Kamis, 15 Juni 2017

BIANGLALA EDISI 96 :“Membudayakan Literasi di Sekolah”

Editorial

Memberi Contoh Suka Membaca

Alangkah sulitnya menggerakkan siswa untuk membaca (apalagi menulis atau membuat karangan) di era gadget sekarang. Keprihatinan ini tentu tak hanya sekali kita dengar di kalangan guru. Di kalangan orang tua murid pun terjadi. Ketika Bianglala mengobrol dengan seorang ibu yang anaknya bersekolah di sebuah SMA di Yogya, ibu itu pun berkeluh kesah yang sama, “anak saya tiga, laki-laki semua. Yang bungsu sekarang sudah masuk SMA. Tapi mengajaknya untuk suka membaca, susahnya minta ampun, maunya main game melulu,” ungkap ibu yang juga pendidik itu.
 Ajakan untuk senang membaca buku pun dilontarkan oleh banyak pihak. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak tahun ajaran 2015/2016  mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yakni setiap hari membaca 15 menit di sekolah. Sudah banyak sekolah yang menjalankan kebijakan ini, termasuk sejumlah sekolah Pangudi Luhur (baca Melongok, di halaman lain di edisi ini).
            Presiden Joko Widodo juga turun tangan. Keprihatinan banyak pihak atas kemalasan pelajar kita dalam membaca buku, ditanggapi Presiden dengan memberi contoh membeli sejumlah buku saat kunjungan kerja ke Palangkaraya, beberapa waktu yang lalu.
            Mengapa membaca penting ? Mengapa penting membudayakan literasi di sekolah ?
Utama Peel di edisi ini mencoba mengingatkan kita tentang arti penting “Membudayakan Literasi di Sekolah” . Pentingnya literasi telah cukup lama menjadi perhatian United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization  (UNESCO).  Dalam pernyataannya tentang literasi dunia yang termuat pada Literacy for Life, UNESCO menyebut, literasi adalah hak dasar manusia sebagai bagian esensial dari hak pendidikan. Terpenuhinya hak literasi memungkinkan kita mengakses sains, pengetahuan teknologi, dan aturan hukum serta mampu memanfaatkan kekayaan budaya dan daya guna media. Singkatnya, literasi menjadi poros upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Karena itu, ia merupakan sumbu pusaran pendidikan secara komprehensif.
Apa yang bisa dimaknai dari pernyataan itu ?
Jelas, peran sekolah menjadi pokok. Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu dan penanaman nilai-nilai otomatis memiliki nilai strategis dalam membiasakan membaca. Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Gerakan literasi menjadi salah satu semangat dalam upaya mendukung kemajuan dalam pendidikan secara holistik. GLS membiasakan peserta didik gemar membaca berefek pada kepekaan, kritis,  kemampuan menganalisis dan hanya memerlukan sedikit sentuhan untuk lebih kreatif, inovatif dan mandiri. Akal dan imajinasinya cepat beradaptasi dengan pemikiran baru dan lebih suka mencari tantangan baru.
Tentu, pihak sekolah dalam mengimplementasikan peran itu, tidak semudah membalik telapak tangan. Kita semua tahu, dunia pendidikan kita masih dibelenggu oleh aneka permasalahan. Dikaitkan dengan tuntutan penyediaan ragam 
bacaan bagi guru dan peserta didik agar dapat membaca setiap hari, imajinasi kita akan langsung mengarah pada pengadaan perpustakaan, sementara data statistik menunjukkan, hanya 5,7% sekolah di Indonesia dari jenjang pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas yang memiliki perpustakaan. Selain itu, penggunaan 5% dana bantuan operasional sekolah (BOS) masih berfokus pada pengadaan buku teks pelajaran dan bukan pada buku bacaan yang mampu menumbuhkan minat baca peserta didik.
Membudayakan literasi di sekolah, haruslah menjadi komitmen bersama, terlebih di kalangan pendidik di sekolah. Namun yang tak kalah penting, kita bisa terinspirasi dengan gaya Presiden kita, Jokowi, yang mengajak rakyatnya untuk gemar membaca dengan tidak banyak kata-kata. Datang dan beli buku, kemudian membacanya.
Memang, jangan harap peserta didik kita suka membaca kalau pendidiknya saja tidak mampu memberi contoh dengan suka membaca !

Warta PL Jakarta

Panen Daun Palma di SMA PL II Servasius
                Minggu Palma dalam gereja katholik selalu jatuh pada hari Minggu sebelum masa Paskah sebagai pembuka Pekan Suci dan dimaknai masuknya Yesus Kristus ke kota suci Yerusalaem. Sebelum sengsaraNya, Yesus dielu-elukan oleh masyarakat setempat dengan daun palma. Menurut budaya setempat daun palma merupakan simbol kemenangan.
            Kebiasaan menggunakan daun palma ini membuat kita sebagai umat katholik selalu membutuhkan daun palma untuk memeriahkan perarakan Yesus saat liturgi Minggu Palma.  Kita mengelu-elukan Yesus, kemudian palma kita diberkati dengan air dan kita bawa pulang. Tidak selesai di situ, daun palma kemudian kita pasang di kayu salib di rumah kita masing-masing.
            Paroki Santo Servasius Kampung Sawah Bekasi yang mempunyai umat sekitar 7000 orang, mengadakan Misa Minggu Palma 4 kali. Tentunya dalam misa itu dibutuhkan banyak daun palma untuk mendukung liturgi. Banyak umat yang tidak mempunyai pohon palma sendiri. Gereja harus menyediakan sarana liturgi ini. Untuk memenuhi kebutuhan daun palma ini Paroki Santo Servasius mengajak sekolah-sekolah katholik di sekitarnya untuk membantu penyediaan daun palma.
            Salah satu sekolah yang membantu gereja menyediakan daun palma adalah SMA Pangudi Luhur II Servasius. Awalnya sekolah mengimbau siswa-siswinya untuk membawa daun palma, dikumpulkan di sekolah kemudian diserahkan ke Paroki. Namun kadang daun-daun palma yang terkumpul jumlahnya tidak banyak, karena baik dari pihak siswa maupun guru jarang yang mempunyai pohon palma di rumah masing-masing.
            Prihatin dengan keadaan tersebut maka SMA PL II SERVASIUS mencoba membudidayakan daun palma. Kegiatan ini dikomandani oleh Bapak Benedictus Triya Wasana sebagai Guru Agama Katholik, budidaya ini sudah berlangsung sekitar dua tahun.
Pada awalnya pohon palma berjumlah sekitar 100 pohon, ditanam di pot-pot di sepanjang teras sekolah.  Seiring berjalannya waktu, pohon banyak yang mati karena terkena sinar matahari secara langsung. Hari Sabtu 8 April 2017, kami memanen daun palma itu. Ada banyak daun palma yang bisa diambil untuk diserahkan ke Paroki. Ada kebanggaan tersendiri karena daun palma yang kita serahkan ke paroki merupakan hasil panen sendiri.
            Menanam  pohon palma ini memang banyak manfaatnya selain untuk mempercantik halaman sekolah, dapat pula diambil daunnya setiap tahun, apalagi untuk merawat pohon palma ini harus rutin dipangkas daunnya.
Kita sebagai warga Pangudi Luhur seluruh Indonesia bisa memulai menanam pohon palma. Tidaklah sulit membudidayakan pohon palma, seperti di SMA PL II Servasius yang membudidayakan pohon palma menggunakan pot. Jika pohon palma ditanam di pot maka perlu kita siapkan bibit pohon, dimasukkan pot yang sudah diisi pasir, kerikil dan sekam kayu. Dirawat dengan cara disiram air secukupnya, diberi pupuk kompos dan selalu terkena matahari pagi.
Selamat membudidayakan pohon palma dan tunggu panenannya. (Niluh Sinayangsih)



                     Aneka Kegiatan di HUT Gudep SLB B PL

Gudep yang berpangkalan di SLB – B Pangudi Luhur Jakarta Barat merupakan satuan pramuka yang sampai sekarang tetap aktif dalam berkegiatan. Untuk memperingati ulang tahunnya yang ke-24 tahun ini, serangkaian acara diadakan di kampus yang terletak di Kembangan ini. Acara itu mulai dari Bazaar, Rabu 8 Februari 2017, dan Perjusa (Perkemahan Jumat – Sabtu), 10 – 11 Maret 2017. Peserta terdiri dari Siaga, Penggalang, Penegak. Semua peserta beserta kakak-kakak pembina tampak antusias mengikuti kegiatan tersebut.
Bazaar pramuka kali ini bertujuan melatih anggota pramuka supaya bertanggung jawab dan dapat mempraktikkan belanja sesuai dengan kebutuhan serta kondisi keuangannya. Kupon wajib minimalnya adalah Rp 25.000,00. Disediakan stand-stand makanan (telur cutik, sosis balut mie, sosis bakar, burger, popcorn, jagung manis, makanan ringan, pop mie, pasta, spagetti dan gorengan), stand minuman (milo, orange, teh gopek, air mineral, susu), stand permainan (gol-gol,lempar gelang, salto botol, kuis WTBM, memancing ikan lele), stand aksesoris, dan stand fotoboth. Harga berkisar antara Rp 2.000,00 sampai dengan Rp 8.000,00. Kegiatan bazaar berjalan lancar dan semua makanan serta minuman laris manis.
Setelah Bazaar dilanjutkan Perjusa dengan tema “Melalui Perkemahan Jumat Sabtu Gudep SLB B PL 2017, kita tingkatkan rasa tanggung jawab dan percaya diri”. Bentuk kegiatannya yaitu upacara pembukaan dan penutupan, wide game dan teknik kepramukaan, api unggun, jurit malam dan pentas seni. Diadakan pula sosialisasi tentang “Bahaya Narkoba” dari Polsek Kembangan. Anggota siaga, penggalang dan penegak seluruhnya ada 230 siswa. Anggota pramuka dibagi dalam 10 kelompok yaitu 5 kelompok putri dan 5 kelompok putra. Kelompok tersebut adalah Cut Nyak Dien, Fatmawati, RA Kartini, Cut Mutia, Dewi Sartika, Moh Hatta, Ir Soekarno, Yos Sudarso, Diponegoro dan Patimura.
Agenda selanjutnya adalah Mugus (Musyawarah Gugus Depan), Sabtu 25 Maret 2017. Kegiatan demi kegiatan diharapkan dapat memberikan pengalaman dan  meningkatkan nilai-nilai kepribadian, watak, moral, disiplin serta tanggung jawab anggota pramuka. Semoga pada akhirnya nanti, peserta didik anggota SGT (Siaga, Penggalang dan Penegak) dapat mengembangkan fisik, mental dan sikap serta wawasan lingkungan untuk menyiapkan diri dalam pembangunan di masa yang akan datang yang berorientasi pada rasa cinta terhadap tanah air. (Theresia Ayu Pratiwi)

SMA PL Deltamas perankan Drama Visualisasi Jalan Salib
Beberapa gereja menggelar prosesi visualisasi Jalan Salib atau disebut Tablo saat mengenang kematian Yesus Kristus. Salah satu di antaranya, Gereja Paroki Ibu Teresa Cikarang (PITC) yang berada di kawasan Lippo Cikarang, Jumat (14/4/2017). SMA Pangudi Luhur Deltamas mendapat kesempatan untuk memvisualkan bagaimana kisah sengsara Yesus Kristus yang diarak menuju bukit Golgota dengan memanggul salib.
Umat menyaksikan prosesi acara ini dengan khidmat dan menghayati hingga beberapa terlihat meneteskan air mata. Mereka mengikuti proses demi proses mulai dari Yesus difitnah hingga wafat di kayu salib.
Tugas ini merupakan suatu kehormatan bagi keluarga besar SMA PL Deltamas, Karena kami dapat mengajak umat untuk mengingatkan serta merefleksikan diri kita terhadap Tuhan Yesus Kristus yang saat itu menderita, hingga disalib untuk menebus dosa-dosa manusia.                                          
Siraman Rohani UNBK SMA PL II Servasius

Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) merupakan salah satu bentuk Ujian Nasional yang dilaksanakan di Indonesia dengan sistem pengerjaannya menggunakan seperangkat komputer. UNBK mulai diberlakukan tahun 2015 atau Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2014/2015.
SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi mulai mengikuti UNBK tahun ini. UNBK merupakan program pemerintah dan semua sekolah di tahun ini Wajib  mengikutinya, dan mengubah sesuatu hal yang baru bagi SMA PL II Servasius. UNBK ternyata membutuhkan persiapan yang sungguh luar biasa baik pikiran, tenaga terlebih finansial. Disaat persiapan ada suatu masalah yang sangat membingungkan bagi sekolah kami terlebih di sub rayon 4 Kota Bekasi, peserta UNBK di seluruh Kota Bekasi baik sekolah swasta maupun negeri sejumlah 115 sekolah, ada 5 sekolah yang belum masuk daftar peserta UNBK Propinsi Jawa Barat waktu itu termasuk SMA PL II Servasius Bekasi, begitu paniknya kami terlebih Bruder Kepala sekolah.
Bruder Kepala Sekolah mengurus ke sub rayon dan juga ke Dinas Propinsi Jawa Barat bersama dengan 3 SMA swasta di Bekasi akhirnya Puji Tuhan berhasil sebagai peserta UNBK,segala persiapan dilakukan bersama termasuk juga dari para dewan guru tak henti-hentinya memberi semangat pada para siswa.
UNBK merupakan hal yang baru bagi para siswa-siswi SMA PL II Servasius Bekasi, para siswa pun dengan semangat  mengikuti UNBK ini. Di samping persiapan jasmani yang diberikan oleh para dewan guru persiapan rohani juga.
Kami persiapkan dengan cara mengadakan Misa persiapan menghadapi UNBK. Misa dipimpin oleh Romo Norbetus Desiderius, OFMCap. Dalam khotbahnya Romo Desi memberikan siraman rohani dengan memacu semangat pada para siswa untuk tidak mudah mundur dalam perjuangan menyelesaikan masalah. Kata-kata yang sangat menarik “Kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan berani-berani”, suatu pesan dari seorang romo yang membuat siswa semakin berani menghadapi UNBK.
Setelah selesai pelaksanaan UNBK semua merasa lega karena semuanya bisa berjalan lancar sesuai harapan, semua itu karena pertolongan Tuhan yang sungguh kami rasakan di dalam kekuatiran dan kebingungan ini dan akhirnya ada KEBAHAGIAAN yang boleh kita rasakan dan kita nikmati bersama. Mari kita tunggu bersama hasil dari Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) semoga menghasilkan yang terbaik untuk kita semua. Amin

                                                                                                            (Bagus A.)


Warta PL Kalimantan

Rezky Anthony, Duta Wisata Ketapang 

Grand Final Pemilihan Duta Pariwisata Kabupaten Ketapang berlangsung Sabtu 1 April 2017. Di babak final ini SMA PL Santo Yohanes diwakili 3 putra dan 1 putri : Rezky Anthony, Wilson, Khenie Agustian dan Meiditia Yoanesa Tia. Kegiatan yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ketapang ini dibuka resmi Bupati Ketapang yang diwakili Asisten III Setda Ketapang Drs Heronimus Tanam MM.
Pada Pemilihan Duta Pariwisata Kabupaten Ketapang ini para peserta di adu bakatnya dan berusaha mempromosikan berbagai wisata andalan yang ada di Kabupaten Ketapang.  Salah satu peserta dari SMA PL Santo Yohanes, Rezky Anthony pada saat mempromosikan wisata Kabupaten Ketapang, ia memilih Pulau Sawi. Karena menurut dia Pulau Sawi merupakan salah satu destinasi wisata terbaik di Kabupaten Ketapang yang dapat dijangkau oleh seluruh kalangan.
Pada saat penentuan pemenang, para peserta terlihat gugup dan ternyata SMA PL Santo Yohanes yang diwakilkan oleh Rezky Anthony berhasil menyabet gelar Duta Wisata Kabupaten Ketapang Putra tahun 2017 dan Wilson yang menjadi runner-up 3 Duta Wisata Kabupaten Ketapang Putra tahun 2017. Semoga hasil ini dapat membuat generasi muda di Kabupaten Ketapang terutama di lingkungan SMA PL Santo Yohanes menjadi terpacu untuk menjadi yang terbaik.

Warta PL Klaten
 
Promosi SMP PL Wedi lewat Lomba Futsal

SMP Pangudi Luhur Wedi (Espaldi), Klaten, menggelar Lomba Futsal “Espaldi Cup 2017” selama  dua hari, Kamis dan Jumat (23-24/3/ 2017). Lomba ini diikuti 12 tim dari 12 SD dari Kecamatan Wedi, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Jogonalan dan Gantiwarno.
Kepala SMP PL Wedi, Bruder Yustinus Wahyu Bintarto FIC mengatakan, Lomba Futsal ini bertujuan menjaga  kesehatan masyarakat dengan berolahraga,  mengembangkan potensi siswa SD dalam olahraga futsal, mengembangkan semangat berkompetisi secara sportif serta memupuk dan menjalin relasi antar SD.
“Lomba futsal ini juga memperkenalkan SMP PL Wedi kepada siswa SD sekaligus memberikan informasi PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) tahun pelajaran 2017/2018,” kata Bruder Wahyu.
Lomba Futsal berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.30 WIB sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran di sekolah. Pertandingan memakai sistem gugur. Lama pertandingan adalah 2 kali 10 menit dengan istirahat 5 menit.
Setelah melalui pertarungan sengit di babak penyisihan dan semifinal, akhirnya, Juara 1, 2 dan 3 masing-masing diraih SDN 2 Merbung (Klaten Selatan), SDN 1 Glodogan (Klaten Selatan), dan SDN 3 Glodogan (Klaten Selatan). Para juara berhak menerima tropi, piagam, dan hadiah uang pembinaan dengan total Rp 1 juta.       (Yosef Bergas Rosarianto, Kelas 8B, SMP PL Wedi)

Retret Kelas IX SMP PL Wedi

Sebanyak 62 siswa Kelas IX SMP PL Santo Alfonsus Wedi, Klaten, mengikuti Retret di Rumah Revolusi Mental, Mojogedang, Karanganyar, Jumat – Sabtu (17-18/2/ 2017).  Kegiatan pembinaan kepribadian dan rohani bagi siswa ini mengangkat tema “Ke manakah Aku Melangkah?”
Kepala SMP PL Wedi Bruder Yustinus Wahyu Bintarto FIC menjelaskan, retret ini bertujuan agar siswa menyadari keberadaan dirinya sebagai pribadi berpotensi dan memiliki talenta anugerah dari Tuhan,  menyadari dirinya adalah pribadi berharga di mataTuhan dan sesama serta merawat dan mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.
“Siswa juga diajak menyadari keberadaannya sebagai remaja putra dan putri, dan mampu membuat keputusan hidup yang tepat dalam pilihan studi lanjut serta bersyukur atas anugerah hidupnya,” katanya.
Bruder Wahyu mengatakan, narasumber retret adalah Bruder Antonius Teguh Nugroho FIC. Pada hari pertama diisi pembukaan, perkenalan, pemberian materi (empat sesi), outbond, dan diakhiri  doa malam. Pada hari kedua diisi olahraga, pemberian materi, refleksi, dan diakhiri perayaan Ekaristi.
Di awal materinya, Bruder Teguh menyampaikan mengenai “I am a teenager”. Melalui materi ini siswa diajak untuk menyadari, bahwa sebagai kaum muda, mereka mempunyai kesempatan banyak untuk berkembang. Kemudian, Bruder Teguh menyampaikan materi “My life my choice”. Dalam materi ini Bruder mengarahkan anak-anak untuk bisa berkomitmen atas hidup dan pilihannya. Berikutnya materi “Arah langkahku”. Lewat materi ini, anak-anak diharapkan mulai bisa menentukan pilihan masa depannya.
Pada malam hari ada rekonsiliasi. Dalam pengantar, Bruder Teguh sharing pengalaman pribadinya lalu mengajak anak-anak mengambil inspirasi dari sebuah film yang ditayangkan. Kemudian anak-anak diarahkan untuk menyadari peran penting orangtua. Sebagai lambang bakti dan permohonan maaf pada orangtua, anak-anak melakukan sungkem (sembah sujud) kepada orangtua yang diwakili oleh Ibu Guru Titik dan Pak Guru Harjanto.
Di akhir kegiatan malam itu, anak-anak membuat surat ungkapan kasih untuk orangtua masing-masing. Surat tersebut akan diserahkan kepada orang tua mareka dengan bantuan pihak sekolah.
 Bruder Wahyu menyatakan, sekolah perlu memberikan layanan pendidikan secara khusus bagi siswa Kelas IX. Ini mengingat siswa Kelas IX berada pada puncak belajar di SMP. Siswa membutuhkan kesiapan secara matang dalam setiap pengambilan keputusan hidup, seperti rencana belajar, mempersiapkan mengikuti ujian, memutuskan pilihan studi lanjut, pertemanan, dan pemeliharaan iman.

Siswa Kelas IX SMP PL Wedi di“hypnotheraphy

SMP PL Wedi, Klaten, melakukan pendampingan secara intensif kepada murid Kelas IX yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN) 2017. Sebanyak 62 anak di hypnoteraphy oleh instruktur dari Institusi Pengembangan Sumber Daya Manusia “Nawayaksa” Yogyakarta, AM “Bebet” Darmawan pada Selasa (14/3/2017) di sekolah setempat.
Kepala SMP PL Wedi Bruder Yustinus Wahyu Bintarto FIC mengatakan, tujuan pendampingan murid Kelas IX ini agar siswa siap mental menghadapi UN, mengubah mindset siswa dari hal-hal yang kurang positif menjadi positif, memotivasi siswa untuk persiapan ke jenjang pendidikan selanjutnya dan memacu siswa agar bisa lebih berprestasi.
Pendampingan dengan model hypnoteraphy ini disambut baik oleh para siswa, mereka mengikuti pendampingan ini hingga rampung. Dengan penuh semangat mereka mengikuti  setiap sesi dan games yang dipandu oleh dua instruktur ini.
Dalam pendampingan ini, AM “Bebet” Darmawan bersama Tribroto Nugroho menyampaikan materi seputar revolusi mindset anak. Mereka menggali berbagai potensi dan karakter yang dimiliki anak. Keduanya juga berupaya mengetahui cita-cita dan harapan anak. Di akhir sesi, kedua instruktur ini menguatkan motivasi dan semangat anak. “Aku harus bisa!” teriak anak-anak.
Kegiatan hypnoteraphy ini merupakan wujud bakti dan kepedulian dari lulusan (alumni) SMP PL Wedi tahun 1985 kepada almamater-nya. Bebet Darmawan dan kawan-kawan berkomitmen akan terus membantu eks sekolahnya itu. Bahkan, mereka berjanji ikut mendampingi anak-anak Kelas IX yang akan menempuh UN pada setiap tahunnya dengan acara seperti hypnoteraphy ini.
Terkait UN, sekolah telah melakukan berbagai persiapan, di antaranya memberikan tambahan pelajaran (les), mengikuti simulasi UN, mengadakan try out (uji coba), dan kegiatan hypnoteraphy ini. Adapun mata pelajaran yang akan diujikan adalah Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA.
“SMP PL Wedi siap melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun 2017 ini” ucap Bruder Yustinus Wahyu Bintarto, FIC. (Yosef Bergas Rosarianto, Kelas 8B SMP PL Wedi)

Rekoleksi Kelas IX SMP PL Bayat

SMP PL “St Aloysius” Bayat (SpelBa) mengadakan Rekoleksi bagi Kelas IX di Rumah Retret Panti Semedi, Sangkalputung, Klaten,  Jumat-Sabtu, 17-18 Maret 2017. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan persiapan mental spiritual bagi siswa Kelas IX dalam menghadapi ujian akhir, baik itu ujian sekolah maupun UASBN. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk mempersiapkan diri dengan belajar lebih tekun dan tidak merasa takut menghadapi ujian akhir.  Pemandu rekoleksi adalah Sr Siti Hasanah, OSU; Sr. Justanti Rerawati, OSU; Ibu Erlyn Erawan dari Surabaya, dan Bapak Retmono Adi dari Yogyakarta.
Rekoleksi kali ini dengan sistem psikodrama dan bibliodrama. Para peserta diajak  memerankan atau memperagakan tokoh atau karakter dalam kitab suci. Suster Siti mengajak peserta merenungkan sekaligus memperagakan kisah penciptaan. Ada yang mencoba menjadi Allah, manusia, tumbuhan, buah, akar, bunga, hewan melata, burung, dan sebagainya. Ternyata, melalui bibliodrama ini masing-masing peserta mau dan mampu melibatkan diri dengan penuh antusiasme.
Begitu juga dengan Bapak Retmono Adi dan Ibu Erlyn yang sangat piawai dalam psikodrama, kebetulan keduanya adalah psikiater, mampu menggeret peserta didik untuk betul-betul menghayati setiap peran yang dimainkannya. “Melalui psikodrama maupun bibliodrama, karakter, sikap dan sifat dari setiap individu terwaca dengan cukup gamblang,” tegas Pak Didik, sapaan akrab Pak Retmono Adi.
Hal yang menarik dari Rekoleksi ini adalah ajakan Suster Justanti untuk para peserta agar menghargai makanan dan minuman. Para peserta tidak dibolehkan menyisakan makanan, bahkan sebutir nasi sekalipun. Para peserta menaatinya dengan penuh kesadaran bahwa dalam setiap makanan yang dimakan itu ada hak untuk orang miskin. “Jika kita menyisakan makanan, itu sama artinya dengan merampas hak orang miskin,tandas Sr Justanti OSU.
Di akhir rekoleksi, 48 siswa Kelas IX itu diajak membuat target apa yang akan dilakukan setelah rekoleksi ini. Semoga dengan rekoleksi ini para siswa semakin disadarkan akan tanggung jawabnya untuk lulus dengan nilai yang membanggakan dan kelak menjadi insan yang berguna. Hidup SpelBa! (Tim Jurnalistik “Aloy’s Post”SpelBa)

Hypnoteraphy untuk Kelas IX SMP PL Bayat

SMP PL “St Aloysius” Bayat (SpelBa) memfasilitasi peserta didik, khususnya kelas IX, yang akan menghadapi ujian akhir dengan memberi pembekalan berupa hypnoteraphy, Sabtu 1 April 2017 pukul  08.00 – 12.45 di aula Magna Gereja Paroki Bayat. Pemandu acara ini diambil dari Lembaga Nawayaksa Yogyakarta yang sangat berkompeten dalam pendidikan dan pengembangan karakter yaitu Bapak Albertus Darmawan dan Bapak Tri Broto Nugroho. Keduanya sanggup “menyihir” seluruh audience.
Pada kesempatan ini diundang pula orangtua wali murid Kelas IX. Harapannya, muncul sinergi antara sekolah dan orangtua dalam mendampingi peserta didik. Keberhasilan atau kesuksesan siswa tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, tapi juga keterlibatan orang tua di rumah.
Kedua pemandu menampilkan cukup banyak permainan yang mengajak para peserta untuk mengalahkan pesimisme atau perasaan negatif. Prinsip yang ditegaskan oleh kedua pemateri adalah “aku bisa, aku harus bisa, dan aku pasti bisa.” Pada kesempatan itu, orang tua dan siswa diminta saling berpelukan memberikan spirit sekaligus dukungan moril bagi anak-anak mereka yang akan menghadapi ujian akhir.
Tak lupa pada kesempatan itu, pihak Sekolah melalui Bapak Purwana Yohanes SPd menyampaikan syarat-syarat kelulusan dan juga harapan pihak sekolah untuk orang tua wali murid agar mengawasi belajar anak di rumah serta pergaulan anak di rumah atau masyarakat.Hidup SpelBa! (Tim Jurnalistik “Aloy’s Post”SpelBa)


Try Out SD dan Open House 
di SMP PL Bayat


Dalam rangka PPDB 2017/2018, SMP PL “St Aloysius” Bayat (SpelBa) mengadakan kegiatan Try out (uji coba) untuk para siswa SD se Kecamatan Bayat dan sekitarnya sekaligus Open House, Minggu 2 April 2017 pukul 08.00 – 12.30 WIB. Try out ini bekerjasama dengan Lembaga Bimbingan Belajar “Neutron” Yogyakarta. Try out diikuti 24 SD dengan jumlah peserta 268 siswa.
Usai mengerjakan Try out, para peserta diperkenalkan dengan kompleks SpelBa dan disuguhi berbagai macam ketrampilan yang dimiliki oleh para siswa SpelBa antara lain, band, karawitan, kulintang, tari tradisional, dan sebagainya.
Tujuan digelarnya Open House ini agar para peserta mengenal SpelBa lebih dekat dengan berbagai fasilitas, sarana prasarana, dan banyaknya ekstrakurikuler yang dimilikinya, sehingga mereka tertarik untuk bergabung menjadi murid di SpelBa.
“Sekolahnya bersih, rapi, dan nyaman,” kata Hana, siswi dari SD N 1 Trotok, Wedi.
“Kakak-kakaknya pinter main band dan vokalisnya keren-keren!” sergah Aditya, siswa dari SD N Tegalrejo, Gunungkidul.
Tak lupa pada akhir acara diumumkan 5 peringkat teratas peraih nilai tertinggi pada Try out kali ini dan diberikan hadiah yang menarik. Juara I, II dan III masing-masing diraih Andina Dias Surya (dari SD N 1 Paseban Bayat), Vita Ariyani (SD N Pacing Wedi) dan Anggi Clara Nurita (SD N 2 Banyuripan  Bayat).
Ayo adik-adik, gabung di SpelBa, dijamin tidak kecewa deh!  Hidup SpelBa! (Tim Jurnalistik “Aloy’s Post”SpelBa)

 Warta PL Muntilan

Workshop Pembimbingan Karya Tulis para Guru Van Lith
             
Seluruh staf pendamping (guru) SMA PL Van Lith mengikuti Workshop Pembimbingan Karya Tulis, Kamis 6 April 2017, seusai pembelajaran, di ruang pertemuan sekolah. Acara dipandu oleh Ibu Lisa Pendamping Matematika SMA Van Lith, diawali  sambutan singkat oleh Kepala Sekolah Bruder Ag Giwal Santoso FIC.
Tiga dosen dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebagai narasumber yaitu Pak Lukas, Pak Anton dan Pak Angga. Yang disebut terakhir adalah dosen termuda yang bertindak sebagai moderator, sedangkan Pak Lukas dan Pak Anton memberikan pemahaman bagaimana membimbing karya tulis bagi siswa-siswi SMA.
Pak Lukas menekankan supaya guru dalam membimbing karya tulis lebih jeli dan cerdas guna menghindari  para siswa menjadi plagiator alias copas (copy paste), terutama pada Dasar Teori dan Pembahasan/Analisis Data. Generasi saat ini adalah generasi yang diuntungkan dengan adanya teknologi internet. Mbah Google adalah area khusus dimana para pengguna begitu mudah memenuhi hasrat dan kebutuhannya. Dua mata pedang teknologi, satu sisi mengembangkan kualitas hidup manusia, satu sisi lagi menodai hal-hal mulia dalam diri manusia. Akhirnya semua memang kembali pada bagaimana manusianya,  di sinilah peran para pembimbing karya tulis untuk meminimalisasi kejahatan dunia maya.
 Para pembimbing supaya memiliki jurnal pembimbingan yang antara lain berisi nama siswa, tanggal bimbingan dan materi apa yang dikonsultasikan. Pak Anton menekankan, pembimbing karya tulis hanyalah fasilitator yang bersifat konstruktif atau membangun karakter anak. Disarankan, untuk tidak menjadi pembimbing yang instruktif, menekan apalagi menjatuhkan mental anak. Bagaimanapun mereka masih remaja yang harus sebanyak-banyaknya dibimbing oleh para guru.
Setelah 6 bulan berproses, karya tulis para siswa Van Lith akan diuji secara lisan dengan 2 pendamping (guru) sebagai penguji. Anak-anak harus mempertanggung jawabkan melalui presentasi di hadapan para penguji. Bahkan ada yang sampai gemrobyos ketika kesulitan menjawab pertanyaan para penguji. Itulah sekelumit dinamika tentang karya tulis/kartul di Van Lith. Semangat untuk para pendamping yang akan membimbing dan  menguji kartul siswa. (Nik)

 Warta PL Semarang
  
         Kemeriahan Pesta Nama SMP PL Santo Yusup

Sekitar 600 murid SD di seputar SMP PL Santo Yusup terlibat dalam kemeriahan Pesta Nama Pelindung Sekolah, 18 Maret 2017. Tiga macam lomba mengisi kegiatan yang sengaja melibatkan banyak SD di sekitar Bukit Semarang Baru (BSB) : lomba mata pelajaran, mewarnai wayang, dan menyalin Pitutur Jawa dalam Aksara Jawa. Tujuuan lomba agar para murid sejak dini “nguri-uri”  nilai budaya. Selain itu, lomba mata pelajaran menjadi media untuk penjajakan diri peserta dalam mempersiapkan ujian nasional. Antusiasme para siswa SD tampak dalam keterlibatan mereka  sejak pagi.
SMP PL St Yusuf mencoba membangun suasana kekerabatan yang baik dengan para murid SD beserta orang tuanya. Berbagai hadiah dibagikan. Game interaktif dibawakan dengan menarik. Tampilan musik dari peserta lomba dan juga sajian keroncong dari ekstrakurikuler sekolah serta grup dance kelas VII ikut menyemarakkan acara. Di sudut lain, Galeri Siswa menjadi sarana menunjukkan keterampilan para siswa. Semua kegiatan ini terpadu menarik dan seimbang karena melibatkan peserta lomba sekaligus para murid SMP PL Santo Yusup.

Pribadi Berkualitas
“Berkarya Bersama Mewujudkan Pribadi yang Berkualitas dan Peduli” menjadi tema Pesta Nama ini. Tema ini diambil dari visi SMP PL Santo Yusup yang selalu digemakan setiap pagi. Harapannya setiap siswa semakin mampu menjadi pribadi-pribadi berkualitas dan peduli terhadap sesama. “Di tengah gempuran sikap hedonisme yang menguasai anak muda sekarang, semoga tema ini tertanam di hati para siswa,” ujar Pak Mulyadi selaku Ketua Panitia.
Senin 20 Maret 2017 menjadi Puncak Acara Pesta Nama. Sejumlah tamu undangan hadir, di antaranya Dewan Pengurus Komite, para mantan Kepala Sekolah SMP PL Santo Yusup, pensiunan guru dan karyawan, serta Kepala SD yang menjuarai perlombaan.
Rangkaian perayaan Pesta Nama dipungkasi dengan Ekaristi Syukur yang dipimpin oleh Romo Eduardus Didik SJ. Dalam homilinya Rm Didik mengingatkan kembali tentang spiritualitas Santo Yusup yaitu senantiasa bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan selalu berada dalam naungan Tuhan. Hal ini juga ditekankan oleh Pengurus Dewan Provinsial FIC, Bruder Albertus Suwarto FIC yang mengatakan, Mijen adalah kota berkembang, maka perlu membangun sekolah yang unggul dan sesuai dengan karakter sekolah tersebut.
Panggung ekspresi para siswa berlangsung sesuai Misa. Tampil berbagai kesenian tradisional antara lain tari tradisional, karawitan yang dikembangkan menjadi sendratari, serta musik keroncong yang mengiringi paduan suara. Sedangkan kesenian modern menampilkan modern dance dan band.
Pada akhir acara, seluruh anggota sekolah diajak untuk bersinergi membangun pertumbuhan sekolah. Hal ini ditekankan oleh Kepala Kantor YPL Pusat Br Gregorius Bambang Nugroho FIC. Pesta nama menjadi momentum memperbaharui etos kerja demi berkembangnya peserta didik dan sekolahan. (Albertus Arie Wibowo)

LDK SMP PL Ambarawa
           
Untuk melatih jiwa kepemimpinan siswa-siswinya yang menjadi Pengurus OSIS periode 2017/2018, SMP PL Ambarawa menyelenggarakan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) di Rumah Retret Syalom Bandungan, 20-22 Januari 2017. Peserta LDK berjumlah 36 siswa kelas 7 dan 8 yang ditunjuk oleh Wali Kelasnya untuk menjadi Pengurus OSIS.  
            Hari pertama diisi briefing tentang kegiatan yang akan dilakukan selama 3 hari. Setelah itu doa bersama agar semua kegiatan berjalan lancar diteruskan saling memperkenalkan diri antar peserta. Selanjutnya, Bruder Kepala Sekolah Bruder Agustinus Mudjiya memberikan materi mengenai spiritual kristiani. Setelah itu, Pak Niko memberikan materi mengenai cara berkomunikasi yang tepat antar pengurus OSIS maupun di luar pengurus serta pembekalan mengenai wawancara dan penulisan artikel untuk majalah SLR (Spala Learning Revolution) SMP PL Ambarawa.
            Hari kedua, peserta memulai kegiatan dengan senam pagi, mandi dan sarapan.  Setelah itu, Pak Wahyu menjelaskan tentang peran dari masing-masing seksi pada kepengurusan OSIS. Lalu peserta membuat kreativitas dari bahan bekas yang menyimbolkan semangat dan kerja sama dalam menjalankan tugas mereka sebagai Pengurus OSIS. Setelah itu, mereka melakukan pemungutan suara untuk menentukan 3 calon Ketua OSIS yang akan dipilih oleh seluruh warga SMP PL Ambarawa untuk menjadi Ketua OSIS periode 2017/2018. Para calon ini akan membuat rancangan visi, misi, dan program kerja bersama para kelompok yang telah dibentuk untuk membantu mereka. Pada sore hari peserta melakukan out bond yang bertujuan memupuk rasa kerjasama mereka. Setelah itu, peserta mengikuti misa di gereja. Malam harinya, dilakukan renungan malam agar jiwa kepemimpinan mereka semakin terpupuk dan mereka juga mengucapkan janji untuk siap melaksanakan tanggung jawab sebagai pengurus OSIS.
            Hari ketiga, peserta dilatih baris-berbaris secara langsung oleh TNI. Setelah itu diadakan upacara penutupan. Setelah mengikuti LDK, peserta diharapkan mampu melaksanakan  tanggung jawabnya sebagai Pengurus OSIS dengan baik. (Michael H.S.)

Guru – Karyawan DOMSAV ziarah ke Sendang Sono

Guru dan karyawan SMP PL Domenico Savio mengadakan ziarah ke Sendang Sono, Minggu 23 April 2017. Misi utama kegiatan ziarah adalah bersyukur dan mohon berkat Tuhan dengan perantaraan Bunda Maria agar kegiatan Ujian Nasional (UNBK) dan semua rencana kegiatan sekolah dapat berjalan lancar dan memperoleh hasil terbaik.
Rombongan menggunakan 1 bus dan 1 mobil ELF. Selain itu, ada beberapa karyawan yang menggunakan sepeda motor. Rombongan menuju ke Sendang Sono melalui Slanden untuk selanjutnya berjalan kaki atau beberapa menggunakan ELF menuju ke Gereja Promasan untuk Misa Kudus yang dipimpin Romo Antonius Wahadi Pr. Setelah itu rombongan melanjutkan jalan kaki dan Jalan Salib menuju ke Sendang Sono.
Sesampai di Sendang Sono, rombongan berdoa mohon berkat Tuhan melalui  Bunda Maria baik untuk ujub sekolah maupun ujub pribadi. Seraya melepas lelah sambil menikmati keindahan alam Sendang Sono, para guru dan karyawan juga berfoto-foto ataupun berswafoto untuk mengabadikan kegiatan ziarah tahun ini. (RD-BL)

MBDS Meriahkan Karnaval Paskah

Dalam rangka memeriahkan Hari Raya Paskah 2017 Kota Semarang, Sabtu tanggal 22 April 2017 diselenggarakan Karnaval Seni Budaya Paskah 2017. Banyak sekolah yang terlibat mendukung kegiatan ini. Salah satunya adalah SMP PL Domenico Savio. Sama dengan kegiatan Karnaval Paskah tahun sebelumnya, tahun ini SMP PL Domenico Savio menampilkan salah satu kegiatan ekstranya yaitu Marching Band.
Tampil dengan personil yang lengkap dan persiapan yang lebih baik terlebih dengan berbagai kejuaraan yang pernah diraih, MBDS kali ini tampil sangat baik. Hal itu terbukti dengan kelompok SMP PL Domenico Savio berhasil meraih Juara I untuk kategori jalan. Hasil lengkap kejuaraan karnaval tersebut : Juara Favorit Gereja Gereformed (Bapak Rukma), Juara Utama Ignatius Krapyak; Kategori Mobil Juara 1UPTD Pedurungan, II. Yayasan Terang Bangsa, III. UPTD Banyumanik. Kategori Jalan: Juara I SMP PL Domenico Savio, II GPIB Blendug, dan Juara III WKRI. (RD-BL)

Kartini-an di SMP PL Domsav

Untuk memperingati Hari Kartini, dua kegiatan dilakukan di SMP PL Domenico Savio, yakni upacara bendera serta lomba berbusana adat dan fashion show.
Upacara  berlangsung Jumat 21 April 2017 diikuti dua sekolah SD PL Bernardus dan SMP PL Domenico Savio.  Ibu-Ibu Guru mengenakan pakaian kebaya sedangkan para bapak guru mengenakan baju batik. Pembina upacaranya adalah Ibu Dra. R. Sri Maryanti, pengibar bendera dari SMP PL Domenico Savio, sedangkan koor, pembawa acara, pembaca Pembukaan UUD’45 dan petugas doa dari SD PL Bernardus.
Hari berikutnya, Sabtu 22 April 2017 sepulang sekolah dilaksanakan lomba berbusana adat dan fashion show. Lomba ini diikuti oleh siswa kelas 7 dan 8. Dalam lomba ini tiap kelas diwajibkan mengirimkan tim perias dan sepasang siswa-siswa yang mengenakan pakaian daerah. Seusia dirias, sepasang siswa-siswi dari tiap kelas wajib menampilkan hasil dandanan mereka di panggung dalam ajang fashion show. (RD_BL)

Warta PL Solo

            Rekoleksi Paguyuban Wayang Wahyu

Paguyuban Wayang Wahyu  (WW) “Ngajab Rahayu” mengadakan Rekoleksi Sehari bersama Romo Handi Pr, di kantor Yayasan Pangudi Luhur (YPL) perwakilan Surakarta, Minggu (29/1/17) dihadiri 30 anggota yang terdiri dari guru/karyawan YPL dan pegiat WW.
Rekoleksi ini mengambil tema "Nemo dat Quad Non Habat" ,tidak ada orang yang memberikan dari apa yang tidak punya. “Kita diutus untuk mewartakan dalam perjalanan waktu. Dalam kesempatan ini kita akan mengumpulkan apa yang telah kita lakukan," tandas Romo Handi Pr yang menjadi pembicara utama.
Sementara Koordinator Wayang Wahyu, Br Ignatius Dalimin FIC mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan kerelaan peserta untuk mengikuti rekoleksi. "Para  peserta rekoleksi semoga dapat menguatkan semangat pewartaan," ucap Bruder yang bertugas di SD PL Santo Valentinus ini.
Berbagai acara rekoleksi demi memantapkan semangat pewartaan dilaksanakan mulai Doa Pembuka, sambutan Bruder Herman Yosef, pemutaran film “Guruku”, pengungkapan hasil refleksi, kesimpulan dan ditutup Misa Kudus yang dipimpin oleh Romo Handi Pr.
Setelah melihat film “Guruku” ada 3 pertanyaan sebagai bahan refleksi : nilai apa yang ditemukan dalam film itu? Setelah terinpsirasi, aku digerakkan untuk apa? Dan, apa arti komitmen untuk menjadi saksi Kristus? 
Tanggapan atas pertanyaan tersebut diberikan oleh Blasius Subono sebagai Dalang WW. Bahwa tugas kita hana caraka, jadi inspirasi. Ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai Sang Raina ( Raja Imam nabi). " Bukan malah menambah daftar keprihatinan di dalam gereja," pungkasnya. (Dwi Padma)

Penuh Kekeluargaan di Paguyuban SMA St Yosef

Keakraban keluarga besar SMA PL Santo Yosef dalam Paguyuban St Yosef di akhir periode 2016/2017 sungguh berkesan. Pasalnya, diadakan di tempat masa kecil Bruder Kepala Sekolah, Bruder Stefanus Ngadenan FIC yang asri di Moyudan Sleman, Minggu (5/1/17). Hampir semua guru dan karyawan bersama keluarga menghadiri acara ini di Madean, Pingitan, Sumber Arum, “ Parto Tempe”.  Suasana paseduluran begitu nampak, apalagi dengan sambutan hangat dan penuh kekeluargaan dari tuan rumah.
Seusai ibadat yang dipimpin oleh Andreas Heri STh, acara dilanjutkan sambutan dan ramah tamah. Dalam homilinya sempat disinggung bahwa pertemuan paguyuban yang tempatnya dilaksanakan secara bergilir  di rumah guru/karyawan sebagai bentuk kebiasaan yang baik.
Sedangan Bruder Stefanus Ngadenan FIC didampingi  Ibu Ngadinem dan kerabatnya Painem mengatakan, sangat senang dengan kedatangan guru/karyawan SMA PL St Yosef dan beberapa pensiunan. “Sebagai oleh-oleh tiap kepala keluarga akan mendapatkan cendera mata, tempe,” ucapnya.
Di sela acara juga diadakan perpisahan dengan Abisae,  mantan petugas pelaksana sekolah. Di sela sambutan dan isak tangis yang tiada henti, Abisae merasa berat meninggalkan SMA PL St Yosef. Ia sangat berterima kasih banyak dibantu dalam suasana kekeluargaan yang tinggi. “ Usai dari kebersamaan di SMA St Yosef, saya akan menekuni keahlian lama di salon mobil. Bila mobil Bapak/Ibu ingin kemping bisa kontak pesan antar,” tandasnya.
Suasana pertemuan paguyuban semakin meriah karena dipandu oleh MC profesional Rita Anggun. Begitu pula dalam pembagian doorprice dan kenang-kenangan untuk semua anak-anak guru/karyawan yang ikut hadir. (hans) 

Anggota DPR beri Motivasi di  SMA  PL Yosef 

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VI, Ario Bimo memberikan motivasi kepada 200 an siswa yang terdiri dari anggota OSIS dan sebagian siswa kelas X  dan XI SMA PL Santo Yosef, di aula sekolah, Senin (13/3/17).
Bukan hal yang asing bagi guru dan karyawan tentang sosok salah satu “vokalis” di parlemen ini. Selain seringnya hadir dalam berbagai kesempatan, anggota dari Fraksi PDI Perjuangan ini merupakan alumnus SMA PL Yosef tahun 1984.
Dijelaskan oleh Aria Bima, SMA Yosef terkenal akan disiplinnya. Warga sekolah ini hendaknya mampu berdisiplin dalam membagi waktu, berbicara dan berpikir.  Anak  Yosef  harus percaya diri,  dengan demikian akan menjadi orang yang tahu kelemahan dan kelebihannya. “Maka menjadi siswa di SMA PL Yosef harus memiliki sikap rendah hati, percaya diri dan menghargai orang lain,” ucap lulusan Fisipol UGM ini.
Dalam kesempatan ini, selain memberi motivasi dan inspirasi, Ario Bimo mengajak para siswa untuk menggemari membaca buku sastra secara khusus. Di situ siswa akan terdidik menjadi orang yang bijaksana dan mampu berolah pikir.  Anak sekarang minim berabstraksi, berimajinasi dan berkontemplasi karena tidak ada usaha untuk bermimpi menjadi sukses. Namun perlu disadari bahwa setiap mimpi belum tentu berhasil.
“Karenanya tetap harus diusahakan dan butuh sikap rendah hati,” tandas bapak tiga putri yang sebelumnya pernah bekerja di perusahaan asing selama 9 tahun sebelum memutuskan di kiprah politik. (hans)

SMP PL Bintang Laut kembali
Juara Umum PL Cup

            SMP PL Bintang laut kembali meraih Juara Umum PL Cup yang diselenggarakan SMA PL St Yosep Yogya, tanggal 20-25 Februari 2017. SMP PL Bintang Laut mengikuti semua mata lomba yang dipertandingkan yakni  futsal, basket, dan dance. PL Cup merupakan event tahunan yang melibatkan SMP-SMP se DIY-Jawa Tengah.
            Persiapan tim futsal, basket, dan dance SMP PL Bintang Laut dilakukan saat kegiatan ekstrakurikuler dan dimatangkan dengan ujicoba melawan sekolah lain. 
            Dalam PL Cup ini, SMP PL Bintang Laut memperoleh Juara 1 Lomba Futsal, Juara 2 Basket Putri, dan Juara 3 Lomba Dance, sehingga dinyatakan sebagai Juara Umum. Atas kemenangannya ini, Tim SMP PL Bintang Laut berhak membawa pulang piala bergilir, piala tetap, piagam penghargaan, serta uang pembinaan.  Keberhasilan dalam mencapai juara  tersebut berkat bimbingan dan pendampingan Bapak Daniel Harsono, Ibu Monica Siswanto, Bapak Irinus Puguh P., Bapak Agustinus Mulyanto, Bapak Ignatius Tobing Setyoko, sedangkan untuk Lomba Dance oleh Ibu Patrich Rosalia. (Mulyanto & Agnesis)

Tim COSMIC SMP PL Bintang Laut Juara 2

SMP PL Bintang Laut yang diwakili oleh Nathanael Juan Gautama, Justin Adrian Halim, dan Leonardus Hans Sebastian Tahyudin, ketiganya dari Kelas 8C berhasil meraih Juara 2 Competition of Science and Mathematics/COSMIC tingkat SMP se-Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh SMA Semesta Bilingual Boarding School (SBBS), Minggu 26 Maret 2017. Kompetisi ini dalam rangka kegiatan Semesta Day 2017.

             Kompetisi meliputi babak : penyisihan, semifinal dan final. Hadiah untuk tim Juara 2 berupa piala, sertifikat, dan uang pembinaan. Para pembina Tim Cosmic adalah para guru matematika dan para guru IPA SMP PL Bintang Laut Surakarta yakni Drs Robert Yuni Suranto (guru IPA)  dan Blasius Tri Budi Mulyono S Si (guru matematika sekaligus Wakil Kepala sekolah bidang Kesiswaan).  (Robert Yuni Suranto & Agnesis)


SMP PL Bintang Laut ikut Lomba Pramuka Tingkat 2

Para Dewan Galang kelas VIII dari Gudep Pangkalan SMP PL Bintang Laut mengikuti Lomba Pramuka Tingkat 2 (LT 2), Sabtu 18 Maret 2017 di Monumen Banjarsari. Kegiatan ini untuk menindaklanjuti surat dari Kwartir Nasional yang berkesinambungan untuk melatih adik-adik Penggalang menjadi regu yang terlatih. Hadir dalam kegiatan tersebut Binmas Kecamatan Banjarsari selaku Pembina Upacara dan para kakak-kakak pembina se Banjasari.
Kegiatan berlangsung lancar walaupun sedikit terhambat oleh hujan. Adik-adik penggalang Gudep Pangkalan SMP PL Bintang Laut sangat antusias berkompetisi di lomba ini. “Walaupun hanya beberapa juara seperti juara pertama mendirikan tenda yang kami peroleh, adik-adik penggalang mendapat pengalaman berharga dalam lomba ini, apalagi Gudep Penggalang SMP PL Bintang Laut baru pertama kali ini mengikuti Lomba Tingkat 2, “ kata Ignatius Tobing Setyoko, pendamping pramuka SMP PL Bintang Laut. (Agnesis)

Dua Band Akustik SMP PL Bintang Laut Juara Art Competiton

            Art Competition Tingkat Kota Surakarta  yang diselenggarakan di lapangan SMA Kristen II pada 25 Maret 2017 membawa grup band akustik SMP PL Bintang Laut menjadi  Juara 1 dan 2. Kompetisi berbentuk Lomba band Akustik tingkat SMP se-Surakarta ini bertujuan mengasah ketrampilan seni musik khususnya akustik dimulai pukul  09.00 WIB.
            Tim Band Juara 1 terdiri dari Adam Joe (vokalis), Emanuel Justin (gitar bass), Nicolas Anggaraksa (gitar melodi), Richard Kurniawan (pianika), Stevanus Dominiko (pianika) dan Ludovikus (kajon). Sedangkan Tim Band Juara 2 terdiri dari Chris (gitar), Calvin (gitar), Linda (vokal), Ellen (vokal), dan Vincent (kajon). Dalam lomba tersebut para juara berhak mendapatkan  piala, piagam, dan uang pembinaan.  Para pembina lomba dari SMP PL Bintang Laut adalah guru musik, Ign. Priyo Kristianto  dan guru ekstrakurikuler Bapak Martono. (Priyo Kris. & Agnesis)

Bakti Sosial SMA PL Giriwoyo


            SMA PL St Vincentius Giriwoyo menggelar bakti sosial di lingkungan sekolah, Sabtu 11 Februari 2017. Kegiatan ini dikemas dalam pasar murah dan pengobatan murah yang melibatkan dokter-dokter dan perawat Klinik Pratama Pancasila Baturetno yang dikelola suster-suster FSGM. Tujuan kegiatan ini adalah membantu masyarakat sekitar yang membutuhkan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan dalam  pemenuhan kesehatan.
Masyarakat Giriwoyo sendiri umumnya adalah para petani dan buruh sehingga dengan keadaan cuaca yang tidak menentu ini membuat hasil panen mereka berkurang dan berdampak pada sulitnya pemenuhan kebutuhan pokok. Kegiatan ini dapat melatih Pengurus OSIS mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan, dan hal lain yang ingin dicapai adalah semakin banyak orang mengenal SMA PL St Vincentius Giriwoyo. Ini menjadi salah satu program sekolah dalam pengenalan sekolah dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Pelajaran 2017/2018.
            Bakti sosial berjalan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak khususnya para donatur. Dalam kegiatan ini panitia juga bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Wonogiri. Agenda bakti sosial ini menjadwalkan Bupati Wonogiri bakal hadir sekaligus membuka acara, namun dalam pelaksanaannya beliau berhalangan hadir dan diwakilkan kepada Ketua DPRD Kabupaten Wonogiri, Bapak Setyo Sukarno.
Bakti sosial ini menyedot antusiasme besar dari masyarakat, terbukti jumlah pengunjung dan jumlah pasien meningkat dari tahun sebelumnya. Semoga manfaat dari kegiatan ini dapat sepenuhnya dirasakan masyarakat khususnya yang berdomisili di sekitar SMA PL St Vincentius Giriwoyo. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu, baik langsung maupun tidak langsung. (AR)

Membatik di SD PL St. Timotius

            Setelah Ulangan Tengah Semester II, SD PL Santo Timotius mengadakan kegiatan membatik selama satu minggu yang dilakukan para siswa mulai dari kelas IV hingga  VI. Membatik merupakan agenda tahunan di SD PL St Timotius karena melalui kegiatan ini diharapkan dapat tumbuh rasa cinta anak-anak terhadap budayanya sendiri.
“Solo adalah Kota Batik” dengan belajar membatik diharapkan anak-anak menjadi tahu cara dan proses membatik. Melalui proses membatik para siswa bisa belajar kesabaran, ketelitian, serta ketelatenan. Proses membatik diawali dengan menggambar motif batik pada kain mori kemudian mulai “nyanthing” yaitu memberi malam cair sesuai motif yang telah dibuat dilanjutkan dengan pewarnaan akhirnya dijemur dan kering.
            Pada Jumat tanggal 17 Maret 2017, saat penerimaan Raport UTS II hasil karya anak-anak tersebut akan dipajang dan dipamerkan kepada orang tua murid. (Francisca Tri Ratna Purbandari)
             
HUT ke-94 SD PL St Timotius


Hip-hip hore….,hip-hip hore…suasana heboh terasa di SD PL St Timotius, Sabtu 3 April 2017.  Ini hari istimewa bagi semua warga sekolah karena bertepatan dengan HUT ke-94 SD PL St Timotius.
            Perayaan dilaksanakan dengan penuh kesederhanaan dalam bentuk Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Romo Vincentius Ernest Justin SJ di halaman sekolah. Dalam homilinya beliau menyampaikan, angka 94 itu unik. Angka 9 adalah angka yang besar semoga SD PL St Timotius menjadi semakin besar terlebih dalam jumlah muridnya, dan angka 4 adalah angka yang hebat, harapannya semoga sekolah menjadi terhebat. Caranya, para murid diharapkan lebih rajin belajar, tekun berdoa, teliti dalam segala hal, selalu bersyukur dan tetap bersemangat. Harapan untuk para guru dan karyawan, agar dalam kasih selalu melayani peserta didik mengembangkan minat, bakat, dan kecerdasan untuk meraih prestasi.
            Pesta hari itu diisi pemotongan tumpeng oleh Ibu Elisabeth Ririn Indrastuti SPd kemudian Bp Agustinus Sunarya S Pd selaku Kepala Sekolah  SD PL Santo Timotius dan pelepasan 94 burung oleh murid-murid perwakilan kelas, alumni, Komite Sekolah. Pelepasan burung ini bertujuan untuk lebih mencintai alam dan harapannya kelak para murid dapat terbang tinggi untuk mencapai cita-cita mereka. Acara dilanjutkan dengan pesta  sederhana di  kelas masing-masing dengan bantuan orang tua murid dari kelas tersebut.
             Usia ke-94 tahun tentunya bukanlah sebuah rentang waktu pendek. Semoga SD PL Santo Timotius semakin matang dan mantap dalam melayani peserta didik dan orang tua murid dengan selalu berpegang dalam kasih Tuhan. (Francisca Tri Ratna Purbandari S.Pd)

                       Yosef Day dengan Aneka Kegiatan

“ Mengapa perempuan Samaria dalam kitab suci (Santo Yohanes 4: 5-15. 19b-26. 39a.40-42 ) mengambil air pada jam 12 siang ?” Ini pertanyaan awal homili dari Romo Vincencius Ernest Justin SJ yang ditujukan kepada warga SMA PL Santo Yosef saat bertugas koor di Gereja Santo Antonius  Purbayan, Surakarta, Minggu (19/3/17).
“ Bahwa para perempuan Samaria, mengambil air pada siang hari karena keadaan sepi. Mereka pada jam-jam itu berkumpul dan bergosip karena para perempuan itu dalam hidupnya tidak satu suami, maka jam tersebut pas untuk saling bertukar cerita,” jelas Romo Ernest.
Suasana Gereja Santo Antonius Purbayan cukup ramai dengan seragam khas Pangudi Luhur dan Batik Merah. Pasalnya hari itu bersamaan dengan Hari Santo Yosef sebagai Pelindung Sekolah, sedangkan petugas koornya juga siswa-siswi SMA PL Yosef. 
Lantunan lagu pembukaan “Di Jenjang Maaf”  dan lagu persembahan lain yang dibawakan Kelompok Paduan Suara “ de Josepha” membuat suasana Misa Kudus semakin khusyuk. Apalagi lagu selingan komuni Ku ingin di dekatmu, The Cup of Grace dan Santo Yosef  seolah menghipnotis umat dengan dirigen Miss Agatha Nanik.
Dalam kesempatan ini Romo Kepala Paroki, Albertus Mardi Santoso SJ, yang memberikan sambutan usai lagu selingan Komuni mengucapkan terima kasih kepada SMA PL Santo Yosef. Acara Yosef Day 2017 dan tugas koor di gereja membentuk keyakinan dan kesungguhan, bahwa SMA PL Santo Yosef Surakarta semakin nyata dan “hidup” dalam memberikan pendampingan kaum muda.

            Fashion barang bekas 
Ada yang unik pada Puncak Acara Yosef Day 2017, Sabtu (25/3/2017). Lomba Fashion memperagakan barang bekas. Masing-masing kelas diwajibkan mengirimkan satu pasang kontestan untuk tampil di panggung.
Sebanyak 23 pasangan dari kelas yang ada unjuk kebolehan dalam acara ini. Berbagai barang bekas mulai bekas koran, kain, kaleng, pernak-pernik dipergunakan sebagai busana dalam lomba ini.  Ini sebagai bentuk kepedulian kepada barang-barang yang dianggap sudah tidak terpakai namun masih dapat dipergunakan secara maksimal.
Setelah dinilai oleh dewan yuri yang terdiri dari para guru, Dominikus Anton Wijanarko (XI IPS 3) dan Maria Inggit  (XII IPA 2) dinyatakan sebagai Pemenang 1 dan 2.  Hadiah uang pembinaan diserahkan oleh Waka Humas SMA PL Santo Yosef, di sela acara sebelum penampilan band tamu “Fisip meraung” dan DJ Radit. Suasana halaman tengah sekolah cukup semarak dengan kehadiran DJ ini, puluhan siswa berkumpul di depan panggung sambil berjoget ria.  (Hans, Joes News, Franca)

                Alumni 1977 SMA Yosef peduli Tuberkolosis

Alumni SMA PL Santo Yosef Angkatan 1977 memberikan sumbangan dana dalam peringatan Hari Tuberkulosis (TB Day), Minggu (26/3/2017) pagi di Area Car Free Day. Kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi dan kepedulian Alumni SMA PL Yosef yang telah 40 tahun berpisah dari almamaternya.
Sumbangan diterima oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo  melalui Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih. Sebelumnya, rombongan SMA PL Santo Yosef Angkatan 77 atau Yosefer itu mengunjungi Rumah Dinas Wali Kota, Loji Gandrung,  Jalan Slamet Riyadi. Walikota Surakarta,  FX Hadi Rudyatmo,  hadir menemani rombongan alumni yang semuanya laki-laki itu.
Walikota mengucapkan terima kasih atas sumbangan yang diberikan. "Selanjutnya dana sumbangan saya sarankan untuk diberikan kepada Yayasan Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta," ujar FX Hadi Rudyatmo.
Koordinator Yosefer Angkatan 77, Hariadi Giyarso (59), mengatakan, sumbangan diberikan sebagai kepedulian sosial dirinya dan teman-teman Angkatan 1977.  "Setelah 40 tahun tidak berjumpa, kami temu kangen dan ingin menyumbang untuk Yayasan Peduli Tuberkulosis," tambahnya. Dana terkumpul secara spontan dari hasil iuran para alumni berjumlah sekitar Rp 115 juta.
Ketua Yosefer 1977 DR Ir Ferry Poernama MSc mengatakan, kegiatan ini sebagai bagian dari rencana yang sudah disiapkan setahun lebih. (hans)

“Hebohnya" Pentas Seni SMP PL Giriwoyo

SMP PL St Vincentius Giriwoyo menyelenggarakan Pentas Seni (Pensi), sebagai ajang unjuk kebolehan bagi para siswa-siswi  di setiap kelas, Senin 30 Januari 2017. Kegiatan ini diadakan setiap tahun, tepatnya setelah Natal dan Tahun Baru. Kegiatan ini juga bertujuan memupuk persaudaraan antarpribadi siswa dan menjunjung solidaritas.
Pensi kali ini diselenggarakan berbeda dari tahun sebelumnya, lebih sederhana tetapi tetap meriah. Tempat kegiatan tidak di kampus SMP PL Giriwoyo melainkan di Gereja St Ignatius Danan yang tidak jauh dari sekolah kami. Kemeriahan sangat terasa karena banyak siswa dan guru yang ikut serta, sekaligus para peserta Pensi sangat heboh dalam beratraksi.
            Ada 2 jenis lomba dalam Pensi : Lomba Drama dengan tema “solidaritas” dan Stand Up Comedy yang  diikuti seluruh siswa klas VII, VIII, dan IX. Untuk mempersiapkan Lomba Pensi, setiap kelas tampak berlatih sungguh-sungguh setiap hari hingga sore hari. Guru-guru dan Kepala Sekolah yang menjadi juri sempat kebingungan memilih juaranya karena penampilan semua kontestan sangat menarik dan berkualitas.
Dari seluruh penampilan mereka, diambil 3 peserta terbaik. Untuk Lomba Drama Juara 1, 2 dan 3 diraih oleh IXA, VIIIA dan IXC. Sedangkan untuk Lomba Stand Up Comedy, semua mendapat Juara : Juara 1 perwakilan kelas VIIC (Ardhi), Juara 2 VIIIA ( Ronny ), Juara 3 IXB ( Buyun ), Juara 4 VIIIB (Demas), Juara 5 IXA (Elias), Juara 6 VIIA ( Henri ), Juara 7 VIIB ( Pedo ), Juara 8 IXC ( Agung ). 
Semoga dengan Lomba Pensi Antarkelas, siswa-siswi SMP PL St. Vincentius Giriwoyo makin berkembang menjadi pribadi mandiri dan siap menjadi generasi penerus bangsa yang handal. (Grettanata Surantika Nazara dan Ana Ristiani)
                       
                        Bakti  Sosial Yosef Day  2017

Dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Pelindung Sekolah  “Yosef Day.” OSIS SMA PL Santo Yosef mengadakan berbagai kegiatan, salah satunya bakti sosial, Minggu (19/3/17), dengan tujuan Rumah Singgah  Lentera Bumi Laweyan Surakarta, Panti Asuhan (PA) Sancta Maria, Boro, Banjarsari, Kalibawang, Kulonprogo dan SMP PL Mandungan, Muntilan.
Ketua OSIS, Yefta Christoporus, mengatakan, aksi sosial ini bertujuan menumbuhkan bentuk kepedulian sosial bagi sesama. Adapun bantuan yang diserahkan di PA Sancta Maria berupa 100 kg beras, 66 liter minyak goreng, 80 kg gula pasir, 93 kaleng susu, 59 dus teh celup dan  221 batang sabun mandi.  Di tempat ini, bantuan diterima oleh Bruder Petrus Paijan FIC sebagai Pimpinan Panti.  Untuk Rumah Lentera diserahkan 50 kg beras, 35 liter minyak goreng, 53 kg gula pasir, 28 kaleng susu, 34 dus teh celup, 28 batang sabun mandi dan 20 box buku tulis dan diterimakan kepada Puger Mulyono selaku Koordinator. Sedangkan bantuan untuk SMP PL Mandungan berupa 93 pak buku tulis.
Pihak sekolah yang berkunjung ke PA Sancta Maria Boro sebanyak 6 anggota OSIS dan 3 guru. Bakti sosial di Rumah Singgah Lentera selain dilakukan 8 siswa didampingi 2 guru. (hans)

 Warta PL Sukaraja

Ziarah Siswa Kelas IX SMP PL Sukaraja


             Pemberian les/tambahan pelajaran, latihan soal, try out, menjadi agenda rutin bagi para siswa kelas IX SMP PL Sukaraja menjelang Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Namun mengandalkan kekuatan manusia saja tidak cukup, kami membutuhkan Rahmat Tuhan dan penyertaan Roh Kudus,  maka para  siswa dan guru mengadakan Ziarah ke Gua Maria memohon perlindungan Bunda Maria, Minggu 2 April 2017.
Kami berangkat bersama dari sekolah dengan membawa bekal masing-masing. Sesampai di Gua Maria Sendang Arum, kami Doa Rosario bersama, dilanjutkan mengikuti Perayaan Ekaristi di Gereja Tegal Arum kemudian makan bersama. Semoga perlindungan Bunda Maria menyertai selalu…(v.pardi)

Hari Kasih Sayang Ala SMP PL Sukaraja

Menandai Hari Kasih Sayang tanggal 14 Februari 2017 lalu SMP Pangudi Luhur Sukaraja turut merayakannya secara sederhana yakni dengan bertukar kado antar siswa dan juga antar guru/pegawai. Hari Valentine juga dimeriahkan dengan Cerdas-Cermat tingkat SD. Ada 11 sekolah SD Negeri/swasta yang  ikut ambil bagian acara ini.
Setelah melalui proses penyisihan-semifinal-final akhirnya sekolah memberi penghargaan berupa tropi, piagam, dan uang pembinaan kepada para pemenang. Kegiatan dapat terlaksana dengan baik, para peserta mengikuti dengan penuh semangat. Para siswa SMP PL turut memeriahkan dengan tarian dan band. Happy Valentine Pangudi Luhurku…..(v.pardi)

Warta PL Yogyakarta

 Perpustakaan Peduli dari SD PL Yogya
untuk SD PL III Boro
            

            SD PL III Boro yang biasanya sepi berubah menjadi semarak, Minggu 19 Februari 2017 pukul 10.00 WIB. Para peserta didik dan pendidik sudah siap di sekolah. Halaman pun terlihat dipenuhi mobil. Banyak tamu datang. Mereka berasal dari pendidik, peserta didik, dan orangtua murid SD PL Yogyakarta. Pada hari itu dilaksanakan peresmian perpustakaan, ditandai dengan Misa yang dipimpin  oleh Romo Andre dari Paroki Nandan Yogya. Usai Misa Romo Andre memberkati Perpustakaan dengan air suci.
            Selesai Misa kelompok band “St Josep” dari SD PL Yogya menampilkan kebolehannya. Mereka mempersembahkan beberapa lagu yang sungguh menyentuh hati.
           Perpustakaan SD PL III Boro ini terwujud berkat ide dari Bruder FX Teguh Supono FIC yang  waktu  itu menjabat Kepala Sekolah SD PL Yogya. Ide tersebut disambut baik oleh Mama Maria, yang kemudian membentuk tim solid.
        Mereka adalah orangtua peserta didik yang memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap dunia pendidikan. Pembiayaan perpustakaan  tersebut  merupakan  bentuk kasih yang tulus dari donatur yang peduli dan rela berbagi untuk sesama yang sangat membutuhkan.
             Perpustakaan ini  diperuntukkan bagi  generasi muda yang berada jauh dari keramaian kota yang membutuhkan fasilitas memadai. Mereka menyambut penuh syukur  peresmian  perpustakaan ini.
      Terima kasih untuk semua pihak yang sudah terlibat dalam proses terwujudnya perpustakaan baru di SD PL III Boro. Semoga Tuhan memberkati dengan rahmat yang senantiasa mengalir. (Tim Mading SD PL Yogya)

Seru dan Meriahnya PL CUP 2017

SMA Pangudi Luhur Yogya kembali menggelar PL (Pangudi Luhur) Cup.   Mengangkat tema “Spirit of Togetherness” ajang kompetisi olahraga dan seni tahunan ini berlangsung  Senin hingga Sabtu, 20 -25 Februari 2017 dengan mengundang SMP/MTs negeri dan swasta se Yogyakarta dan sekitarnya. PL Cup mempertandingkan Futsal, 3 on3 Putra dan Putri, dan modern dance, memperebutkan Tropi Bergilir Gubernur DIY. PL CUP 2017 juga dimaksudkan sebagai sarana SMA PL Yogya menjaring komunikasi yang baik dengan stakeholders, orang tua, serta menjalin persahabatan antar siswa secara sehat.
            “Acaranya seru, kami juga senang bisa terlibat, bahkan akhirnya bisa menang,  asyiklah pokoknya,” tutur Yudha, siswa asal SMP Pangudi Luhur Yogya yang berhasil meraih best player di pertandingan 3 on 3 Putra”. Timnya, juga mampu meraih Juara 1 di pertandingan 3 on 3 Putra” itu.
“Waktu disebut sebagai Juara 1, kami kaget dan nggak menyangka. Kami senang dan terharu, ” tutur Aurel, salah satu anggota modern dance SMP Budya Wacana, yang akhirnya dinyatakan sebagai Juara 1 di Lomba Modern Dance.
Saya bangga mendapat Juara di PL Cup ini dan saya sendiri mendapat gelar  best player. Prestasi kami ini tentu memberi kebanggaan bagi sekolah, teman - teman dan orang tua kami. Semoga ke depannya PL Cup lebih baik lagi, semakin seru, dan semoga tahun depan  SMP Pangudi Luhur Bintang Laut menjadi Juara Umum lagi!” tutur Fonda, Kapten Tim Futsal SMP PL Bintang Laut yang juga menjadi best player.
            Juara umum tahun ini masih merupakan juara bertahan di tahun sebelumnya, yaitu SMP PL Bintang Laut Surakarta karena berhasil memperoleh Juara 1 Lomba Futsal, Juara 3 Lomba Modern Dance, dan Juara 2 3on3 Putri. Sedangkan untuk Juara 1 Lomba 3 on3 Putri dimenangkan SMP Stella Duce 1 Yogya.
            Di akhir acara Lomba Modern Dance, tampil menyemarakkan acara Himpunan Pelajar Dayak SMA PL Yogya dan Pangudi Luhur Dance Crew.
-          Anggi (X5), Foto2 : Aloysius Gonzaga (X4)

Try Out  SD di SMP PL Sedayu

SMP PL St Vincentius Sedayu mengadakan Try out untuk para siswa SD yang diikuti sekitar 300 peserta dari beberapa SD Negeri dan Swasta di Kecamatan Sedayu dan sekitarnya, Minggu 12 Februari 2017. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka membantu siswa SD mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional serta memperkenalkan SMP PL Sedayu kepada para peserta.
Kegiatan ini dimeriahkan penampilan band, karawitan, taekwondo, tari-tarian para siswa kelas 7, 8, dan 9 SMP PL Sedayu, sehingga sembari menunggu pengumuman hasil Try out, peserta tidak merasa jenuh karena dapat menyaksikan pentas seni tersebut. Selain itu, panitia juga menyediakan banyak door prize berupa tas, kipas angin, lampu belajar, sepeda gunung, dan lain-lain. Peserta yang mendapatkan nilai tertinggi dari hasil Try out tersebut mendapatkan tropi, piagam penghargaan, dan uang pembinaan.  (Angela Anggun N., 8B)

SMP PL Sedayu Studi Tur ke Bali

Para siswa kelas 7 dan 8 SMP PL St Vincentius Sedayu mengikuti studi tur ke Pulau Dewata, Bali, Selasa–Sabtu, 10 – 14 Januari 2017.  Studi Tur ke Bali merupakan program rutin sekolah yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Tahun ini kegiatan tersebut diikuti sebanyak 144 siswa kelas 7 dan 8, dengan didampingi 12 guru dan karyawan.
Kegiatan berjalan lancar berkat kerjasama yang baik antara panitia dengan biro perjalanan Mulya Tour. Tiga bus membawa rombongan dari Yogya ke Bali. Tempat wisata di Bali yang dikunjungi sebanyak 12 mulai dari Tanah Lot, Pantai Sanur,  Pantai Pandawa, Krisna, Cening Bagus, Tenun Galuh, Istana Tampak Siring, Desa Panglipuran, BCC, Sangeh, Joger, dan Bedugul. Studi Tur ini sebagai sarana belajar di luar kelas yang melatih kemandirian siswa dan menambah wawasan mereka tentang Pulau Bali. (Natalia Noviasih Utami, 8B)

Reuni Angkatan 87 SMP PL Moyudan
Alumni SMP PL Kaliduren (sekarang SMP PL Moyudan) Angkatan 1987 mengadakan Reuni pada 26 Desember 2016 lalu. Para peserta yang telah berpisah 29 tahun, hari itu  bertemu dan berkumpul di sekolah  mereka dulu dalam suasana yang menggembirakan.
Kepala Sekolah dalam sambutannya berharap reuni ini berlanjut dengan membentuk paguyuban/ikatan alumni, menjadi mitra sekolah,  orang tua asuh bagi siswa kurang mampu, atau ikut berkontribusi pada peringatan 50 Tahun SMP PL Moyudanbulan Juli 2017 mendatang.
Sebagai ucapan syukur dan terima kasih, alumni memberikan kenang-kenangan untuk sekolah dan para guru yang hadir.  Salah satu di antara alumni tersebut ada yang sangat membutuhkan biaya sekolah anaknya, maka mereka menyisihkan sebagian dana yang terkumpul saat reuni tersebut untuk disumbangkan kepada salah satu alumnus (orangtua siswa saat ini). Mereka juga menggalang dana untuk beasiswa alumni kepada beberapa siswa dari keluarga tidak mampu.
Pada reuni yang dihadiri sekitar 60 orang ini secara bergantian mereka diperkenalkan kembali nama dan keluarga serta profesinya masing-masing. Di penghujung acara, mereka bersama para mantan guru bernyanyi dan berdendang bersama sambil bergandeng tangan. Menutup acara ini Bruder Filip selaku yang dituakan berniat mendukung eksistensi sekolah,  terlebih untuk even pesta emas yang akan datang.
Tidak ketinggalan angkatan 1999 juga mengadakan reuni kecil-kecilan bertempat di Sendang Kreo. Kurang lebih 20 peserta ditambah keluarga mereka, juga akan  mendukung eksistensi sekolah dengan menyekolahkan putra-putri atau saudara dan tetangga ke sekolah PL dan membantu kegiatan HUT ke-50 SMP PL Moyudan tercinta ini. (fab)

Retret Kelas IX SMP PL Moyudan
Seperti tahun-tahun sebelumnya, di setiap awal Januari, siswa kelas IX SMP PL Santo Paulus Moyudan wajib mengikuti Retret. Tahun ini Retret mengangkat tema “Meraih Prestasi demi Masa Depan” berlangsung di Wisma Salam, Magelang, Kamis sore hingga Sabtu siang, 5–7 Januari 2017. Tujuan Retret untuk memberikan penyadaran atas pengalaman hidup masa lalu dan menyiapkan sikap kemandirian/ kepribadian diri untuk hidup “baru” dalam menghadapi ujian akhir. Retret ini dibimbing oleh Tim Youth Centre Salam.
 Mengingat jumlah pesertanya 76 anak (33 putra dan 43 putri), sesi kegiatan di ruangan dibagi dalam dua kelompok, sedangkan outbond di luar ruangan dibagi dalam empat kelompok permainan agar mudah pendampingannya. Bu Ambar (Wali kelas IXA)  dan Bp Budi FA (Wali Kelas IXB) turut mendampingi anak-anak agar mereka bisa menjaga ketenangan terutama pada malam hari.
Pada hari pertama, para siswa mendapat pembekalan tentang hal-hal praktis dan materi “Siapakah aku (who Am I) ?”. Pada sesi ini, peserta diberikan permenungan tentang siapakah aku ini, keberadaanku’ di antara teman dan orang lain, termasuk  orang tua dan guru.
Pada hari kedua, peserta diminta membuat pesan untuk sahabat dan surat untuk orangtua. Oleh Tim Retret surat tersebut diserahkan kepada sekolah untuk disampaikan kepada anak yang bersangkutan dan kepada orang tua mereka. Sekolah menindak lanjuti penyampaian surat tersebut dengan mengadakan kunjungan rumah yang diatur oleh Guru Bimbingan.
Pada hari terakhir semua siswa menetapkan niat untuk tindak lanjut ke depan dalam menghadapi ujian akhir. Semua hasil kegiatan siswa meliputi dinamika kelompok dan hasil refleksinya diserahkan oleh narasumber kepada para pembimbing (guru), khususnya Wali Kelas dan Guru BP untuk mengetahui karakter/kepribadian masing-masing siswa, guna pendampingan belajar dalam menghadapi ujian. Acara ditutup dengan Misa dipimpin oleh Rama Budi Pr. (dika/bfa)

Utama Peel


Sekolah  dan Gerakan Budaya Literasi

Salah satu warisan utama yang strategis dari sekolah (guru) terhadap anak didiknya adalah membudayakan kebiasaan berliterasi (membaca, menulis). Memberikan pendidikan dan kebiasaan berliterasi merupakan salah satu modal masa depan yang cerah dan baik. Bagaimana dengan sekolah dalam naungan Yayasan Pangudi Luhur (YPL)  berkaitan dengan keteladanan berliterasi itu sendiri kepada peserta didik?
Sebuah karya guru dalam membudayakan kemampuan berliterasi sudah di dorong  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) dalam   mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sejak tahun ajaran 2015/2016. Kebijakan ini bernilai strategis demi mengoptimalkan pendidikan karakter yang menjadi harapan dari pendidikan abad ke-21. Demikian halnya saat guru YPL mampu mendorong dan mengoptimalkan berliterasi akan berkorelasi dengan mutu sekolah di mata masyarakat.
Literasi dalam arti luas sejatinya sudah cukup lama menjadi acuan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization  (UNESCO).  Ini bisa kita baca dari Literacy for Life, laporan UNESCO tahun 2006 tentang literasi dunia. Di situ dinyatakan, literasi adalah hak dasar manusia sebagai bagian esensial dari hak pendidikan. Terpenuhinya hak literasi memungkinkan kita mengakses sains, pengetahuan teknologi, dan aturan hukum serta mampu memanfaatkan kekayaan budaya dan daya guna media. Singkatnya, literasi menjadi poros upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Karena itu, ia merupakan sumbu pusaran pendidikan secara komprehensif.
Sekolah  menjadi tempat yang  bernilai strategis demi  membiasakan membaca. Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Gerakan literasi menjadi salah satu semangat dalam upaya mendukung kemajuan dalam pendidikan secara holistik. GLS membiasakan peserta didik gemar membaca berefek pada kepekaan, kritis,  kemampuan menganalisis dan hanya memerlukan sedikit sentuhan untuk lebih kreatif, inovatif dan mandiri. Akal dan imajinasinya cepat beradaptasi dengan pemikiran baru dan lebih suka mencari tantangan baru.
GLS yang mengawal program Membaca 15 Menit Setiap Hari di sekolah kelihatannya seperti kebijakan yang utopis. Bagaimana mungkin sekolah menyediakan ragam bacaan bagi guru dan peserta didik membaca setiap hari apabila sekolah masih berkutat dengan banyak permasalahan mendasar lainnya? Data statistik menunjukkan, hanya 5,7% sekolah di Indonesia dari jenjang pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas yang memiliki perpustakaan. Itu pun dengan kondisi yang bervariasi; dari kondisi ruangan yang kurang memadai, koleksi yang hanya terdiri atas buku-buku teks pelajaran, hingga tiadanya tenaga pengelola perpustakaan atau pustakawan. Selain itu, penggunaan 5% dana bantuan operasional sekolah (BOS) masih berfokus pada pengadaan buku teks pelajaran dan bukan pada buku bacaan yang mampu menumbuhkan minat baca peserta didik.
Fenomena itu menunjukkan penguatan budaya literasi di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah dan Guru, melainkan juga tanggung jawab seluruh elemen publik sebagai 'pengasuh' anak dalam ruang komunal. Dukungan ini menjadi penting karena Indonesia tengah mengalami darurat literasi. Minat baca peserta didik perlu ditumbuhkan agar mereka mencintai pengetahuan. Kemampuan membaca peserta didik perlu ditingkatkan bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan peserta didik Indonesia yang terpuruk pada peringkat 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes Programme of International Student Assessment (PISA) tapi juga untuk menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat. Meningkatkan kemampuan literasi peserta didik  menjadi cara yang efektif untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional (Sofie Dewayani, 2016).
Dalam upaya membumikan GLS, pada prinsipnya ada 15 manfaat membaca yaitu dapat menstimulus mental, mengurangi stres, menambah wawasan dan pengetahuan, memperkaya kosa kata, meningkatkan kualitas memori, melatih ketrampilan berpikir dan menganalisis, meningkatkan fokus dan konsentrasi, melatih untuk menulis yang baik, memperluas pemikiran seseorang, meningkatkan hubungan sosial, membantu mencegah penurunan fungsi kognitif, meningkatkan empati seseorang, mendorong tujuan hidup, membantu kita terhubung dengan dunia luar dan dapat lebih berhemat. (manfaat.co.id)

Sekolah
Ir. Harris Iskandar, Ph.D mengatakan, sejak tahun 1935 Ki Hajar Dewantara mencetuskan bahwa keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat merupakan Tri Sentra Pendidikan. Kemitraan yang baik di antara ketiganya diharapkan dapat mendukung terciptanya ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi. Dalam kemitraan itu, pelaku pendidikan di satuan pendidikan dan orang tua di rumah mempunyai peran sangat menentukan, termasuk membiasakan membaca. (Dirjen. Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, 2016)
Seperti dikatakan oleh Endang Fauziati (2016), rendahnya kemampuan peringkat literasi membaca anak-anak Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: pertama, tradisi budaya lokal kita masih dominan budaya lisan (orality), bukan budaya tulis. Kebanyakan orang Indonesia lebih senang memperoleh informasi melalui mendengarkan atau melihat lewat televisi. Kedua,  kebiasaan membaca merupakan determinisme genetis, yaitu merupakan warisan orang tua. Seseorang yang gemar membaca umumnya dibesarkan dari lingkungan yang gemar membaca.
Ketiga, sarana-prasarana untuk memperoleh bacaan minim serta harga buku-buku bacaan cukup mahal sehingga orang tua tidak terbiasa membelikan buku bacaan tambahan untuk anaknya. Maka membeli buku cukup yang diwajibkan oleh sekolah saja.
Oleh karena itu  Sofie Dewayani sebagai Ketua Yayasan Litara; Pegiat gerakan Ayo Membaca, Indonesia (2015) mengungkapkan beberapa langkah strategis untuk memperkaya sumber daya literasi dan mereformasi pendidikan literasi. Pertama, membentuk lembaga independen beranggotakan  pustakawan, pendidik, akademisi, pakar, dan sastrawan, untuk menetapkan rujukan literer sastra anak melalui pemberian anugerah sastra anak dan sosialisasi daftar buku rekomendasi. Amerika Serikat telah melakukan hal itu melalui American Library Association (ALA) dengan penghargaan Newberry dan Caldecott yang bergengsi. Demikian pula National Book Development Council of Singapore (NBDCS) di Singapura, sebuah lembaga yang aktif mengadakan festival literasi dan penganugerahan sastra anak setiap tahun.
Kedua, memberikan subsidi untuk mendukung produksi buku-buku anak yang berkualitas tinggi, yang selama ini tidak diproduksi penerbit komersial karena dianggap kurang laku (low-sell). Di Amerika Serikat, buku-buku anak pemenang penghargaan yang kurang diminati pasar tetap diproduksi karena diapresiasi komunitas akademik dan digunakan di sekolah. Buku-buku itu didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan sekolah atau ditawarkan kepada sekolah dengan harga murah, dilengkapi dengan panduan untuk mengintegrasikannya dengan pelajaran bahasa, sains, dan matematika.
Ketiga, mendukung adaptasi buku dengan teknologi untuk meningkatkan aksesibilitasnya ke penjuru negeri. Selain itu, rekonstruksi konten buku dalam format multimedia dan tur yang interaktif juga bertujuan merespons kebutuhan dan minat anak di era digital ini. Dan keempat, mendukung dan mendampingi guru-guru dalam memilih dan mendayagunakan bahan ajar di luar buku teks pelajaran dan menerapkannya di dalam kelas dengan metode yang kreatif dan inovatif.
Sedangkan  pelatihan-pelatihan untuk guru yang hanya bertujuan mencekoki guru dengan aspek teknis implementasi kurikulum sesungguhnya merupakan degradasi profesi keguruan. Dibutuhkan lebih banyak kisah kesuksesan tentang pengalaman dan kepakaran guru di dalam ruang kelas, tentang bagaimana mereka mendayagunakan bahan ajar dan menghadapi kebutuhan peserta didik yang beragam. Kita membutuhkan lebih banyak subjektivitas guru dan mendukung mereka untuk menemukan gairah (passion) dalam mengajar dan membudayakan GLS.
Gerakan Literasi juga perlu terjadi dalam keluarga dan komunitas. Di samping langkah strategis di atas, pemerintah perlu mendukung inisiatif-inisiatif kampanye literasi di masyarakat melalui rumah baca dan perpustakaan komunitas. Hanya melalui upaya sinergis dan kolaboratif di antara elemen pendukung elemen literasi, kebangkitan literasi dapat terwujud.  

Peran dan keteladanan
Oleh karena itu rendahnya kemampuan literasi menunjukkan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah belum sepenuhnya mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Demi meningkatkan budaya literer butuh pembiasaan keteladanan  guru. Kita dapat mencontoh kebiasaan di Amerika, Jepang dan Negara Eropa yang masyarakatnya gemar membaca. Di waktu luang saat berada di ruang tunggu stasiun, bandara, pusat perbelanjaan, antre dokter dan lain-lain rata-rata mereka gunakan untuk membaca. Dalam keluarga tersedia perpustakaan kecil dan membiasakan mengalokasikan membeli buku dalam anggaran belanjanya. Sangat berbeda dengan masyarakat Indonesia lebih senang ngobrol/ngrumpi (budaya lesan). Padahal salah satu indeks kemajuan negara adalah dengan budaya  membaca warganya.
Oleh karena itu guru YPL dalam GLS, hendaknya mampu berkolaborasi dan menguatkan kemitraan dengan keluarga. Seperti dikatakan Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud, Dr Sukiman MPd, keluarga adalah pendidik yang pertama dan utama. Keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak adalah sebuah keniscayaan. Berbagai studi menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam pendidikan dapat meningkatkan prestasi belajar anak. Selain prestasi belajar, penumbuhan karakter juga membutuhkan peran keluarga. Kerjasama dan keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di satuan pendidikan dan di lingkungan keluarga merupakan kunci keberhasilan pendidikan.
Rambu-rambu budaya membaca dibuat seefektif mungkin sehingga menumbuhkan minat dan niat. Tidak lupa berbagai referensi (buku bacaan) disediakan sesuai dengan jenjang usia dan dapat menumbuhkan rangsangan membaca secara lebih serius. Penyediaan buku dan upaya memacu minat baca harus dilakukan secara sinergis. Minat baca muncul secara masif karena merasa mendapatkan manfaatnya. Begitu pula penyusunan jadwal dan acara kegiatan kompetitif membaca bagi anak-anak (PAUD) dan remaja agar semakin menumbuhkan minat baca. Pasalnya dari tingkat partisipasi PAUD di Indonesia masih rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya. Indonesia masih di bawah 20. Vietnam mencapai angka 43, Thailand 86, Malaysia 89 dan Filipina di angka 27.
Demi meningkatkan literasi harus dirasakan manfaat dari membaca bagi guru dan peserta didik YPL. Kegiatan membaca tidak bisa hanya ajakan tetapi langsung praktik dan dilakukan terus-menerus, bentuk semangat haus membaca dan haus pengetahuan. Kata pepatah, rajin membaca membuka jendela informasi dunia. Mari dukung GLS dari lingkungan sekolah kita demi membuka jendela informasi dunia. Begitu! (FX Triyas Hadi Prihantoro)

 Realita

Buah atas Ketekunan Doa dan Gigih Berjuang demi Anak

            Perjuangan untuk menikah secara katholik 100% bagi Yohanes Sustya Budi (49 th) dan Yovita Suprapti (45 th) di kelak kemudian hari menjadi fondasi spiritual bagi pembentukan keluarganya.
Saat keduanya masih pacaran Prapti belum katholik karena berasal dari keluarga muslim. Seiring waktu dia mulai menjadi simpatisan lalu mengikuti katekumen dan akhirnya baptis dewasa. Satu tahun kemudian saat usianya 24 tahun dia sudah menerima sakramen penguatan. Sah sudah secara hukum dan gereja menjadi katholik. 
Sustya tak pernah sedikitpun memaksanya menjadi katholik, meskipun keduanya telah berpacaran.  Saat-saat  berdua, Sustya sering menceritakan tentang katholik dan ajaran-ajarannya terutama tentang bagaimana keluarga katholik. Semakin lama Prapti semakin tertarik ingin menjadi katholik. Panggilan Tuhan kepada umatnya  memang tak terduga, di sinilah misteri iman yang tak bisa diramal sebelumnya.
            Tahun 1996 mereka menerima Sakramen Pernikahan, beberapa bulan setelah Prapti menerima Sakramen Penguatan.  Pernikahannya memang didasari cinta yang mendalam, namun lama-kelamaan Prapti menyadari, ternyata setelah berkeluarga tak cukup hanya bermodal cinta saja, ada banyak hal yang harus dilakukan demi kelangsungan keluarganya namun menekan rasa cinta dan harus legowo/ikhlas untuk menghadapi semua ujian hidup. Pada tahun itu juga ketika  6 bulan  usia kehamilannya, suaminya yang adalah sarjana pertanian UGM   memutuskan menerima tawaran bekerja di PT Central Pertiwi Bahari, sebuah industri integrated udang milik investor asing yang berlokasi di Lampung. Di perusahaan ini, 20 tahun kemudian mengantarkan Sustya menduduki jabatan Manager Produksi di perusahaan itu hingga saat ini.
Prapti sudah siap mental jika kelahiran anaknya tanpa ditunggui oleh suami, dan untunglah keluarga besarnya di Muntilan selalu mendukungnya dalam segala hal. Ketika Lala, anak pertamanya, berusia 6 bulan, Prapti memutuskan menyertai suaminya di Lampung dan itu dijalani selama 3 tahun.
Masa depan yang baik memang harus di planning sejak dini. Mereka berdua memutuskan kembali ke Jawa lalu membangun rumah di Muntilan yang ditempatinya hingga saat ini. Mereka berkeyakinan, pendidikan anak-anaknya tetap harus di Jawa, meskipun dengan konsekuensi yang berat. Karena antara ayah dengan ibu plus anak-anak harus LDR ( Long Distance Relationship). Setelah menjalani masa kerja 40 hari, Sustya mendapat hak cuti selama 2 minggu, dan tentu waktu cuti ini dimanfaatkan  pulang ke Jawa berkumpul dengan keluarga mengobati rasa rindunya. Demikian ritme hidupnya hingga saat ini. Kurang lebih 6 tahun lagi saat usia Sustya 55 tahun barulah mendapat hak pensiun dari perusahaannya, maka membangun rumah menjadi prioritas utama.  Menjalaninya dengan enjoy dan penuh rasa syukur, tak terasa sudah 20 tahun menikmati semua itu.
            Kini dengan 3 anak menjadi bukti perjalanan iman keduanya. Anak pertama Lala (20 th) Maret 2017 lalu  diwisuda sebagai sarjana farmasi Universitas Sanata Dharma Yogya dengan predikat Cumlaude. Ia tercatat sebagai lulusan termuda 2017 dan sekarang ini tengah studi lanjut profesi Apoteker. Nino (16 th), anak kedua, masih kelas X di SMA Kolese De Britto Yogya dan si bungsu yang bercita-cita  menjadi Romo, Gaby ( 12 th) kelas 6 di SD PL St Ignatius Muntilan.
Prapti menceritakan saat-saat berat yang dijalaninya adalah ketika anak-anak masih kecil, apalagi  salah satu ada yang sakit, dan kala itu belum ada gadged. Masih mengandalkan telpon kabel yang harus mengantre.  Semua harus diatasi sendiri, namun  rasa syukur tak terhingga bahwa  ada bapak dan ibunya yang dekat sehingga merekalah yang senantiasa mendukung.
Prapti menyadari bahwa semua harus disyukuri, dihadapi dan dinikmati, apapun kejadiannya. Tidak setiap saat bisa berkumpul dengan keluarga secara utuh, membuatnya mampu memetik  maknanya yaitu menjadikannya amat menghidupi kekuatan doa. Sustya merasa bersyukur memiliki istri yang  tekun dalam doa dan gigih berjuang untuk anak-anaknya. Karena itu saat ambil cuti dan berkumpul dengan istri serta 3 anaknya, dia menikmati kebersamaan itu dengan keluarganya semaksimal mungkin. Meskipun saling berjauhan dan waktu berkumpul yang terbatas dengan keluarga, namun keluarganya ditopang dan dibangun  di atas fondasi iman yang teguh akan penyertaan Tuhan.
Keterlibatan menggereja juga dicontohkan secara langsung kepada anak-anaknya. Sering si kecil Gaby tertidur di pangkuan ibunya saat diajak Ibadat Lingkungan, tetapi  pengalaman inilah yang kelak ketika  anak-anak telah dewasa  akan menjadi fondasi untuk  gerakan imannya. Itulah salah satu realita dinamika hidup berkeluarga, apapun  bentuknya, ketika menyertakan Tuhan di dalamnya maka hal itu akan nampak pada anak-anaknya yang senantiasa memiliki kompas iman. Jika kedua orang tua berjalan sesuai dengan Kompas iman akan mampu mengantarkan  anak-anaknya pada masa depan yang benar.
Jatuh bangun harus terjadi, sebab saat seseorang jatuh sebenarnya menjadi moment untuk membangkitkan  kekuatan dalam dirinya, entah itu percaya dirinya, kesabarannya, kegigihannya dan kekuatan-kekuatan yang lain. Namun sering manusia tidak memahami cara kerja Tuhan, maunya instan dan cepat yang kadang diakhiri dengan hal-hal yang kurang benar. Semoga para pembaca mampu memetik hikmah dari realita suami-istri Sustya dan Prapti ini.  
-          Nik (dari sumber langsung)
Melongok

Budaya Literasi di Sekolah Pangudi Luhur

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad, dalam acara Anugerah Literasi Prioritas bagi 19 kabupaten/kota mitra The United States Agency for International Development (USAID) Senin 20 Maret 2017  mengatakan, sekolah harus menjadi basis pembangunan literasi Indonesia di masa depan (Kompas, 21 Maret 2017).
Budaya literasi atau sering juga disebut Gerakan Literasi Sekolah (GLS). adalah sebuah upaya menumbuhkan budi pekerti siswa. Tujuan gerakan ini adalah agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.
GLS memperkuat gerakan pertumbuhan budi pekerti dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu bentuk nyata kegiatan tersebut adalah Gerakan 15 menit membaca buku selain buku pelajaran sebelum proses pembelajaran mulai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik dan meningkatkan keterampilan membaca agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan secara lebih baik. Materi baca yang dianjurkan adalah yang berisi nilai-nilai budi pekerti, kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan atau ditulis sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Prinsip-prinsip GLS
            Beberapa hal yang menjadi prinsip GLS adalah pertama, sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya. Kedua, dilaksanakan secara seimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik. Ketiga, berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum. Keempat, kegiatan literasi dilaksanakan secara berkelanjutan. Kelima,  melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan. Dan terakhir, mempertimbangkan keberagaman.

Tahapan Pelaksanaan GLS
            Tahap pertama adalah penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca. Tahap kedua, meningkatkan kemampuan literasi melalui menanggapi buku pengayaan. Tahap ketiga, meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran dengan menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran. (Buku saku Gerakan Literasi Sekolah: mangwaskim.blogspot.co.id)

Budaya Literasi di Sekolah PL
            Bagaimana penerapan Gerakan Literasi Sekolah di sekolah-sekolah Pangudi Luhur? Dalam pembicaraan dengan beberapa rekan guru, belum semua sekolah Pangudi Luhur membudayakan gerakan ini. Bahkan saat kami, Tim Bianglala, melontarkan masalah literasi untuk diangkat sebagai salah satu tema dalam penerbitan majalah Bianglala masih ada anggota redaksi yang belum mengerti apa yang dimaksud dengan budaya literasi.
Salah satu sekolah Pangudi Luhur yang sudah membudayakan Gerakan Literasi adalah SMP PL Santo Yusup Semarang. Sekolah ini sudah menerapkan sejak awal tahun pelajaran 2016/2017. Jika dilihat dari tahap-tahap literasi di atas, SMP St Yusup sudah sampai pada tahap kedua yaitu peserta didik mampu menanggapi buku yang dibaca. Menurut Pak Hari, guru BK di sekolah tersebut, salah satu kendala pelaksanaan literasi adalah ketersediaan buku bacaan. Oleh karena itu beberapa waktu yang lalu Kepala Sekolah dan Guru BK sempat mengumpulkan majalah Bianglala untuk menambah ketersediaan bahan bacaan.
SMP PL Wedi, dari hasil wawancara dengan Bruder Y Wahyu Bintarto FIC, dijelaskan, SMP PL Wedi sudah menjalankan Gerakan Literasi. Gerakan ini dijalankan dengan cara menumbuhkan hari Sabtu Membaca. Buku bacaan disediakan oleh Tim Pengembang Kurikulum Sekolah. Jenis bacaan divariasi (bacaan umum, bacaan berbasis bahasa Inggris dan bahasa Jawa). Selain itu siswa diberi kesempatan untuk menyiapkan buku sendiri.
Kendala yang dihadapi selama ini adalah, siswa kelas 8 dan 9 cenderung mengabaikan dengan tidak menyiapkan buku sendiri. Mereka sekadar membaca buku paket. Tanggapan atas buku yang dibaca belum menjadi upaya bersama. 
SMP PL Mandungan, berdasarkan wawancara singkat yang saya lakukan dengan Pak Dwi lewat messenger sekolah ini belum menerapkan literasi sekolah seperti yang dimaksudkan Kemendikbud. Meskipun demikian, sekolah memiliki kegiatan pengembangan diri. Dalam kegiatan ini sekolah mewajibkan peserta didik untuk membaca dan membuat ringkasan. 
Kegiatan pengembangan diri di SMP PL Mandungan ini dilaksanakan setiap hari Jumat jam ke-5. Kegiatan pengembangan diri tersebut diikuti semua anak dan tiap kelas mendapat tugas yang berbeda-beda. Untuk anak-anak kelas 7 siswa membaca koran, kelas 8 novel, dan untuk kelas 9 buku pengetahuan umum.
SMP PL Moyudan. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan Pak Budiono, untuk tahun ini SMP PL Moyudan sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah. Konsep yang diterapkan adalah sekolah menyediakan waktu 1 jam pelajaran pada saat jam I setiap Sabtu. Dalam perkembangan berikutnya, Pak Budi menjelaskan, setiap 3 bulan siswa harus membaca, meringkas, dan membuat ulasan. Hasil pekerjaan mereka dikumpulkan menjelang UTS, UAS. Pekerjaan siswa dinilai oleh Wali Kelas dan guru Bahasa Indonesia sebagai nilai tugas.
Rencana ke depan SMP PL Moyudan akan menerapkan konsep literasi sekolah setiap hari sebelum jam I. Para siswa wajib membaca buku minimal 1 buku untuk 1 semester. Kelas 7 membaca buku fiksi, kelas 8 buku ensiklopedia, dan kelas 9 buku pengetahuan atau referensi lain.
SMP PL Ambarawa, dari hasil wawancara via WA (Whats App) dengan salah seorang guru di sekolah tersebut, SMP PL Ambarawa belum melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah masih menerapkan Kurikulum 2006.
SMP PL Sedayu. Sama dengan SMP PL Ambarawa, sekolah ini juga belum menerapkan literasi sekolah. Bahkan ketika saya menanyakan kepada salah seorang teman guru yang bertugas di sekolah tersebut, beliau mengatakan “Literasi apa ya? PL Sedayu belum Pak.”
SMP PL Domenico Savio belum menerapkan budaya literasi. Gerakan ini masih dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia. Itupun belum secara menyeluruh atau dengan kata lain masih sekadar untuk selingan. Pengalaman yang menarik sebenarnya ketika anak-anak diminta membawa buku bacaan baik novel atau buku pengetahuan. Mereka sebagian besar spontan merasa senang. Jika dibandingkan dengan membaca koran, mereka lebih senang membaca novel. Dan pada saat mereka diminta menuliskan pendapat mereka tentang buku yang mereka baca, mereka dapat menuliskannya dengan baik.
Dalam acara pembukaan Pelatihan Kurikulum 13 di SMP PL Domenico Savio beberapa saat yang lalu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang menanyakan kepada Kepala SMP PL Domenico Savio, Bruder Albertus Suwarto FIC tentang pelaksanaan literasi di Domsav. Karena Domsav belum menjalankan program ini, Kepala Dinas Pendidikan menyarankan agar Domsav segera melaksanakan program literasi. Menurut Pak Bunyamin, program ini mampu meningkatkan kecerdasan peserta didik sehingga anak-anak akan lebih optimal dalam pembelajaran atau istilah Pak Bun semakin mudah digenjot prestasinya.
Karena keterbatasan, maka saya tidak dapat menghubungi semua rekan guru PL seluruh Indonesia. Jika kesempatan lain, Bruder, Bapak, Ibu berkenan berbagi dengan Bianglala berkaitan dengan Gerakan atau Budaya Literasi di sekolah Bruder, Bapak, Ibu saya dengan senang hati untuk menerimanya. (F. Rudy Dwiwibawa)

Percik
Arti Mengeluh
Oleh : Daniel Machsimus Lullulangi *)

Suatu kali, saya pergi ke kawasan Malioboro bermaksud membeli buku dan beberapa baju sebagai buah tangan. Tentu saja, berjalan dari ujung ke ujung deretan toko  berusaha mencari barang yang tepat tidaklah mudah. Semuanya perlu waktu.
Saya merasa lelah dengan tangan penuh belanjaan. Lelah memaksa saya duduk di depan mal. Saya haus dan lapar. Karena jam makan siang, saya memutuskan untuk pergi makan. Saya mengambil dompet. Ya ampun, hanya tersisa uang Rp 50.000. Apa ini cukup untuk saya?
Daripada kelaparan, saya pergi ke salah satu restoran cepat saji. Dengan uang yang saya punya, saya sempat mengeluh dan kesal. Ke mana uang yang lain? Untuk sampai ke tempat makan, saya harus berjalan beberapa blok dengan panas matahari yang sangat menyengat.
Di jalan, saya melewati beberapa pedagang di emperan lampu lalu-lintas kota itu. Saya heran sekaligus kagum dengan semangat para pedagang itu untuk menjajakan barang jualan dari pagi sampai mungkin seselesainya.
Melihat orang lain yang tetap semangat di tengah susahnya hidup di zaman ini, saya merasa malu. Apalah arti mengeluh bagi saya jika masih ada orang yang lebih pantas untuk mendapatkannya?

Sepatu hitam
Saya teringat pengalaman saat hendak memasuki tahun ajaran baru di bangku SMP. Ketika itu, saya naik ke kelas 2. Orang tua saya menghendaki saya membeli sepatu baru. Malam hari, kami pergi dan kami pun sampai di salah satu toko. Sepatu saya harus hitam karena sekolah mewajibkan warna sepatu dominan hitam.
Ketika mencari sepatu, saya sempat kebingungan dengan banyaknya pilihan untuk sepatu sekolah. Di salah satu etalase, saya menemukan sepatu yang tepat untuk saya. Hitam seluruhnya dan sangat ringan sehingga cocok untuk dipakai.
Alangkah terkejutnya saya ketika membaca label harga. Hingga 6 digit. Saya ragu ibu saya untuk mampu membelikan sepatu ini, tapi tidak ada sepatu yang seperti ini di tempat lain.
Menanggapi hal itu, ibu saya menyarankan untuk beralih ke sepatu yang lain.
“Di toko sebelah saja, ya Nak?” kata ibu saya.
“Ini saja, Bu,” jawab saya.
Tapi, tetap saja kami pulang dengan tangan kosong. Memang, harga sepatu itu sangat mahal untuk anak sekolahan.
Saya sempat kecewa dan mengeluh. Di rumah, saya marah karena tidak mendapatkan yang saya inginkan. Di sisi lain, saya menyesal saya telah marah dan berbuat demikian.
Dari pengalaman saya itu, saya memetik satu pokok penting. Bersyukur akan segala hal itu simpel, tapi seringkali susah dilakukan. Saat ini, mungkin kita hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Semua hal kita tanggapi tanpa berpikir usaha kita ke depannya. Tetap saja walaupun mengeluh, beban kita tetap bertambah.
Mungkin, banyak tawaran duniawi di sekitar kita. Berbagai produk menonjolkan kelebihannya dibanding produk lainnya. Seakan hidup didasarkan pada kepuasan yang mungkin hanya sesaat.
Tuhan mengkaruniakan akal budi. Sesuatu yang hanya dimiliki manusia. Dalam hidup, kita yang menentukan pilihan. Ada otonomi dalam diri kita. Selalu bersyukur itu yang penting. Tapi, apa kita selalu bersyukur? Atau malah kita selalu mempersalahkan hidup, terlebih Tuhan, atas segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita?
Dari seluruh pengalaman saya tersebut, memang benar kata seorang bijak,  ‘Hidupmu yang kamu keluhkan mungkin adalah hidup yang orang lain inginkan’. Semua hal yang kita tuntut di dunia hanya kita pandang dari satu sisi. Kita hanya berpikir untuk diri kita sendiri. Orang lain yang di luar sana mendambakan hidup seperti kita ini. Mereka mungkin berhak mendapat yang kita punya. Semua usaha mereka mungkin lebih layak dari keluhan-keluhan kita.
Manusia memang tidak pernah lepas dari keinginan duniawi. ‘Roh memang kuat, tapi daging lemah,’ begitu kutipan dari ayat Alkitab. Sekarang, kita diajak untuk lebih bersyukur untuk segala sesuatu yang kita punya. Dan pilihan kita sebagai seorang manusia ada di tangan kita yang menjalaninya.

*) Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan

Segar

Sejumlah “Kebaikan” Jeruk Nipis

Kebiasaan kecil akan membuat perubahan besar. Jeruk nipis bisa mengubah hidup kita dengan cara selalu meminum air jeruk nipis ini setiap pagi sebelum memasukkan segala makanan.  Jeruk nipis mengandung nutrisi seperti vitamin C dan A, asam folat dan zat besi (Fe).
Berikut ini beberapa “kebaikan” jeruk nipis yang membawa kita menuju sehat.

1. Salah satu “pasukan” anti kanker
Jeruk nipis membantu tubuh kita melawan kanker karena zat antioksidan yang terkandung di dalamnya.  Zat antioksidan juga berperan mencegah penuaan dini dan mengurangi resiko tubuh kita dalam memproduksi sel kanker. Jeruk nipis juga mampu sebagai penetralisasi yang membantu tubuh untuk menyeimbangkan kadar asam yang biasanya mempengaruhi pertumbuhan sel kanker.

2. Membantu sistem limpa dalam kekebalan tubuh (immunitas)
Limpa berkaitan dengan memproduksi limfocyt atau sel darah putih. Jadi limpa merupakan bagian integral dari sistem kekebalan tubuh manusia, sebagaimana limfocyt bertanggung jawab untuk memproduksi antibodi melawan zat asing (anitigen). Semua jenis jeruk mengandung vitamin C cukup tinggi. Vitamin C berfungsi sebagai anti-inflammatory  (anti peradangan), juga  membantu tubuh untuk meregenerasi sel sehingga bisa mempercepat proses pemulihan pasca sakit. Vitamin C pada tubuh juga membantu kita menyingkirkan kelelahan dan mengurangi stres yang berlebihan. Air jeruk nipis akan membantu organ hati lebih aktif di pagi hari sehingga kinerja pencernaan akan semakin baik.

3. Membantu otak bekerja lebih optimal
Jeruk nipis mengandung mineral magnesium (Mg) dan potassium cukup tinggi sehingga jika rutin mengonsumsi air jeruk nipis maka sistem otak akan berfungsi maksimal. Jeruk nipis juga membantu mencegah dehidrasi sehingga membantu daya konsentrasi.

4. Mengatasi susah buang air kecil
Air jeruk nipis hangat setiap pagi akan membantu sistem diuretic (pembuangan air ke luar dari tubuh) kembali normal. Secara alami sisa-sisa metabolisme tubuh akan diekskresikan melalui cairan yang keluar tubuh seperti urin dan keringat. Jeruk nipis membantu tubuh kita mengeluarkan racun dari tubuh setelah enzim detoksifikasi/enzim penetral racun yang dihasilkan oleh organ  hati memproses detoksifikasi racun tubuh

5. Mencerahkan kulit
Air jeruk nipis adalah anti septik/pembunuh kuman  alami. Jeruk nipis bisa digunakan pada luka bakar atau sengatan lebah untuk mengurangi bengkak dan sakit. Selain itu zat  antioksidan dalam jeruk nipis juga mengurangi jerawat dan komedo sehingga kulit kita akan lebih sehat.

6. Menetralkan kadar pH dalam tubuh
Terlepas dari betapa asamnya jeruk nipis, tetapi justru jeruk nipis yang mengandung alkaline atau basa, karena jika diuji dengan menggunakan kertas lakmus akan menunjukkan warna biru sebagai indikator sifat basa (pH lebih dari 7).  Ketika jeruk nipis dicampur dengan air akan membantu memproduksi molekul dalam tubuh yang nantinya berfungsi sebagai penyeimbang kadar pH.

Untuk memaksimalkan manfaat yang bisa kita ambil dari air perasan jeruk nipis, sebaiknya buatlah air larutan jeruk nipis di pagi hari dan minum ketika benar-benar masih belum meminum apapun pagi itu.
Memang agak susah mencoba di hari-hari pertama, namun jika terus berupaya mengaplikasikan kebiasaan ini sejumlah “kebaikan” jeruk nipis akan kita rasakan dalam kehidupan kita.
-          nik (dari beberapa sumber)

Dinamika

Menggunakan Media Sosial Secara Positif
Oleh : Wawan S. *)

Kemenangan Donald Trump atas Hillary Clinton dalam pemilihan Presiden AS (Amerika Serikat) tahun 2016 mematahkan harapan sebagian masyarakat dunia. Masyarakat dunia berharap Hillary memenangi pemilihan karena dia dipandang tidak se kontroversial rivalnya.
Banyak analisis menilai kemenangan Donald Trump tak lepas dari aktivitas tim kampanye di dunia media sosial. Menurut sebuah penelitian, Trump menang karena tim kampanyenya melakukan 10.000 kali tweet per 15 menit, jauh dibanding tim Hillary yang hanya melakukan 3000 tweet. (https://github.com/Rameshb-umd/Social-Network-Analysis). Beberapa bulan setelah peristiwa tersebut, kita mendengar sebuah tuduhan pelecehan agama yang dilontarkan kepada Gubernur DKI, Basuki Cahaya Purnama. Tuduhan ini merujuk pada sebuah posting di youtube, yang diduga sudah diedit oleh Buni Yani.
Kita percaya bahwa media sosial, sebagai sebuah produk teknologi, seharusnya memberi manfaat. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana caranya supaya media sosial memberi manfaat bagi semua pihak. Hal ini penting karena menurut penelitian Pew Research Center tahun 2016, 62% orang dewasa di AS mendapat sumber berita dari media sosial. Padahal, lembaga yang secara khusus didesain untuk menyediakan berita adalah media massa (koran/majalah, TV berita dan situs berita). Sementara itu media sosial, juga blog pribadi, tidak memiliki mekanisme yang layak seperti media massa. Media sosial dan blog memang bisa menyediakan semacam berita, atau istilah menterengnya user generate content. Namun dalam penelitian yang penulis lakukan ketika terjadi erupsi Merapi 2010, sebagian besar berita blog yang penulis pantau, tak lebih dari komentar alias opini atas berita lain.
Septiawan Santana, seorang pakar teori jurnalistik, dalam buku berjudul “Jurnalisme Kontemporer” menulis tentang Teori Media Demokratik-Partisipan. Teori ini menyatakan bahwa ada kehendak masyarakat untuk ikut menggunakan media massa yang ada tanpa dikekang oleh redaksi yang otoriter; atau masyarakat lokal menciptakan medianya sendiri. Sayangnya buku ini ditulis tahun 2005 sehingga belum memasukkan ledakan penggunaan media sosial. Namun di bagian lain buku itu, ditulis tentang Stephen Glass, seorang jurnalis yang namanya mendunia karena tulisan tentang konferensi nasional para hacker. Sayangnya popularitasnya didapat karena reportase tersebut palsu. Jadi, jika seorang jurnalis yang bekerja di media profesional saja bisa (disengaja) salah, apalagi tulisan-tulisan di jejaring sosial yang latar belakang penulisnya tidak karuan.

Media sosial yang berguna
Agar tulisan ini relevan untuk pelajar dan kaum muda, saya mencoba membuat solusi bagaimana agar ketika kita menulis “berita” di media sosial bisa berguna bagi orang lain. Atau paling tidak supaya kita tidak dijerat dengan UU ITE. Panduan singkat ini saya adopsi dari “kitab suci”-nya para jurnalis berjudul “Elements of Journalism”.
Pertama, hati-hatilah dengan apa yang disebut sebagai “kebenaran”. Dalam buku tersebut ditulis sub judul: kebenaran, prinsip pertama dan paling membingungkan. Tiap orang memiliki kebenaran subyektif, yaitu kebenaran menurut cara pandangnya. Jika Anda ingin menulis tentang kebenaran, tulislah tentang kebenaran objektif. Jika Anda tidak bisa meraih kebenaran objektif, lebih baik tidak usah menulis status.
Kedua, Anda wajib mempertanggungjawabkan tulisan Anda kepada pembaca. Jika Anda menulis sesuatu yang diterjemahkan sebagai penghinaan, padahal Anda tidak bermaksud demikian, tulisan Anda tetap bisa dianggap sebagai penghinaan. Maka, jika Anda mau menulis suatu desas-desus, jangan lupa untuk melakukan verifikasi terlebih dahulu. Ketiga, jangan subjektif dalam melihat fakta. Membela teman bukanlah sikap yang buruk. Namun jangan sampai subjektivitas ini mencederai pihak lain. Karena hal ini dengan mudah akan terpeleset pada penghinaan terhadap pihak lain. 
Keempat, Anda boleh mengkritisi penguasa/atasan, namun jangan menghinanya. Membela pihak yang tertindas memang kelihatan mulia, namun jangan sampai melakukan penghinaan. Dan yang kelima, jangan lupakan tanggung jawab moral atas status yang Anda tulis di jejaring sosial. Bisa jadi status Anda pada media sosial akan diteruskan oleh para “pengikut” Anda dan berdampak lebih luas. Dampak yang terjadi atas status tersebut masih menjadi tanggung jawab Anda.
Atau secara umum, buatlah status di media sosial yang bernada positif. Optimisme tentu lebih baik dari pesimisme. Pujian lebih baik dibanding hinaan. Menumbuhkan pengharapan lebih baik dibanding mencela. Memotivasi diri lebih baik dibanding mengeluh. Dan masih banyak lagi.
Sebenarnya pilihan-pilihan itu sama seperti etika komunikasi dalam kehidupan nyata. Namun masih banyak orang berpikir bahwa FB, twitter, blog dan media sosial lain adalah ruang privat. Padahal tidak. Kasus-kasus penghinaan yang disidangkan di pengadilan menunjukkan bahwa UU ITE menganggap FB, twitter, blog dan media sosial adalah ruang publik. Maka, seandainya Anda ingin mengungkapkan unek-unek pada pihak lain di media sosial, bayangkan bahwa Anda dan orang tersebut duduk bersama dalam sebuah rapat. Apa yang etis di ruang rapat, etis juga di media sosial. Apa yang bisa menjerat Anda dengan pasal penghinaan di ruang rapat, juga bisa terjadi di media sosial.


*) Karyawan SMA PL Sedayu

Ekspresi
Sajak-Sajak

Puisiku
(Laurensia, Guru SMP PL Sedayu)

Ketika langkahku terhenti di persimpangan jalan
Kurebahkan diri dalam ribaan-Mu
Ketakutan yang terasa mengancam
Menaklukkan berbagai macam rasa dalam benak.
Usahaku mencari jawab
Kian terhimpit oleh luasnya ruang dan waktu.
Perlahan semua tabirnya terungkap
Sayatan halusnya begitu pedih menikam jantungku
Tanpa garang  mengerang
Seolah kian sempit jalan ini kulalui...
Tertatih ku melatih hati untuk tetap bersandar
Berjuang menjadi seorang petualang sejati.

Perpisahan Indah
(Dian TC, SMA PL Santo Yosef )

Waktu kian merenggut kebersamaan yang kita jalani
bak mangsa yang diburu sang pemburu
kita terseok
-seok berlari dari keadaan ini
sungguh tak ingin rasanya ku beranjak
tak ingin rasanya kulepaskan tawa itu
tak ingin rasanya kulepaskan senyuman itu
dan tak ingin rasanya kehadiran kalian hilang dari pandanganku..
namun kutahu,
sudah masanya semua beranjak pergi
mengejar mimpi masing masing
menenggelamkan kenangan yang lalu
dan menyimpan rapat-rapat kebersamaan yang pernah dilalui
untukmu wahai kawanku..
meski kita tak lagi bersama
ingatlah masa ini
hingga nanti kita akan dipertemukan lagi
dengan berjuta cerita yang hendak dibagi
terima
kasih telah bersama selama ini
sampai bertemu di lain masa wahai teman-temanku…

Pena
(Hani C. Tarigan)

Aku menulis…
Sepanjang hari aku menulis
Menulis tiap kata tanpa harus berkata
Awal kataku memang terbata-bata
Dari mulai a sampai huruf vokal lainnya
Semuanya kususun tanpa harus berkata

Aku menulis…
Menulis setiap karangan penuh kata
Menulis setiap arti dari rindu
Menulis setiap duka dari sang hampa
Sambil menunggu keterbatasan darinya

Aku menulis…
Dengan sebuah pena
Dan selembar kertas
Menanti kata-kata mengalir deras
Di telingaku

Aku menulis…
Sambil berkarir tanpa harus berhenti
Aku menulis…
Tanpa harus berkata namun harus menata
Pantaskah?
(Sri Mulyani, SMA PL Sedayu)

Ada saatnya ku harus pulang
Ditujuan akhir setiap insan
Dikeabadian sebuah hidup
Dimana dunia kekal ku berada

Aku tak berani melangkah
Namun harus melangkah
Mulutku membisu tanpa kata
Tanganku mengadu
Mataku bercerita
Dan malaikat mengadiliku

Kisah hidupku menjadi kunci
Kunci hidup kekalku ditentukan
Pantaskah aku hidup bersama-Nya?
Walau ku slalu hiraukan Dia

Berjuta detik sehari
Sedetik saja tak sempatkan ucap syukur
Syukur yang harusnya terucap
Terlupakan dengan sonanyaman
Yang buatku bagai pecundang
Tak tau diri walau diberikan kesempatan

Waktu
( Lucia Desy Puspitasari, SMA PL Sedayu )

Ada waktu yang memantau kita
Lalu kehidupan menjadi hidup
Dengan sendirinya
Dan menjadikan hidup kita lebih berwarna
Waktu adalah lembaran kisah
Yang telah membawa kita jauh dari masa lalu ke masa depan
Bahkan waktu telah mengajarkan kita banyak hal
Dan akan terlukisnya suatu impian
Yang akan menghiasi waktu
Ada dan tiada adalah kenyataan
Hidup butuh waktu
Karena waktu adalah kita
Dan kita adalah waktu

Impian Segambar
(Pungki, SMA PL Sedayu)

Roda selalu berputar
Begitu juga waktu yang berjalan
Dari roda yang berputar kecil menjadi besar
Berpikir mainan hingga segalanya
Begitu cepat bila dirasakan
Kini..
Setelah menikmati roda yang berputar lambat
Ada sekerikil angan mungil muncul
Gambaran langit yang entah kapan terjadi
Bersama lilin-lilin kecil yang menghidupi
Adanya dua makhluk kecil yang segambar
Berlari dan bernyanyi mengitariku
Dengan baju cerah sepadan
Dengan hiasan pelangi di rambut tipisnya
Begitulah gambaran angan yang selalu muncul
Hadirnya malaikat segambar
Adalah impian setiap insan bumi
Melihatnya tumbuh dan semakin segambar
Adalah harapan yang menyertai
Begitulah putaran waktunya
Semakin cepat roda berputar
Hadiah itu semakin besar
Dan segera akan mengerti
Bahwa merekalah hadiah
Bahwa merekalah keistimewaan Pencipta

Peelsiana

Pak Sronto yang “Inofatif”

Pagi itu semua karyawan termasuk bel boy, satpam, tenaga gudang, teknisi, dan tenaga kebersihan dikumpulkan. Emang sih, tidak hanya perusahaan tempat Pak Sronto bekerja tetapi perusahaan tetangga ikut dibina. Tujuan pembinaan pasti bagus dan inovatif.
“Bapak dan Ibu, dalam era globalisasi ini semuanya cepat maju. Dalam satu detikpun orang bisa mengubah dunia. Apalagi di dunia maya, tiap detik kita temukan berbagai peristiwa di seluruh dunia. Untuk mengantisipsi semuanya, kita harus inovatip (Bos perusahaan orang Sunda sih, jadi tidak bisa mengucapkan ‘f’), kreatip, dan masip,”kata Bos berapi-api.
“Apa sih, artinya inovatip?” tanya Pak Sronto yang asli Jawa.
“Inovatip itu Teh mengadakan pembaharuan!” kata Mukidi yang numpang lahir di Jawa Barat.
“Apa itu Teh?” tanya Pak Sronto lagi.
“Itu Teh, apa sih?” Mukidi balik bertanya.
“Ah, ngomong sama kamu pasti ada Teh.  Emang mau minum teh?” tanya Pak Sronto.
“Begini Pak, apa yang dimaksud inovatip, kreatip, dan masip itu?” tanya Mukidi kepo banget.
“Kalau inofatif biarpun sampeyan pegawai kecil punya sesuatu yang dibanggakan melalui perubahan atau pembaharuan. Kreatif, sampeyan kudu mengembangkan sesuatu yang sudah ada, sedang masif itu menyeluruh. Jadi kalau ketiganya digabung memang bagus untuk karyawan seperti sampeyan,”Pak Biang menjelaskan seperti Bos.
“Oh, begitu ya?” kata Pak Mukidi.
“Ya, tapi sekarang dengarkan penjelasan pembicara itu dulu. Nanti kalau sudah selesai kita baru berinovatif,” kata Pak Sronto.
Sehabis pertemuan, Pak Sronto karyawan kebersihan pun mengajak teman-temannya untuk berinovatif. Lama Pak Sronto berpikir. Tiba-tiba Pak Sronto langsung menemui teman-temannya untuk ber’inopatip’.
“Kita buat kolam ikan yok?” ajak Pak Sronto.
“Di mana? Perusahaan ini kan sempit,” jawab Mukidi.
“Begini. Kita sering melihat tower air itu meluap, daripada airnya terbuang cuma-cuma, kita buat kolam di bawahnya. Siip kan? Airnya nggak usah cari ke mana-mana. Tanpa ba bi bu atau bertanya pada bosnya langsung menggali. Inopatip…gitu deh.”
“Akhirnya cangkul cangkul, cangkul yang dalam membuat kolam di bawah tower,” begitu lagu Pak Sronto yang syairnya mirip lagu ‘Menanam Jagung’.
Pekerjaan hampir selesai tiba-tiba….”Hai apa yang kamu kerjakan?” tanya Bos keras.
“Mau inopatip Pak. Mau buat kolam ikan di bawah menara air ini, daripada tumpahan airnya terbuang sia-sia,”jawab Pak Sronto ringan.
“Iya Pak, kita kan inopatip dan kreatip nggak disuruh menciptakan hal baru yang bermanpaat,” jawab Mukidi bergaya sok tahu.
“’Inopatip’ apaan? Lihat tuh kalau kalian gali terus tiang penyangganya akan roboh, ‘ntar kalau roboh di atas kolammu terus gimana?” tanya Pak Bos sedikit marah.
“Jadi ini bukan inopatip ya, Pak?” tanya Mukidi.
“Bukan!” bentak Pak Bos.
Pak Biang cuma melongo sambil memandangi tiang tower yang sudah agak miring. Mukidi hanya plenthas plenthus tidak tahu mau menjawab apa.
“Ayo dikembalikan semua tanahnya seperti semula. Dan bersihkan sekitarnya!” Pak Bos berkacak pinggang langsung pergi. “Ingat, saya datang ke sini harus sudah bersih!”
“Kreatip, inopatip yang bikin repot saja,” Pak Bos ngedumel.
“Mukidi, itu tanaman yang ada di sekitar sekalian dicabut. Buang sekalian saja biar bersih!” teriak Pak Sronto.
“Siap, Pak!” jawab Mukidi semangat.
“Ah, dasar kalian sok kreatif, inovatif, dan masif ternyata bikin repot saja,” gerutu Pak Biang.
“Ya,ya…udah sekarang kita bersihkan tanaman ini,” ajak Pak Sronto.
Setelah selesai mereka istirahat. Ketika akan kembali ke markas tiba-tiba Pak Bos memanggil Pak Sronto.
“Pak Sronto, tanaman yang ada di depan itu di mana?”tanya Pak Bos.
“Saya cabut. Kata Bapak harus dibersihkan! “ jawab Pak Sronto sambil kipas-kipas.
“Aduh! Itu kan baru kemarin saya tanam, kenapa dicabuti? Ayo diambil dan ditanam lagi!” perintah Pak Bos.
Pak Sronto, Pak Biang, dan Mukidi bekerja lagi. Duh, mau jadi inovatif, kreatip, dan masip…kok susahnya minta ampyuuun.(B) 

Resensi

Pendidikan Karakter tak semudah diucapkan

Judul                        : Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh
Pengarang               : Doni Koesoema A.
Penerbit                   : PT Kanisius
Tahun Terbit            : 2015
Tebal                       : xv + 236 halaman
Harga                      : Rp 65.000,00
           
            Tentu, hampir semua guru dan orang tua setuju bahwa pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam sebuah proses pendidikan. Ketika kita membaca situasi sosial masyarakat kita saat ini yang masih diwarnai perkelahian antarpelajar, tindak kekerasan di jalanan maupun di sekolah, perilaku tidak jujur yang tercermin dalam tindak korupsi, pemanfaatan jabatan, budaya menyontek, ketidakdewasaan pribadi seperti tercermin dalam penyalahgunaan obat-obatan, penyimpangan perilaku seksual di kalangan remaja dan masih banyak lagi keprihatinan lainnya, kita pasti akan sepakat bahwa sudah saatnya pendidikan karakter dilaksanakan secara sistematis, strategis, utuh dan menyeluruh di sekolah sehingga program pendidikan karakter menjadi semakin efektif.
Buku Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh ini mencoba menunjukkan kepada kita tentang bagaimana menerapkan pendidikan karakter dalam dinamika dan praksis pengelolaan sekolah kita. Kita mesti memiliki konsep yang jelas tentang pendidikan karakter itu sendiri sehingga praksis pendidikan karakter di lingkup pendidikan terarah dan utuh.
Tuntutan akuntabilitas publik terhadap kinerja lembaga pendidikan, tantangan standar peningkatan mutu pendidikan, dan sedikitnya tenaga, waktu dan sarana yang dimiliki oleh lembaga pendidikan dan guru, menantang setiap pendidik untuk mendesain pendidikan karakter di sekolah tanpa melalaikan tujuan penting yang ingin diraih dalam setiap pendidikan, yaitu keunggulan akademis di setiap jenjang pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan karakter tidak dapat dipahami sebagai bagian tambahan  bagi pengembangan  keunggulan akademik siswa, tetapi menjadi satu bagian integral dalam rangka pendidikan kemanusiaan  secara utuh.
Penulis buku ini berpendapat, sebenarnya kebijakan pendidikan kita telah menempatkan pendidikan karakter dalam keseluruhan kebijakan pendidikan. Sayangnya, pembentukan karakter anak-anak bangsa ini seringkali dipahami secara sempit, parsial, dan malahan direduksi begitu saja dengan menciptakan mata pelajaran baru.
Pada dasarnya, masih menurut penulis buku ini, yang menentukan keberhasilan pendidikan karakter adalah adanya konsistensi antara pemahaman dan praksis di lapangan. Pemahaman yang sama tentang pendidikan karakter bisa memiliki perbedaan dalam praksis di lapangan. Praksis inilah yang menentukan keberhasilan pendidikan karakter.
Memahami, apalagi melaksanakan, pendidikan karakter tidaklah semudah mengucapkannya sebab pendidikan karakter merupakan sebuah konsep atau gagasan yang sangat kompleks dan tidak bisa disederhanakan begitu saja.

Sekolah yang baik memainkan berbagai macam fungsi di dalamnya, seperti faktor kepemimpinan, kultur sekolah, praksis pedagogis, kualitas siswa, latar belakang sosial ekonomi orang tua, kondisi geografis sekolah, kualitas guru dan karyawan, dan sebagainya. Dengan demikian, ia mampu menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu, mengisolasi satu faktor tertentu yang efektif, seperti pengembangan pendidikan karakter dalam lingkup kelas saja, tidaklah mungkin.
Pendidikan karakter dalam kelas hanyalah salah satu bagian yang mendukung keberhasilan program pendidikan karakter. Untuk menilai kualitas sekolah harus dipahami dan dimengerti dalam konteks keseluruhan. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan karakter pun mesti juga melibatkan berbagai macam unsur, pelaku dan program yang dilaksanakan secara sinergis dan bersama-sama agar tindakan edukatif dalam pendidikan karakter akan semakin efektif dan berkelanjutan.
Lingkungan sekolah, apapun bentuknya, mau tak mau akan mempengaruhi pembentukan karakter siswa. Lembaga pendidikan tetap merupakan lembaga yang memiliki pengaruh besar bagi perkembangan dan pertumbuhan karakter siswa.
- Ign. Adjie RP 

Jendela
Bekerja atau Berkarya?
Oleh : Nikolaus Subandi, S.Pd *)

Kembali saya ingin berbagi. Tulisan ini saya buat ketika almamater memasukkan saya ke grup WhatsApp —30 Januari 2017 —(juga beriring berita duka dari Yogya atas meninggalnya suami sahabat kuliah dulu tulisan ini saya angkat pula sebagai penghargaan saya kepada dia selama kuliah dulu hingga sekarang).
Ya, guru sekarang kekinian sekali, tidak boleh tidak dapat menggunakan media sosial; harus; dan inilah salah satu tantangan di zaman ini bagi angkatan usia 25 - 30! Masa yang mewajibkan. Pada kesempatan berbeda pula, para senior (45 -...) berkata seperti itu, umumnya mereka juga kekinian. Salute! Terutama para guru saya dan para guru yang pernah saya temui yang menjadi teman (rekan) dalam kegiatan tertentu saat kuliah motivatif. Dan berkomunikasi dengan mereka di grup tersebut, saya merasa hidup kembali. He...he...
Lepas dari berita duka itu, saya melontarkan pertanyaan “Berkarya di mana? Kembali ke kampung halaman?”, “Tidak, terima kasih”, “Saya berkarya di ... (salah satu kota besar di Jawa)”, “Sedang mencari di ... (salah satu kota besar di Jawa)”secara formal itu adalah jawaban sebagian besar rekan, teman, sahabat almamater selama studi S1 hingga sekarang dan beberapa dari mereka yang sekarang sudah S2 namun belum memperoleh jodoh tempat untuk berkarya.
Berbagai hal yang melatarbelakangi jawaban tersebut dapat digambarkan seperti berikut, “Saya mau mencoba di tempat lain dahulu”, “Di tempat asal, saya merasa kurang peluang”, “Kemungkinan gaji besar ada di luar kota, sobat!” Wow,, luarbiasa! (dalam pikiran saya). “Sukses, Sobat, Tuhan Memberkati!” jawab saya.
Mungkin, mereka lebih dibandingkan diri saya (saya sedikit minder), saya hanya dapat bekerja di kampung halaman. Namun saya teringat kembali saat saya melamar ke YPL Pusat, dan saat itu pula sopir angkot yang tiba-tiba akrab karena beberapa perbincangan sembari nge-time (menunggu angkot penuh) bertanya “Masnya dari mana? Kok rapi?”. “Ngelamar, golek gawean, Mas”, saya jawab dengan bahasa Jawa saya yang aneh karena belum lancar. Dia menjawab, “wah, sekarang cari kerjaan susah, ngelamar di mana?” “Di Yayasan Pangudi Luhur, jawab saya singkat.
Singkat cerita sopir itu malah lebih banyak bicara soal YPL, positif-positif yang saya dengar, pujian pula yang disampaikan kepada saya, Si Pelamar Pekerjaan. “Mas beruntung wes kalau bisa bekerja di situ! Gurunya hebat-hebat, jebolannya juga hebat-hebat”. Hingga akhirnya saya menyampaikan bahwa saya dari TK-SMA adalah alumni YPL di Ketapang, Kalimantan Barat  (kalau siswa-siswi PL Jogja bilang Hammerè PaLu è Pangudi Luhur—sedikit menyapa semua siswa-siswi serta alumni SMA PL yang ada di Yogya).
“Wah, ternyata yayasan itu luas juga ya jaringannya, tidak hanya di Semarang! Oke Mas sukses ya lamarannya sebagai alumni yang ingin berkarya di sekolahnya dulu!” Itu doa yang tersampaikan sopir angkot itu ketika saya sampai tujuan. Dan doa beliau terjawab, saya sudah berkarya “seumur jagung” di SMP saya dulu, SMP PL Santo Albertus Ketapang.
Benar sekali kata sopir angkot itu, cari kerja susah! Saya yang baru jalan delapan bulan bekerja masih harus adaptasi—walaupun dulu saya pernah tiga tahun di SMP tersebut. Ya adaptasi (Wake up, jangan tidur), luar biasa! Kata orang Betawi, “Loe jangan tidur deh kalau kerja” “Maksud Loe???” haha bercanda.
Masih ingat ada penggalan di paragraf awal, saya sampaikan “saya merasa hidup kembali”? Hal ini salah satu hal internal yang membuat saya harus ekstra adaptasi di tempat kerja. Sebelum ke Mr Sri Bangun Topo S.Pd, my English teacher at Senior High School, “saya merasa hidup kembali” itu berkaitan pula dengan yang sepupu saya sampaikan “Selamat ‘terjebak (berkarya)’ di kotamu!” Kasar, Pedas, Tajam, “Nyelekit” tapi benar juga,, haha. Kemungkinan besar hal benar tersebut karena hal eksternal yang saya hadapi, terutama di tempat kerja yang saya harus adaptasikan diri dengan benar dan ekstra pula.
Terakhir berdasarkan pengalaman Mr Sri Bangun Topo SPd. Beliau share empat mata dengan saya—sebagai motivator pertama saya di tempat kerja—bahwa kurang lebih 5 tahun adaptasi di Ketapang, maklum beliau orang luar Ketapang, Jogja nggih Mister? Hehe (beliau tertawa baca tulisan saya), di tempat kerja +/- 3 tahun pertama, WOW sekali!Gue setahun aja belom! Hehe. Jadi, bekerja atau berkarya?
Demikian “Hanya Sebatas Saya” sedikit curcol (curhat colongan) saya, semoga bermanfaat.Dan saya menunggu kembali tulisan sahabat saya Elisabeth Setiyaningsih, S.Pd. di SMA PL St. Lukas Pemalang dan Ratih, S.Pd. di SLB PL Jakarta (sorry Dik, aku ra ngerti nama lengkapmu, hehe).
Salam sukses dalam berkarya, Tuhan memberkati kita semua.
*) Guru SMP PL St. Albertus Ketapang
YPL Menyapa

NPWP dan Tax Amnesty,  Sarana Berbenah Diri
dalam Tata Kelola Yayasan dan Kongregasi
Oleh : Br. Hans Gendut, FIC (YPL Pusat)

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Selain itu NPWP juga dapat dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal ini berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diharuskan untuk mencantumkan NPWP yang dimilikinya.
Berkaitan erat dengan NPWP yang sekarang ini sedang diwajibkan pemerintah adalah Tax Amnesty (TA). Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Secara umum pengertian Tax Amnesty adalah kebijakan pemerintah yang diberikan kepada pembayar pajak tentang forgiveness/pengampunan pajak, dan sebagai ganti atas pengampunan tersebut pembayar pajak diharuskan untuk membayar uang tebusan. Mendapatkan pengampunan pajak artinya data laporan yang ada selama ini dianggap telah diputihkan dan atas beberapa utang pajak juga dihapuskan.
Pada bulan April 2017, Br. F.A. Dwiyatno (Pemimpin Provinsi) dan Br. Y. Triwuryanto (Bendahara Provinsi) mendaftarkan Kongregasi FIC untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) di KPP Pratama Jalan Setiabudi Semarang. Dituliskan juga bahwa konsekuensi hukum dan kewajiban dari NPWP  di bidang perpajakan yang harus ditanggung Kongregasi FIC yakni menyusun laporan keuangan, melakukan pemungutan atau pemotongan terhadap objek pajak, melaporkan setiap bulan SPT Masa PPh dan melaporkan SPT Tahunan PPh Badan.Keputusan Kongregasi FIC tersebut sesuai dengan Pasal 2 UU KUP yang menyebutkan bahwa Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Pasal 4 ayat (1) UU PPh menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, antara lain: keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, imbalan karena jaminan pengembalian utang, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. Sedangkan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak antara lain bantuan atau sumbangan, harta hibahan, warisan; pembayaran dari perusahaan asuransi iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun.
Pengambilan NPWP tersebut tidak terlalu berdampak bagi YPL. Karena selama ini YPL telah memisahkan semua aktivitasnya dengan  aktivitas kongregasi FIC. Dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan YPL telah ada dan disiapkan. Kita berharap semoga aktivitas YPL dan Kongregasi FIC semakin tertata dengan adanya NPWP. Kepemilikan NPWP membuka pintu lembaga kita bagi pihak luar khususnya pemerintah untuk terlibat dalam beberapa aktivitas .Oleh karena itu, setiap unit hendaknya melengkapi diri dengan berbagai dokumen baik soal kepemilikan tanah, bangunan ataupun kelengkapan dokumen lainnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa tanah-tanah dan bangunan yang ditempati oleh unit layanan YPL mayoritas sertifikat kepemilikannya atas nama Kongregasi FIC. Tanah dan bangunan tersebut pada mulanya dibeli dan diusahakan pembiayaannya oleh para Bruder FIC. YPL sebagai karya terbesar para Bruder FIC patut bersyukur dan berterima kasih terhadap Kongregasi FIC terlebih para pendahulu yang telah mengukir dan merintis berdirinya unit layanan YPL sehingga dapat berkembang sampai sekarang ini.
Selain soal NPWP, yang ramai dibahas dalam lingkup lembaga atau masyarakat beberapa waktu ini adalah adanya Tax Amnesty.  Menurut UU No 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.UU tersebut makin jelas ketika pemerintah mengeluarkan melalui kementrian terkait mengeluarkan PMK No. 118/PMK.03/2016. Menurut PMK tersebut Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak.
Lalu bagaimana dengan YPL menyikapi UU dan Peraturan tersebut ? Selama ini YPL telah melaporkan semua aktivitasnya termasuk juga telah melibatkan auditor eksternal untuk memeriksa laporan keuangan kita setiap tahun dan biasanya YPL selalu mendapat penilaian atau opini auditor WTP (Wajar tanpa pengecualian). Penilaian  atau opini auditor eksternal mempunyai 4 (empat) tingkat yakni : Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), Wajar dengan pengecualian (qualified opinion), Tidak wajar (adversed opinion) dan Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion). Akan tetapi demi perkembangan ke depan, YPL memilih untuk mengikuti Tax Amnesty dan memasukkan Unit Produksi Muntilan & Percetakan Pangudi Luhur Muntilan (PPLM).
Oleh karena itu YPL sekarang ini mempunyai dua divisi yakni Divisi Pendidikan dan Divisi Unit Produksi. Semoga Divisi Unit Produksi dapat menopang Divisi Pendidikan baik dalam segi pembiayaan maupun pelayanan lainnya. Guna mengoptimalkan pendapatan bagi Divisi Unit Produksi maka diharapkan setiap unit memesan segala kebutuhan unit kepada Divisi Unit Produksi baik yang ada hubungannya dengan percetakan, ATK maupun pemeliharaan gedung atau inventaris sekolah. Dengan sistem tersebut diharapkan perputaran keuangan kita tidak lari ke luar tetapi berkembang di dalam. Dukungan dari setiap pribadi yang berkarya di YPL sangat dibutuhkan.
Marilah kita menghilangkan keegoisan kita bahkan menghilangkan pikiran sempit “demi keuntunganku”, demi fee yang diperoleh dari vendor lain. Marilah kita meningkatkan rasa memiliki terhadap yayasan dan sekolah kita yang tersebar di berbagai provinsi. Marilah  kita sadari juga bahwa kita tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari SPP saja. Kebutuhan dan pengeluaran kita makin meningkat maka dibutuhkan alternatif pendanaan salah satunya dari Unit Produksi kita.
Adanya Tax Amnesty dan NPWP bagi Kongregasi FIC adalah salah satu alasan kita untuk berbenah. Masih banyak tuntutan lainnya yang menyebabkan kita harus berbenah diri baik di lingkungan unit masing-masing ataupun di lingkup YPL secara keseluruhan. Bagi YPL wajib hukumnya untuk selalu berbenah. Menyesuaikan dengan tuntutan baik dari pemerintah, masyarakat atau kebutuhan lainnya. YPL menyadari bahwa untuk mencapai berbagai tujuan yayasan akan lebih mudah terlaksana apabila didukung dengan pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik. Tata kelola yang baik dapat dilihat dari semboyan YPL yakni mengedepankan kualitas, akuntabilitas dan kredibilitas. Diharapkan semboyan tersebut dapat dilaksanakan dan dihidupi setiap hari.
Kita berharap bahwa dengan semboyan tersebut dapat  meningkatkan kinerja yayasan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah, meningkatkan kepercayaan dari orang tua/masyarakat. Kekayaan/keuangan yayasan bersumber dari pemerintah, donatur dan orang tua/wali murid harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel. YPL dalam hal ini Pengurus Yayasan  sampai sekarang ini berupaya sedapat mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi semua pelayananannya. Namun kadang-kadang, antara rencana atau tujuan dengan realita di lapangan sering berbeda.
Tata Kelola YPL terus di-update, berbagai buku pedoman, buku petunjuk, surat edaran bahkan sampai hukuman pidana pun sudah dilakukan. Namun, masih saja terjadi ada kebocoran keuangan,  selisih saldo bahkan masih terjadi penyelewengan keuangan dalam jumlah yang besar. Mungkin  kita perlu refleksi yang mendalam dimana letak kesalahannya. Dimana rasa memiliki terhadap yayasan ini, sekolahan kita ini.  Ini tempat kita menanam bibit sehingga diharapkan kita dapat menuai hasilnya tetapi kita malah merusaknya sendiri. Ibaratnya kita makan dari piring tetapi di piring yang sama itu kita  meletakkan kotoran kita sendiri.

Mungkin rasa memiliki itulah yang perlu kita benahi. Rasa memiliki terhadap unit kita masing-masing, rasa memiliki terhadap yayasan kita, rasa memiliki bahwa di sinilah kita mengabdi. Bukan hanya untuk mencari rejeki dan mencapai kebahagiaan duniawi tetapi demi kebahagiaan surgawi. Pekerjaan atau karya kita adalah jalan untuk mencapai kesucian sehingga kita berusaha untuk menjalaninya dengan lebih baik lagi. Semoga demikian yang terjadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar