis,
sebaiknya buatlah air larutan jeruk nipis
di pagi hari dan minum ketika benar-benar masih belum meminum apapun pagi itu.
Memang agak susah mencoba
di hari-hari pertama, namun jika terus berupaya
mengaplikasikan kebiasaan ini sejumlah “kebaikan” jeruk nipis akan kita rasakan
dalam kehidupan kita.
-
nik (dari beberapa sumber)
Dinamika
Menggunakan Media
Sosial Secara Positif
Oleh : Wawan S. *)
Kemenangan Donald Trump atas Hillary Clinton
dalam pemilihan Presiden AS (Amerika Serikat) tahun 2016 mematahkan harapan
sebagian masyarakat dunia. Masyarakat dunia berharap Hillary memenangi
pemilihan karena dia dipandang tidak se kontroversial rivalnya.
Banyak analisis menilai kemenangan Donald Trump
tak lepas dari aktivitas tim kampanye di dunia media sosial. Menurut sebuah
penelitian, Trump menang karena tim kampanyenya melakukan 10.000 kali tweet per
15 menit, jauh dibanding tim Hillary yang hanya melakukan 3000 tweet. (https://github.com/Rameshb-umd/Social-Network-Analysis). Beberapa
bulan setelah peristiwa tersebut, kita mendengar sebuah tuduhan pelecehan agama
yang dilontarkan kepada Gubernur DKI, Basuki Cahaya Purnama. Tuduhan ini
merujuk pada sebuah posting di youtube, yang diduga sudah diedit oleh
Buni Yani.
Kita percaya bahwa media sosial, sebagai sebuah
produk teknologi, seharusnya memberi manfaat. Yang menjadi persoalan adalah
bagaimana caranya supaya media sosial memberi manfaat bagi semua pihak. Hal ini
penting karena menurut penelitian Pew Research Center tahun 2016, 62% orang
dewasa di AS mendapat sumber berita dari media sosial. Padahal, lembaga yang
secara khusus didesain untuk menyediakan berita adalah media massa
(koran/majalah, TV berita dan situs berita). Sementara itu media sosial, juga
blog pribadi, tidak memiliki mekanisme yang layak seperti media massa. Media
sosial dan blog memang bisa menyediakan semacam berita, atau istilah
menterengnya user generate content.
Namun dalam penelitian yang penulis lakukan ketika terjadi erupsi Merapi 2010,
sebagian besar berita blog yang penulis pantau, tak lebih dari komentar alias
opini atas berita lain.
Septiawan Santana, seorang pakar teori
jurnalistik, dalam buku berjudul “Jurnalisme Kontemporer” menulis tentang Teori
Media Demokratik-Partisipan. Teori ini menyatakan bahwa ada kehendak masyarakat
untuk ikut menggunakan media massa yang ada tanpa dikekang oleh redaksi yang
otoriter; atau masyarakat lokal menciptakan medianya sendiri. Sayangnya buku
ini ditulis tahun 2005 sehingga belum memasukkan ledakan penggunaan media
sosial. Namun di bagian lain buku itu, ditulis tentang Stephen Glass, seorang
jurnalis yang namanya mendunia karena tulisan tentang konferensi nasional para hacker. Sayangnya popularitasnya didapat
karena reportase tersebut palsu. Jadi, jika seorang jurnalis yang bekerja di
media profesional saja bisa (disengaja) salah, apalagi tulisan-tulisan di
jejaring sosial yang latar belakang penulisnya tidak karuan.
Media sosial yang berguna
Agar tulisan ini relevan untuk pelajar dan kaum
muda, saya mencoba membuat solusi bagaimana agar ketika kita menulis “berita”
di media sosial bisa berguna bagi orang lain. Atau paling tidak supaya kita
tidak dijerat dengan UU ITE. Panduan singkat ini saya adopsi dari “kitab
suci”-nya para jurnalis berjudul “Elements
of Journalism”.
Pertama,
hati-hatilah dengan apa yang disebut sebagai “kebenaran”. Dalam buku tersebut
ditulis sub judul: kebenaran, prinsip pertama dan paling membingungkan. Tiap
orang memiliki kebenaran subyektif, yaitu kebenaran menurut cara pandangnya.
Jika Anda ingin menulis tentang kebenaran, tulislah tentang kebenaran objektif.
Jika Anda tidak bisa meraih kebenaran objektif, lebih baik tidak usah menulis
status.
Kedua, Anda wajib
mempertanggungjawabkan tulisan Anda kepada pembaca. Jika Anda menulis sesuatu
yang diterjemahkan sebagai penghinaan, padahal Anda tidak bermaksud demikian,
tulisan Anda tetap bisa dianggap sebagai penghinaan. Maka, jika Anda mau
menulis suatu desas-desus, jangan lupa untuk melakukan verifikasi terlebih
dahulu. Ketiga, jangan subjektif
dalam melihat fakta. Membela teman bukanlah sikap yang buruk. Namun jangan
sampai subjektivitas ini mencederai pihak lain. Karena hal ini dengan mudah
akan terpeleset pada penghinaan terhadap pihak lain.
Keempat, Anda boleh
mengkritisi penguasa/atasan, namun jangan menghinanya. Membela pihak yang
tertindas memang kelihatan mulia, namun jangan sampai melakukan penghinaan. Dan
yang kelima, jangan lupakan tanggung
jawab moral atas status yang Anda tulis di jejaring sosial. Bisa jadi status
Anda pada media sosial akan diteruskan oleh para “pengikut” Anda dan berdampak
lebih luas. Dampak yang terjadi atas status tersebut masih menjadi tanggung
jawab Anda.
Atau secara umum, buatlah status di media sosial
yang bernada positif. Optimisme tentu lebih baik dari pesimisme. Pujian lebih
baik dibanding hinaan. Menumbuhkan pengharapan lebih baik dibanding mencela.
Memotivasi diri lebih baik dibanding mengeluh. Dan masih banyak lagi.
Sebenarnya pilihan-pilihan itu sama seperti
etika komunikasi dalam kehidupan nyata. Namun masih banyak orang berpikir bahwa
FB, twitter, blog dan media sosial
lain adalah ruang privat. Padahal tidak. Kasus-kasus penghinaan yang
disidangkan di pengadilan menunjukkan bahwa UU ITE menganggap FB, twitter, blog dan media sosial adalah
ruang publik. Maka, seandainya Anda ingin mengungkapkan unek-unek pada pihak
lain di media sosial, bayangkan bahwa Anda dan orang tersebut duduk bersama
dalam sebuah rapat. Apa yang etis di ruang rapat, etis juga di media sosial.
Apa yang bisa menjerat Anda dengan pasal penghinaan di ruang rapat, juga bisa terjadi
di media sosial.
*) Karyawan SMA PL Sedayu
Ekspresi
Sajak-Sajak
Puisiku
(Laurensia, Guru
SMP PL Sedayu)
Ketika langkahku terhenti di persimpangan jalan
Kurebahkan diri dalam ribaan-Mu
Ketakutan yang terasa mengancam
Menaklukkan berbagai macam rasa dalam benak.
Usahaku mencari jawab
Kian terhimpit oleh luasnya ruang dan waktu.
Perlahan semua tabirnya
terungkap
Sayatan halusnya begitu pedih
menikam jantungku
Tanpa garang mengerang
Seolah kian sempit jalan ini
kulalui...
Tertatih ku melatih hati
untuk tetap bersandar
Berjuang menjadi seorang
petualang sejati.
(Dian TC, SMA PL Santo Yosef )
Waktu kian merenggut kebersamaan yang kita jalani
bak mangsa yang diburu sang pemburu
kita terseok-seok berlari dari keadaan ini
sungguh tak ingin rasanya ku beranjak
tak ingin rasanya kulepaskan tawa itu
tak ingin rasanya kulepaskan senyuman itu
dan tak ingin rasanya kehadiran kalian hilang dari pandanganku..
namun kutahu,
sudah masanya semua beranjak pergi
mengejar mimpi masing masing
menenggelamkan kenangan yang lalu
dan menyimpan rapat-rapat kebersamaan yang pernah dilalui
untukmu wahai kawanku..
meski kita tak lagi bersama
ingatlah masa ini
hingga nanti kita akan dipertemukan lagi
dengan berjuta cerita yang hendak dibagi
terima kasih telah bersama selama ini
sampai bertemu di lain masa wahai teman-temanku…
bak mangsa yang diburu sang pemburu
kita terseok-seok berlari dari keadaan ini
sungguh tak ingin rasanya ku beranjak
tak ingin rasanya kulepaskan tawa itu
tak ingin rasanya kulepaskan senyuman itu
dan tak ingin rasanya kehadiran kalian hilang dari pandanganku..
namun kutahu,
sudah masanya semua beranjak pergi
mengejar mimpi masing masing
menenggelamkan kenangan yang lalu
dan menyimpan rapat-rapat kebersamaan yang pernah dilalui
untukmu wahai kawanku..
meski kita tak lagi bersama
ingatlah masa ini
hingga nanti kita akan dipertemukan lagi
dengan berjuta cerita yang hendak dibagi
terima kasih telah bersama selama ini
sampai bertemu di lain masa wahai teman-temanku…
Pena
(Hani C. Tarigan)
Aku menulis…
Sepanjang hari aku
menulis
Menulis tiap kata tanpa
harus berkata
Awal kataku memang
terbata-bata
Dari mulai a sampai
huruf vokal lainnya
Semuanya kususun tanpa
harus berkata
Aku menulis…
Menulis setiap karangan
penuh kata
Menulis setiap arti
dari rindu
Menulis setiap duka
dari sang hampa
Sambil menunggu
keterbatasan darinya
Aku menulis…
Dengan sebuah pena
Dan selembar kertas
Menanti kata-kata
mengalir deras
Di telingaku
Aku menulis…
Sambil berkarir tanpa
harus berhenti
Aku
menulis…
Tanpa
harus berkata namun harus menata
Pantaskah?
(Sri Mulyani, SMA PL Sedayu)
Ada saatnya ku harus pulang
Ditujuan akhir setiap insan
Dikeabadian sebuah hidup
Dimana dunia kekal ku berada
Aku tak berani melangkah
Namun harus melangkah
Mulutku membisu tanpa kata
Tanganku mengadu
Mataku bercerita
Dan malaikat mengadiliku
Kisah hidupku menjadi kunci
Kunci hidup kekalku ditentukan
Pantaskah aku hidup bersama-Nya?
Walau ku slalu hiraukan Dia
Berjuta detik sehari
Sedetik saja tak sempatkan ucap syukur
Syukur yang harusnya terucap
Terlupakan dengan sonanyaman
Yang buatku bagai pecundang
Tak tau diri walau diberikan kesempatan
(Sri Mulyani, SMA PL Sedayu)
Ada saatnya ku harus pulang
Ditujuan akhir setiap insan
Dikeabadian sebuah hidup
Dimana dunia kekal ku berada
Aku tak berani melangkah
Namun harus melangkah
Mulutku membisu tanpa kata
Tanganku mengadu
Mataku bercerita
Dan malaikat mengadiliku
Kisah hidupku menjadi kunci
Kunci hidup kekalku ditentukan
Pantaskah aku hidup bersama-Nya?
Walau ku slalu hiraukan Dia
Berjuta detik sehari
Sedetik saja tak sempatkan ucap syukur
Syukur yang harusnya terucap
Terlupakan dengan sonanyaman
Yang buatku bagai pecundang
Tak tau diri walau diberikan kesempatan
Waktu
( Lucia
Desy Puspitasari, SMA PL Sedayu )
Ada waktu yang memantau kita
Lalu kehidupan menjadi hidup
Dengan sendirinya
Dan menjadikan hidup kita
lebih berwarna
Waktu adalah lembaran kisah
Yang telah membawa kita jauh
dari masa lalu ke masa depan
Bahkan waktu telah
mengajarkan kita banyak hal
Dan akan terlukisnya suatu
impian
Yang akan menghiasi waktu
Ada dan tiada adalah
kenyataan
Hidup butuh waktu
Karena waktu adalah kita
Dan kita adalah waktu
Impian Segambar
(Pungki, SMA PL Sedayu)
Roda selalu berputar
Begitu juga waktu yang berjalan
Dari roda yang berputar kecil
menjadi besar
Berpikir mainan hingga segalanya
Begitu cepat bila dirasakan
Kini..
Setelah menikmati roda yang berputar lambat
Ada sekerikil angan mungil muncul
Gambaran langit yang entah kapan terjadi
Bersama lilin-lilin kecil yang
menghidupi
Adanya dua makhluk kecil yang segambar
Berlari dan bernyanyi mengitariku
Dengan baju cerah sepadan
Dengan hiasan pelangi di rambut tipisnya
Begitulah gambaran angan yang selalu muncul
Hadirnya malaikat segambar
Adalah impian setiap insan bumi
Melihatnya tumbuh dan semakin segambar
Adalah harapan yang menyertai
Begitulah putaran waktunya
Semakin cepat roda berputar
Hadiah itu semakin besar
Dan segera akan mengerti
Bahwa merekalah hadiah
Bahwa merekalah keistimewaan Pencipta
Peelsiana
Pak Sronto yang “Inofatif”
Pagi itu semua karyawan termasuk bel boy, satpam, tenaga gudang, teknisi, dan tenaga kebersihan
dikumpulkan. Emang sih, tidak hanya perusahaan tempat Pak Sronto bekerja tetapi
perusahaan tetangga ikut dibina. Tujuan pembinaan pasti bagus dan inovatif.
“Bapak dan Ibu, dalam era globalisasi ini semuanya cepat
maju. Dalam satu detikpun orang bisa mengubah dunia. Apalagi di dunia maya,
tiap detik kita temukan berbagai peristiwa di seluruh dunia. Untuk
mengantisipsi semuanya, kita harus inovatip (Bos perusahaan orang Sunda sih,
jadi tidak bisa mengucapkan ‘f’), kreatip, dan masip,”kata Bos berapi-api.
“Apa sih, artinya inovatip?” tanya Pak Sronto yang asli
Jawa.
“Inovatip itu Teh
mengadakan pembaharuan!” kata Mukidi yang numpang lahir di Jawa Barat.
“Apa itu Teh?”
tanya Pak Sronto lagi.
“Itu Teh, apa
sih?” Mukidi balik bertanya.
“Ah, ngomong sama kamu pasti ada Teh. Emang mau minum teh?”
tanya Pak Sronto.
“Begini Pak, apa yang dimaksud inovatip, kreatip, dan masip
itu?” tanya Mukidi kepo banget.
“Kalau inofatif biarpun sampeyan
pegawai kecil punya sesuatu yang dibanggakan melalui perubahan atau
pembaharuan. Kreatif, sampeyan kudu
mengembangkan sesuatu yang sudah ada, sedang masif itu menyeluruh. Jadi kalau
ketiganya digabung memang bagus untuk karyawan seperti sampeyan,”Pak Biang menjelaskan seperti Bos.
“Oh, begitu ya?” kata Pak Mukidi.
“Ya, tapi sekarang dengarkan penjelasan pembicara itu dulu.
Nanti kalau sudah selesai kita baru berinovatif,” kata Pak Sronto.
Sehabis pertemuan, Pak Sronto karyawan kebersihan pun
mengajak teman-temannya untuk berinovatif. Lama Pak Sronto berpikir. Tiba-tiba
Pak Sronto langsung menemui teman-temannya untuk ber’inopatip’.
“Kita buat kolam ikan yok?” ajak Pak Sronto.
“Di mana? Perusahaan ini kan sempit,” jawab Mukidi.
“Begini. Kita sering melihat tower air itu meluap, daripada
airnya terbuang cuma-cuma, kita buat kolam di bawahnya. Siip kan? Airnya nggak
usah cari ke mana-mana. Tanpa ba bi bu atau bertanya pada bosnya langsung
menggali. Inopatip…gitu deh.”
“Akhirnya cangkul cangkul, cangkul yang dalam membuat kolam
di bawah tower,” begitu lagu Pak Sronto yang syairnya mirip lagu ‘Menanam Jagung’.
Pekerjaan hampir selesai tiba-tiba….”Hai apa yang kamu
kerjakan?” tanya Bos keras.
“Mau inopatip Pak. Mau buat kolam ikan di bawah menara air
ini, daripada tumpahan airnya terbuang sia-sia,”jawab Pak Sronto ringan.
“Iya Pak, kita kan inopatip dan kreatip nggak disuruh
menciptakan hal baru yang bermanpaat,” jawab Mukidi bergaya sok tahu.
“’Inopatip’ apaan? Lihat tuh kalau kalian gali terus tiang
penyangganya akan roboh, ‘ntar kalau roboh di atas kolammu terus gimana?” tanya
Pak Bos sedikit marah.
“Jadi ini bukan inopatip ya, Pak?” tanya Mukidi.
“Bukan!” bentak Pak Bos.
Pak Biang cuma melongo sambil memandangi tiang tower yang
sudah agak miring. Mukidi hanya plenthas
plenthus tidak tahu mau menjawab apa.
“Ayo dikembalikan semua tanahnya seperti semula. Dan
bersihkan sekitarnya!” Pak Bos berkacak pinggang langsung pergi. “Ingat, saya
datang ke sini harus sudah bersih!”
“Kreatip, inopatip yang bikin repot saja,” Pak Bos ngedumel.
“Mukidi, itu tanaman yang ada di sekitar sekalian dicabut.
Buang sekalian saja biar bersih!” teriak Pak Sronto.
“Siap, Pak!” jawab Mukidi semangat.
“Ah, dasar kalian sok kreatif, inovatif, dan masif ternyata
bikin repot saja,” gerutu Pak Biang.
“Ya,ya…udah sekarang kita bersihkan tanaman ini,” ajak Pak
Sronto.
Setelah selesai mereka istirahat. Ketika akan kembali ke
markas tiba-tiba Pak Bos memanggil Pak Sronto.
“Pak Sronto, tanaman yang ada di depan itu di mana?”tanya Pak
Bos.
“Saya cabut. Kata Bapak harus dibersihkan! “ jawab Pak
Sronto sambil kipas-kipas.
“Aduh! Itu kan baru kemarin saya tanam, kenapa dicabuti?
Ayo diambil dan ditanam lagi!” perintah Pak Bos.
Pak Sronto, Pak Biang, dan Mukidi bekerja lagi. Duh, mau
jadi inovatif, kreatip, dan masip…kok susahnya minta ampyuuun.(B)
Resensi
Pendidikan Karakter tak
semudah diucapkan
Judul : Pendidikan
Karakter Utuh dan Menyeluruh
Pengarang : Doni
Koesoema A.
Penerbit : PT
Kanisius
Tahun
Terbit : 2015
Tebal : xv + 236 halaman
Harga : Rp 65.000,00
Tentu, hampir
semua guru dan orang tua setuju bahwa pendidikan karakter merupakan bagian
penting dalam sebuah proses pendidikan. Ketika kita membaca situasi sosial
masyarakat kita saat ini yang masih diwarnai perkelahian antarpelajar, tindak
kekerasan di jalanan maupun di sekolah, perilaku tidak jujur yang tercermin
dalam tindak korupsi, pemanfaatan jabatan, budaya menyontek, ketidakdewasaan
pribadi seperti tercermin dalam penyalahgunaan obat-obatan, penyimpangan
perilaku seksual di kalangan remaja dan masih banyak lagi keprihatinan lainnya,
kita pasti akan sepakat bahwa sudah saatnya pendidikan karakter dilaksanakan
secara sistematis, strategis, utuh dan menyeluruh di sekolah sehingga program
pendidikan karakter menjadi semakin efektif.
Buku Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh
ini mencoba menunjukkan kepada kita tentang bagaimana menerapkan pendidikan
karakter dalam dinamika dan praksis pengelolaan sekolah kita. Kita mesti
memiliki konsep yang jelas tentang pendidikan karakter itu sendiri sehingga
praksis pendidikan karakter di lingkup pendidikan terarah dan utuh.
Tuntutan akuntabilitas publik terhadap kinerja lembaga
pendidikan, tantangan standar peningkatan mutu pendidikan, dan sedikitnya
tenaga, waktu dan sarana yang dimiliki oleh lembaga pendidikan dan guru,
menantang setiap pendidik untuk mendesain pendidikan karakter di sekolah tanpa
melalaikan tujuan penting yang ingin diraih dalam setiap pendidikan, yaitu
keunggulan akademis di setiap jenjang pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan
karakter tidak dapat dipahami sebagai bagian tambahan bagi pengembangan keunggulan akademik siswa, tetapi menjadi
satu bagian integral dalam rangka pendidikan kemanusiaan secara utuh.
Penulis buku ini berpendapat, sebenarnya kebijakan
pendidikan kita telah menempatkan pendidikan karakter dalam keseluruhan
kebijakan pendidikan. Sayangnya, pembentukan karakter anak-anak bangsa ini
seringkali dipahami secara sempit, parsial, dan malahan direduksi begitu saja
dengan menciptakan mata pelajaran baru.
Pada dasarnya, masih menurut penulis buku ini, yang
menentukan keberhasilan pendidikan karakter adalah adanya konsistensi antara
pemahaman dan praksis di lapangan. Pemahaman yang sama tentang pendidikan
karakter bisa memiliki perbedaan dalam praksis di lapangan. Praksis inilah yang
menentukan keberhasilan pendidikan karakter.
Memahami, apalagi melaksanakan, pendidikan karakter
tidaklah semudah mengucapkannya sebab pendidikan karakter merupakan sebuah
konsep atau gagasan yang sangat kompleks dan tidak bisa disederhanakan begitu
saja.
Sekolah yang baik memainkan berbagai macam fungsi di
dalamnya, seperti faktor kepemimpinan, kultur sekolah, praksis pedagogis,
kualitas siswa, latar belakang sosial ekonomi orang tua, kondisi geografis
sekolah, kualitas guru dan karyawan, dan sebagainya. Dengan demikian, ia mampu menghasilkan
sesuatu. Oleh karena itu, mengisolasi satu faktor tertentu yang efektif,
seperti pengembangan pendidikan karakter dalam lingkup kelas saja, tidaklah
mungkin.
Pendidikan karakter dalam kelas hanyalah salah satu
bagian yang mendukung keberhasilan program pendidikan karakter. Untuk menilai
kualitas sekolah harus dipahami dan dimengerti dalam konteks keseluruhan. Oleh
karena itu, pengembangan pendidikan karakter pun mesti juga melibatkan berbagai
macam unsur, pelaku dan program yang dilaksanakan secara sinergis dan
bersama-sama agar tindakan edukatif dalam pendidikan karakter akan semakin
efektif dan berkelanjutan.
Lingkungan sekolah, apapun bentuknya, mau tak mau akan
mempengaruhi pembentukan karakter siswa. Lembaga pendidikan tetap merupakan
lembaga yang memiliki pengaruh besar bagi perkembangan dan pertumbuhan karakter
siswa.
- Ign. Adjie RP
Jendela
Bekerja atau Berkarya?
Kembali saya ingin
berbagi. Tulisan ini saya buat ketika almamater memasukkan saya ke grup WhatsApp —30 Januari
2017 —(juga
beriring berita duka dari Yogya atas meninggalnya suami sahabat kuliah dulu — tulisan ini saya angkat pula sebagai penghargaan saya kepada dia
selama kuliah dulu hingga sekarang).
Ya, guru sekarang
kekinian sekali, tidak boleh tidak dapat menggunakan media sosial; harus; dan
inilah salah satu tantangan di zaman ini bagi angkatan usia 25 - 30! Masa yang mewajibkan. Pada kesempatan
berbeda pula, para senior (45 -...)
berkata seperti itu, umumnya mereka juga kekinian. Salute! Terutama para guru
saya dan para guru yang pernah saya temui yang menjadi teman (rekan) dalam kegiatan tertentu saat
kuliah — motivatif. Dan berkomunikasi dengan
mereka di grup tersebut, saya merasa hidup kembali. He...he...
Lepas dari berita duka
itu, saya melontarkan pertanyaan “Berkarya di mana? Kembali ke kampung halaman?”, “Tidak, terima kasih”, “Saya berkarya di ... (salah satu kota besar di Jawa)”, “Sedang mencari di
... (salah satu kota besar di Jawa)”secara formal itu
adalah jawaban sebagian besar rekan, teman, sahabat almamater selama
studi S1 hingga sekarang dan beberapa dari mereka yang sekarang sudah S2 namun
belum memperoleh jodoh tempat untuk berkarya.
Berbagai hal yang
melatarbelakangi jawaban tersebut dapat digambarkan seperti berikut, “Saya mau
mencoba di tempat lain dahulu”, “Di tempat asal, saya merasa kurang peluang”,
“Kemungkinan gaji besar ada di luar kota, sobat!” Wow,, luarbiasa! (dalam
pikiran saya). “Sukses, Sobat, Tuhan Memberkati!” jawab saya.
Mungkin, mereka lebih
dibandingkan diri saya (saya sedikit minder), saya hanya dapat bekerja di kampung
halaman. Namun saya teringat kembali saat saya melamar ke YPL Pusat, dan saat itu pula sopir angkot yang tiba-tiba akrab
karena beberapa perbincangan sembari nge-time
(menunggu angkot penuh) bertanya “Masnya
dari mana? Kok rapi?”. “Ngelamar, golek
gawean, Mas”, saya jawab dengan bahasa Jawa saya yang aneh karena belum
lancar. Dia menjawab, “wah, sekarang cari kerjaan susah, ngelamar di mana?” “Di
Yayasan Pangudi Luhur,” jawab saya singkat.
Singkat cerita sopir
itu malah lebih banyak bicara soal YPL, positif-positif yang saya dengar, pujian
pula yang disampaikan kepada saya, Si Pelamar Pekerjaan. “Mas beruntung wes
kalau bisa bekerja di situ! Gurunya hebat-hebat, jebolannya juga
hebat-hebat”. Hingga akhirnya saya
menyampaikan bahwa saya dari TK-SMA adalah alumni YPL di
Ketapang, Kalimantan Barat
(kalau
siswa-siswi PL Jogja bilang Hammerè
PaLu è Pangudi Luhur—sedikit menyapa semua siswa-siswi serta
alumni SMA PL yang ada di Yogya).
“Wah, ternyata yayasan
itu luas juga ya jaringannya, tidak hanya di Semarang! Oke Mas sukses ya
lamarannya sebagai alumni yang ingin berkarya di sekolahnya dulu!” Itu doa yang
tersampaikan sopir angkot itu ketika saya sampai tujuan. Dan doa beliau
terjawab, saya sudah berkarya “seumur jagung” di SMP saya dulu, SMP PL Santo
Albertus Ketapang.
Benar sekali kata sopir
angkot itu, cari kerja susah! Saya yang baru jalan delapan bulan bekerja masih harus adaptasi—walaupun
dulu saya pernah tiga tahun di SMP tersebut. Ya adaptasi (Wake up,
jangan tidur), luar biasa!
Kata orang Betawi, “Loe jangan tidur deh
kalau
kerja” “Maksud Loe???” haha bercanda.
Masih ingat ada
penggalan di paragraf awal, saya sampaikan “saya merasa hidup kembali”? Hal ini
salah satu hal internal yang membuat saya harus ekstra adaptasi di tempat kerja.
Sebelum ke Mr Sri Bangun Topo S.Pd, my English teacher
at Senior High School, “saya merasa hidup kembali” itu
berkaitan pula dengan yang sepupu saya sampaikan “Selamat ‘terjebak (berkarya)’ di kotamu!” Kasar, Pedas,
Tajam, “Nyelekit” tapi benar juga,,
haha. Kemungkinan besar hal benar tersebut karena hal eksternal yang saya
hadapi, terutama di tempat kerja yang saya harus adaptasikan diri dengan benar
dan ekstra pula.
Terakhir berdasarkan
pengalaman Mr Sri Bangun Topo SPd. Beliau share empat
mata dengan saya—sebagai motivator pertama saya di tempat kerja—bahwa kurang
lebih 5 tahun adaptasi di Ketapang, maklum beliau orang luar Ketapang, Jogja nggih Mister? Hehe (beliau tertawa
baca tulisan saya), di tempat kerja +/- 3 tahun pertama, WOW sekali!Gue setahun aja belom! Hehe. Jadi, bekerja atau berkarya?
Demikian “Hanya Sebatas Saya” sedikit curcol (curhat
colongan) saya, semoga bermanfaat.Dan saya menunggu kembali tulisan sahabat
saya Elisabeth Setiyaningsih, S.Pd. di SMA PL St. Lukas Pemalang dan Ratih,
S.Pd. di SLB PL Jakarta (sorry Dik,
aku ra ngerti nama lengkapmu, hehe).
Salam sukses dalam
berkarya, Tuhan memberkati kita semua.
*) Guru SMP PL St. Albertus
Ketapang
NPWP dan Tax Amnesty, Sarana Berbenah Diri
dalam Tata Kelola Yayasan dan Kongregasi
Oleh : Br. Hans Gendut, FIC (YPL Pusat)
NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.Setiap wajib pajak hanya
diberikan satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Selain itu NPWP juga dapat
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal ini berhubungan dengan dokumen
perpajakan, wajib pajak diharuskan untuk mencantumkan NPWP yang
dimilikinya.
Berkaitan erat dengan NPWP yang
sekarang ini sedang diwajibkan pemerintah adalah Tax Amnesty (TA). Tax Amnesty adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 11 Tahun
2016 tentang Pengampunan Pajak. Secara umum pengertian Tax Amnesty adalah kebijakan pemerintah yang diberikan kepada pembayar
pajak tentang forgiveness/pengampunan
pajak, dan sebagai ganti atas pengampunan tersebut pembayar pajak diharuskan
untuk membayar uang tebusan. Mendapatkan pengampunan pajak artinya data laporan
yang ada selama ini dianggap telah diputihkan dan atas beberapa utang pajak
juga dihapuskan.
Pada bulan April 2017, Br. F.A. Dwiyatno (Pemimpin Provinsi) dan Br. Y.
Triwuryanto (Bendahara Provinsi) mendaftarkan Kongregasi FIC untuk mendapatkan
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) di KPP Pratama Jalan Setiabudi Semarang. Dituliskan
juga bahwa konsekuensi hukum dan kewajiban dari NPWP di bidang perpajakan yang harus ditanggung
Kongregasi FIC yakni menyusun laporan keuangan, melakukan pemungutan atau
pemotongan terhadap objek pajak, melaporkan setiap bulan SPT Masa PPh dan
melaporkan SPT Tahunan PPh Badan.Keputusan
Kongregasi FIC tersebut sesuai dengan Pasal 2 UU KUP yang menyebutkan bahwa Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Pasal 4 ayat (1) UU PPh menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan,
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, antara lain: keuntungan
karena penjualan atau karena pengalihan harta, imbalan karena jaminan
pengembalian utang, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta. Sedangkan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak antara lain bantuan atau sumbangan, harta
hibahan, warisan; pembayaran dari perusahaan asuransi iuran yang diterima atau
diperoleh dana pensiun.
Pengambilan
NPWP tersebut tidak terlalu berdampak bagi YPL. Karena selama ini YPL telah
memisahkan semua aktivitasnya dengan
aktivitas kongregasi FIC. Dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan
YPL telah ada dan disiapkan. Kita berharap semoga aktivitas YPL dan Kongregasi
FIC semakin tertata dengan adanya NPWP. Kepemilikan NPWP membuka pintu lembaga kita bagi pihak luar khususnya
pemerintah untuk terlibat dalam beberapa aktivitas .Oleh karena itu, setiap
unit hendaknya melengkapi diri dengan berbagai dokumen baik soal kepemilikan
tanah, bangunan ataupun kelengkapan dokumen lainnya.
Seperti
yang kita ketahui bahwa tanah-tanah dan bangunan yang ditempati oleh unit
layanan YPL mayoritas sertifikat kepemilikannya atas nama Kongregasi FIC. Tanah
dan bangunan tersebut pada mulanya dibeli dan diusahakan pembiayaannya oleh
para Bruder FIC. YPL sebagai karya terbesar para Bruder FIC patut bersyukur dan
berterima kasih terhadap Kongregasi FIC terlebih para pendahulu yang telah
mengukir dan merintis berdirinya unit layanan YPL sehingga dapat berkembang sampai
sekarang ini.
Selain
soal NPWP, yang ramai dibahas dalam lingkup lembaga atau masyarakat beberapa
waktu ini adalah adanya Tax Amnesty. Menurut UU No 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak, Tax Amnesty adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.UU tersebut
makin jelas ketika pemerintah mengeluarkan melalui kementrian terkait
mengeluarkan PMK No. 118/PMK.03/2016. Menurut
PMK tersebut Tax Amnesty adalah
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan
Pajak.
Lalu
bagaimana dengan YPL menyikapi UU dan Peraturan tersebut ? Selama ini YPL telah
melaporkan semua aktivitasnya termasuk juga telah melibatkan auditor eksternal
untuk memeriksa laporan keuangan kita setiap tahun dan biasanya
YPL selalu mendapat penilaian atau opini
auditor WTP (Wajar tanpa pengecualian). Penilaian atau opini auditor eksternal mempunyai 4 (empat)
tingkat yakni : Wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion), Wajar dengan pengecualian (qualified
opinion), Tidak wajar (adversed
opinion) dan Tidak menyatakan pendapat (disclaimer
of opinion). Akan tetapi demi perkembangan ke depan, YPL memilih untuk
mengikuti Tax Amnesty dan memasukkan Unit
Produksi Muntilan & Percetakan
Pangudi Luhur Muntilan (PPLM).
Oleh karena
itu YPL sekarang ini mempunyai dua divisi yakni Divisi Pendidikan dan Divisi
Unit Produksi. Semoga Divisi Unit Produksi dapat menopang
Divisi Pendidikan baik dalam segi pembiayaan maupun pelayanan lainnya. Guna mengoptimalkan
pendapatan bagi Divisi Unit Produksi maka diharapkan setiap unit memesan segala
kebutuhan unit kepada Divisi Unit Produksi baik yang ada hubungannya dengan
percetakan, ATK maupun pemeliharaan gedung atau inventaris sekolah. Dengan
sistem tersebut diharapkan perputaran keuangan kita tidak lari ke luar tetapi
berkembang di dalam. Dukungan dari setiap pribadi yang berkarya di YPL sangat
dibutuhkan.
Marilah kita
menghilangkan keegoisan kita bahkan menghilangkan pikiran sempit “demi
keuntunganku”, demi fee yang
diperoleh dari vendor lain. Marilah kita meningkatkan rasa memiliki terhadap
yayasan dan sekolah kita yang tersebar di berbagai provinsi. Marilah kita sadari juga bahwa kita tidak bisa hanya
mengandalkan pendapatan dari SPP saja. Kebutuhan dan pengeluaran kita makin
meningkat maka dibutuhkan alternatif pendanaan salah satunya dari Unit Produksi
kita.
Adanya Tax
Amnesty dan NPWP bagi Kongregasi FIC adalah salah satu alasan kita untuk
berbenah. Masih banyak tuntutan lainnya yang menyebabkan kita harus berbenah
diri baik di lingkungan unit masing-masing ataupun di lingkup YPL secara
keseluruhan. Bagi YPL wajib hukumnya untuk selalu berbenah. Menyesuaikan dengan
tuntutan baik dari pemerintah, masyarakat atau kebutuhan lainnya. YPL menyadari
bahwa untuk mencapai berbagai tujuan yayasan akan lebih mudah terlaksana
apabila didukung dengan pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik. Tata kelola
yang baik dapat dilihat dari semboyan YPL yakni mengedepankan kualitas,
akuntabilitas dan kredibilitas. Diharapkan semboyan tersebut dapat dilaksanakan
dan dihidupi setiap hari.
Kita berharap bahwa dengan semboyan tersebut
dapat meningkatkan kinerja yayasan
melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, mempermudah
diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah, meningkatkan kepercayaan dari
orang tua/masyarakat. Kekayaan/keuangan yayasan bersumber dari pemerintah,
donatur dan orang tua/wali murid harus dipertanggungjawabkan
secara akuntabel. YPL dalam hal ini Pengurus Yayasan
sampai sekarang ini berupaya sedapat mungkin untuk memberikan yang
terbaik bagi semua pelayananannya. Namun kadang-kadang, antara rencana atau
tujuan dengan realita di lapangan sering berbeda.
Tata Kelola YPL terus di-update, berbagai buku pedoman, buku petunjuk, surat
edaran bahkan sampai hukuman pidana pun sudah dilakukan. Namun, masih saja
terjadi ada kebocoran keuangan, selisih
saldo bahkan masih terjadi penyelewengan keuangan dalam jumlah yang besar.
Mungkin kita perlu refleksi yang
mendalam dimana letak kesalahannya. Dimana rasa memiliki terhadap yayasan ini,
sekolahan kita ini. Ini tempat kita
menanam bibit sehingga diharapkan kita dapat menuai hasilnya tetapi kita malah
merusaknya sendiri. Ibaratnya kita makan dari piring tetapi di piring yang sama
itu kita meletakkan kotoran kita
sendiri.
Mungkin rasa memiliki itulah yang perlu kita benahi.
Rasa memiliki terhadap unit kita masing-masing, rasa memiliki terhadap yayasan
kita, rasa memiliki bahwa di sinilah kita mengabdi. Bukan hanya untuk mencari
rejeki dan mencapai kebahagiaan duniawi tetapi demi kebahagiaan surgawi.
Pekerjaan atau karya kita adalah jalan untuk mencapai kesucian sehingga kita
berusaha untuk menjalaninya dengan lebih baik lagi. Semoga demikian yang
terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar