UTAMA PL
Guru
Pembelajar,
Penggerak Guru untuk Belajar
Oleh : T.H. Hari Sucahyo
“Kalian harus belajar lebih rajin lagi ya…., supaya dapat
nilai bagus.” Kalimat itu paling sering diucapkan guru kepada muridnya. Ketika
nilai ulangan anak didik jelek, atau terlihat motivasi belajarnya menurun, tak
ada kata yang tepat, selain berujar seperti itu. Tapi pernahkah, kita berpikir,
suatu saat anak didik balik bicara,”Ibu/Bapak Guru, belajar lagi dong, biar
ngajarnya oke!”
Sebagai guru kita mungkin tersenyum kecut, atau bahkan
ada sedikit kesal di hati, ketika murid balik menasehati kita supaya mau
belajar lagi. Kata-kata lugu dan polos dari seorang murid, jujur bermaksud
baik, ibaratnya tamparan, namun mendarat amat dalam dan halus di lubuk seorang
pendidik. Benarkah kita juga harus
terus belajar?
Beberapa kemungkinan mengapa anak didik
berani ‘menyuruh” gurunya belajar lagi. Pertama,
guru ternyata tak mampu menguasai materi yang seharusnya diajarkan kepada
siswa. Siswa yang cerdas dan
kritis, langsung menangkap sinyal: Anda mengajar ‘mulai ngaco’ tak jelas apa yang diajarkan atau
malah membingungkan mereka. Kedua, Anda menguasai materi ajar, tapi cara
mengajar Anda tidak
pas, tidak menarik, monoton, nggak keren,
intinya siswa sulit ‘terkoneksi’ pada maksud yang ingin Anda sampaikan pada murid. Kedua gejala
itu, menunjukkan ada yang ‘trouble’
pada diri Anda sebagai
seorang pendidik. Intinya, ternyata guru pun harus terus belajar. Tak cukup
merasa paling berkuasa untuk menasehati orang lain (murid) agar mau belajar,
sementara dirinya justru malas belajar.
Seorang teman penulis pernah berkata, guru zaman sekarang cenderung terlena di
dalam dirinya yang mogok untuk belajar lagi. Alasannya, sepintar-pintarnya
murid, pasti tak bisa mengalahkan kepintaran gurunya, terutama tentang materi
yang diajarkan saat itu.Jelas ini sebuah kekeliruan besar. Sekarang zamannya beda, lho. Dalam sejam saja anak bisa 10 kali lipat mendapatkan
pengetahuan baru tentang sebuah materi/pengetahuan, sebaliknya guru justru
terkesan alergi terhadap hal-hal baru
di sekitarnya.
Untuk urusan belajar lagi, guru pun tak perlu egois
dengan berlindung di balik senioritas atau prestasi belajar yang pernah
dicapainya saat kuliah. Jangan bilang karena sudah mengabdi sekian tahun maka
sudah pengalaman dalam mengajar. Atau karena materi yang disampaikan itu-itu
saja sehingga seorang guru sudah dipandang begitu kompeten sehingga tidak mau
untuk belajar lagi.
Tugas murid, siswa atau pelajar, adalah belajar. Sedangkan
guru adalah sebagai pengajar. Namun sesungguhnya dunia guru juga adalah dunia
belajar. Harus diingat, proses mendampingi peserta didik adalah proses belajar.
Sekolah
merupakan medan belajar, baik guru maupun peserta didik terpanggil untuk
belajar. Guru terpanggil untuk bersedia belajar bagaimana mendampingi atau
mengajar dengan baik dan menyenangkan, peserta didik terpanggil untuk menemukan
cara belajar yang tepat.
Guru yang dicari para siswanya zaman sekarang adalah guru yang
tanggap pada perkembangan zaman dan keilmuan yang diajarnya. Peka pada isu
sosial dan lingkungan namun punya prinsip yang kokoh sehingga tegar dalam
toleransi terhadap perbedaan. Singkatnya amat jelas, guru harus mutakhir dalam
keilmuan. Banyak guru
yang malas belajar, karena alasan tak punya waktu, sibuk, lelah dan merasa tak
perlu menambah ilmu.
Padahal cara belajar bagi seorang guru sangat beragam dan tidak sulit seperti
bayangannya. Ada cara, ada strategi, dan banyak tips yang bisa
dijalankan.
Murid-murid yang berani, cerdas, kritis adalah ladang
belajar buat guru. Setiap hari guru bersama mereka. Selalu belajar dapat
benar-benar berarti setiap hari belajar. Ya, belajar seperti anak muridnya.
Mendalami kembali teori, melatih cara penyampaian, mengerjakan soal-soal,
memeriksa kembali dari berbagai sumber yang fasih, dan menyiapkan bahan ajar
dengan kata-kata paling sederhana dan alat dukung yang paling optimal.
Selalu belajar juga berarti pikiran serta hati yang
terbuka: waspada terhadap kesalahan diri dan mau menerima hal-hal baru (walau
tidak harus selalu setuju). Bersedia menerima kritik dan mau serta mampu
mengevaluasi diri untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik setiap hari.
Mochtar Buchori, seorang pengamat pendidikan
mengemukakan, banyak guru memiliki kewenangan formal sebagai guru profesional,
akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan nyata untuk mendemonstrasikan
profesionalismenya. Hal ini terbukti dengan hasil UKG (Uji Kompetensi Guru) tahun 2015 yang ditunjukkan ke hadapan
para guru. Walaupun ada beberapa guru memperoleh hasil UKG yang tinggi
bukanlah suatu jaminan penentu keberhasilan mutu lulusan, karena itu hanya
sekelumit gambaran kemampuan para guru secara umum.
Melihat hasil rata-rata UKG guru, kita tidak
perlu hanya mengkambinghitamkan guru, dalam mencari penyebab merosotnya nilai
UKG, karena hal itu hanyalah akan menghabiskan waktu dan energi. Tidak
juga para pakar pendidikan boleh seenaknya menghujat guru dalam acara-acara
temu wicara di berbagai media. Namun lihatlah
wajah Indonesia di depan sana, mari kita mencari solusi yang terbaik untuk
membenahi segala sudut kekurangan yang kita temukan dalam dunia pendidikan
kita.
Mochtar mengatakan, kesalahan konsep penguasaan ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki seorang guru perlu dikoreksi. Ketika
perkembangan ilmu masih lamban, seorang guru dapat dianggap telah menguasai
suatu bidang ilmu bila menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi untuk saat ini, setelah
terjadi ledakan ilmu pengetahuan, seseorang hanya dapat dikatakan menguasai
bidang pengetahuan bila ia dapat terus-menerus belajar tanpa bantuan orang
lain. Kemampuan ini, menurut Mochtar,
tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi harus dipupuk secara sistematis.
Jika guru malas belajar, maka yang terjadi adalah
putra-putri bangsa ini mendapatkan ilmu yang ‘sudah basi’ karena di luar kelas
sudah ada penemuan/konsensus terbaru. Zaman sekarang bagi guru-guru
terbaik, menambah ilmu
adalah sebuah keharusan, bahkan mendesak,
tren, tuntutan dan kebutuhan untuk maju. Kemampuan eksplorasi dan pengembangan
ilmu sangat penting untuk dapat memajukan sikap, pengetahuan dan keterampilan
anak-anak negeri ini.
Ada beberapa alasan mengapa guru harus mau belajar
lagi. Pertama, soal kurikulum.
Kurikulum yang sering berubah. Kurikulum dibuat untuk memberikan batasan materi
yang akan disampaikan. Kurikulum biasanya mengacu kondisi dan situasi sekarang
ini dan memang sebisa mungkin sifatnya harus bisa menyesuaikan keadaan zaman sehingga nantinya bisa
diterapkan di kehidupan nyata kelak oleh siswanya. Seorang Guru kalau tidak
bisa menyesuaikan cara mengajarnya sesuai kurikulum yang dibuat oleh sekolah
maka tidak menutup kemungkinan siswanya juga tidak bisa menyesuaikan keadaan zaman sekarang ini.
Kedua, soal strategi pembelajaran.
Seorang Guru dituntut kreatif untuk bisa menyampaikan materi dalam berbagai
penyampaian. Maka dari itu harus dibutuhkan strategi yang jitu supaya materi itu bisa sampai ke siswa.
Karena kondisi kelas yang satu dengan yang lainnya pastilah berbeda
karakteristiknya. Jadi jika seorang Guru tidak peka akan hal itu maka tidaklah
mustahil mendapatkan hasil yang tidak maksimal dalam penyampaian materinya di
kelas.
Ketiga soal penguasaan kelas. Materi akan
lebih cepat sampai ke
siswa ketika proses belajar di kelas
berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat oleh masing-masing Guru. Hal itu
ditandai dengan misalnya saat guru sedang mengajar suasana kelas menjadi terkendali namun tetap
ada antusiasme di antara para siswa.
Keempat, mudah berbagi (sharing) dengan siswa. Siswa sekarang beda dengan siswa zaman dulu, di mana siswa sekarang lebih peka dan
kritis dengan kondisi yang ada di sekitar mereka. Misalnya, ada seorang guru yang hanya membaca
buku dalam menyampaikan di depan kelas, mereka akan berkata “ Wah gurunya saja hanya membaca
materi, gimana saya bisa…?” atau gurunya hanya menyuruh salah satu
siswa menulis di
papan tulis; pastilah
para siswa memandang guru tersebut kurang kompeten. Maka dari itu guru dituntut
bisa share ilmu, karena tidak menutup kemungkinan siswa lebih tahu informasi materi seiring dengan
kemajuan teknologi dan informasi yang bisa diakses oleh siswa sekarang ini.
Kelima, soal model pembelajaran. Diakui
atau tidak, metode mengajar dengan hanya mengandalkan papan tulis tidaklah
cukup. Guru harus
mahir membuat presentasi dengan aplikasi powerpoint dan aplikasi
lainnya. Oleh karena itu bukan buku lagi yang ditenteng masuk ke kelas, melainkan laptop di mana di dalamnya sudah terisi perangkat
pembelajaran untuk siswanya.
Keenam, soal teknologi internet. Begitu
banyak ilmu yang dapat diakses oleh setiap orang (tidak menutup kemungkinan siswa), dan banyaknya
jejaring sosial yang bisa digunakan untuk share
dengan orang lain (tak terkecuali peserta didik) sehingga mereka dapat tahu
dulu sebelum materi disampaikan gurunya. Oleh karena itu tatkala seorang guru
tidak bisa mengakses ilmu-ilmu dari luar (internet) bisa saja kalah
informasinya dengan siswanya sendiri.Menambah ilmu ibaratnya menambah napas
kehidupan. Jangan
sampai guru kehabisan ‘napas’ karena tak ada lagi pasokan ilmu pada dirinya.
Soal ilmu, guru tak bisa lagi bersikap statis, tertutup, pasif,
egois, dan sombong.
Singkatnya, banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk
belajar, seperti setiap hari guru belajar dari praktik pembelajaran yang
dilakukannya. Setiap hari guru belajar melalui interaksi dengan guru lain. Syukur-syukur
kalau guru bersedia
studi lanjut. Pokoknya
guru tak boleh berhenti belajar dengan alasan apapun juga. Saat ia berhenti
belajar, saat itu pulalah ia sebaiknya berhenti menjadi guru.
DINAMIKA
Menggagas Karya Ilmiah Matematika
bagi Siswa Sekolah Menengah
Oleh : Yakobus
Dwi Wahyuono, S.Pd.*)
Seiring
bertambahnya jumlah penduduk, permasalahan dalam kehidupan sehari-hari semakin
kompleks terutama dalam ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA).Untuk itu
diperlukan perhitungan yang baik dalam menentukan jumlah yang dibutuhkan. Hal ini
penting agar tidak ada sumber daya alam yang
terbuang percuma. Di sinilah ilmu matematika sangat penting diterapkan sebagai
suatu solusi pemecahan masalah nyata yang terjadi.
Sayangnya, hal di atas tidak
mendapat respons yang baik oleh siswa
dalam dunia pendidikan. Salah satu penyebabnya, mereka
mempunyai pengalaman yang kurang baik dengan matematika. Di samping itu, masyarakat memiliki
persepsi kurang pas terhadap matematika. Sikap dan persepsi terhadap matematika
tersebut muncul karena pemikiran yang kurang tepat terhadap matematika.
Pemikiran itu diantaranya : matematika memerlukan
kecerdasan yang tinggi, matematika
adalah ilmu berhitung, matematika
hanya menggunakan otak, dalam
mengerjakan soal, matematika yang
paling penting adalah jawaban yang benar, kebenaran
dalam matematika bersifat mutlak dan matematika
tidak berguna dalam kehidupan nyata.
Selain faktor di atas,
pembelajaran matematika di sekolah terutama dalam penyajian permasalahan
matematika sering menggunakan bahasa yang cukup asing bagi siswa. Fakta
tersebut menambah berat pemahaman mereka terhadap matematika. Proses abstraksi
yang dipaksakan dengan kurangnya menyentuh masalah-masalah di sekitar kehidupan
siswa semakin menambah daftar panjang penyebab keengganan siswa dalam belajar
matematika. Hal itu semakin membenarkan anggapan bahwa matematika tidak berguna
bagi kehidupan. Pembelajaran di kelas semakin tidak menarik karena guru hanya
menyajikan lambang-lambang dan angka-angka. Kalaupun ada soal cerita, permasalahan yang diangkat bukan permasalahan
yang dekat dengan siswa melainkan hanya menyesuaikan yang ada di buku yang
tidak tahu buatan siapa.
Proses pembelajaran
matematika yang terjadi saat ini juga cenderung terlalu kering, teoritis,
kurang kontekstual, dan bersifat semu. Pembelajaran pun kurang bervariasi,
sehingga mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari matematika lebih lanjut. Pengajaran
matematika di sekolah terlalu bersifat formal sehingga matematika yang
ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda dengan apa yang
mereka temukan di sekolah.
Untuk menjawab permasalahan nyata yang real terjadi di masyarakat terutama yang
membutuhkan perhitungan matematika sebagai solusi pemecahan dalam setiap
masalah yang ada, perlu ditumbuhkan kompetensi keterampilan dalam bermatematika
kepada siswa sejak dini. Hal ini akan membuat siswa menjadi lebih paham akan
penggunaan matematika sebagai suatu alat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pemodelan
Matematika
Salah satu jawaban
dari masalah di atas adalah pemodelan matematika. Pemodelan matematika
merupakan salah satu aktivitas matematika yang mempunyai kaitan yang sangat
erat dalam dunia nyata. Tujuan adanya pemodelan matematika adalah sebagai suatu
model atau solusi untuk menjawab masalah nyata. Pembelajaran menggunakan Pemodelan Matematika merupakan suatu
terobosan di mana siswa dituntut dapat menentukan solusi dari permasalahan yang
mereka ketahui, tentunya yang berhubungan dengan dunia nyata.
Apabila siswa dapat memodelkan suatu masalah matematika ada
banyak hal yang di dapat di antaranya: (1) Siswa paham betul masalah yang
sedang terjadi (2) Siswa mengetahui pemahaman apa saja yang telah mereka miliki
untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika (3) Cara pikir mereka menjadi
logis karena inti dari pemodelan matematika yaitu model yang mereka buat dapat
menjawab masalah yang terjadi. (4) Pembelajaran matematika menjadi lebih
bermakna.
Dari pemaparan di atas, kita menjadi lebih memahami betapa
pentingnya pembelajaran menggunakan pemodelan matematika. Pemodelan matematika sebagai
dasar untuk siswa dalam memahami pentingnya matematika bagi mereka. Pemodelan
juga dapat dimaknai sebagai aplikasi matematika itu sendiri dalam kehidupan
sehari-hari yang dihadapi siswa.
Pentingnya Karya Ilmiah bidang
Matematika
Memang ada baiknya pembelajaran
tidak hanya berhenti pada pemodelan saja. Pembelajaran matematika dapat
dilanjutkan hingga menjadi suatu karya ilmiah siswa. Karya ilmiah merupakan suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science)
dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila
proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Karya ilmiah ini dipercaya merupakan
salah satu solusi dalam melakukan pembelajaran bermakna. Salah satu hasil
pembelajaran yang bermakna adalah siswa dapat menemukan solusi dari
permasalahan nyata yang ada di sekitar mereka.
Masih sedikitnya
karya ilmiah terutama dalam bidang matematika dapat dijadikan alasan tepat
untuk perlu menggagas langkah-langkah dalam pendampingannya bagi siswa.Dalam
karya ilmiah bidang matematika siswa perlu berksperimen.Hal tersebut untuk
mengembangkan kompetensi dan keterampilan mereka sekaligus menjawab bahwa
matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu ada
beberapa dugaan mengapa karya ilmiah terutama dalam bidang matematika sepi. Salah
satunya adalah kurangnya kemampuan guru dalam mengajarkan pada siswa untuk
membuat hasil karya seperti karya ilmiah.Hal ini menyebabkan karya ilmiah
bidang matematika dianggap sulit bagi siswa.
Hasil dari LIPI/Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (Pikiran Rakyat Online,
2012) menunjukkan hasil karya ilmiah guru SMP terutama dalam bidang matematika berjumlah
5 karya. Jika dibandingkan dengan Jepang (Murni Ramli, 2012) sebagian besar
sekolah-sekolah di Jepang sudah menerapkan pembelajaran berbasis riset sehingga
guru dan siswa sebagai motor utama dalam pengembangan riset sudah dibekali
dengan kemampuan dasar dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam melakukan
riset penelitian dan menghasilkan sebuah karya ilmiah. Sedangkan di Indonesia
sekolah yang sudah menobatkan diri sebagai sekolah riset baru SMA 6 Yogyakarta.
Ke depannya guru-guru
di Indonesia dituntut untuk dapat membuat karya ilmiah dalam bidang matematika
(Marjiyem, 2015) sehingga dengan pengalaman itu siswa juga dapat diajarkan
bagaimana membuat karya ilmiah.
Masalah yang kemudian
muncul adalah bagaimana melakukan pendekatan ke siswa untuk membuat karya
ilmiah ? Bagaimana membuat dinamika dan menjalankan dinamika dalam membuat
karya ilmiah bagi siswa sekolah menengah?
Langkah-langkah
Tahap 1. Penyesuaian
Bentuk kegiatannya : (1) Siswa diajak menemukan
permasalahan pada lingkungan sekitar. Siswa diajak ke luar kelas dan melihat langsung kemungkinan-kemungkinan
fenomena dunia nyata atau siswa dipancing dengan gambar-gambar atau foto-foto
yang sudah disiapkan. Selain itu media lain seperti tayangan video, atau berita
di surat kabar pun dapat digunakan sebagai sarana siswa merumuskan pertanyaan
atau permasalahan. (2) Siswa diajak menuliskan sebanyak mungkin pernyataan yang dapat
ditangkap oleh indra mereka dan difokuskan pernyataan yang berkaitan dengan
matematika.
(3) Siswa diajak mengajukan
sebanyak mungkin pertanyaan dari fenomena yang mereka hadapi yang dapat
ditangkap oleh indra. (4) Siswa diajak mengungkapkan
pernyataan dan mengajukan pertanyaan bukan hanya yang dapat dilihat oleh mata
tapi dapat juga dikombinasikan dengan pengalaman mereka.
Pada setiap akhir
pertemuan, apa yang mereka dapatkan didiskusikan bersama teman dalam kelompok
dan juga dalam satu kelas, guna melihat sejauh mana kreativitas mereka dalam
melihat dan merumuskan pertanyaan.
Tahap 2. Merumuskan Masalah
Tahap ini dimaksudkan untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan ataupun permasalahan yang diperoleh pada tahap pertama
semakin mengerucut pada suatu permasalahan yang nantinya akan diselesaikan.
Tahap inipun bukan hanya satu kali pertemuan. Pada tahap ini pendampingan guru
sangat penting agar siswa dapat mengerucutkan pada permasalahan yang kompleks
dan memerlukan langkah lanjut untuk penyelesaiannya.
Bentuk kegiatannya : (1) Dari pertanyaan –pertanyaan yang muncul siswa
diajak memilah pertanyaan mana yang ada kaitannya dengan matematika atau dapat
diselesaikan secara matematika. (2) Siswa diajak memilih permasalahan dan merumuskan
masalah yang akan difokuskan untuk dicari jawabannya.
Pada setiap akhir pertemuan dimungkinkan pula
dilakukan diskusi untuk dapat lebih mendalami permasalahan yang akan diselesaikan,
alat-alat matematika apa yang diperlukan yang tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan siswa.
Tahap 3. Merencanakan kegiatan menjawab-menyelesaikan permasalahan
Pada tahap ini siswa diajak menentukan
langkah-langkah penyelesaian masalah, menentukan alat-alat matematika yang
diperlukan, waktu pelaksanaan kegiatan jika memerlukan suatu percobaan, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pendampingan guru di sini
diperlukan untuk memberi pengetahuan tentang alat-alat matematika yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan.
Bentuk kegiatannya: (1) Siswa diajak untuk menemukan
kemungkinan-kemungkinan solusi dari masalah yang sudah ditentukan pada langkah
sebelumnya. (2) Siswa diajak membuat perencanaan bagaimana menjawab
permasalahan yang ada.
Tahap 4. Melaksanakan kegiatan menjawab atau menyelesaikan masalah
Pada tahap ini siswa melaksanakan kegiatan yang
sudah direncanakan. Bentuk kegiatannya (1) Siswa diajak melaksanakan rancangan
kegiatan yang sudah mereka rencanakan. (2) Siswa mencatat semua hasil (sebagai
data) pengamatan selama melaksanakan kegiatan.
Tahap 5. Menyusun Laporan
Tahap ini dilakukan
untuk memberi kesempatan siswa membuat laporan, yang tentu saja sedikit diberi
pengantar tentang macam-macam laporan yang dapat mereka sajikan, setelah itu siswa diberi kebebasan
untuk memilih model laporan seperti apa yang akan mereka buat.
Bentuk kegiatannya : (1) Siswa diajak mengolah data yang mereka
peroleh. (2)
Siswa diajak menganalisis hasil olah data. (2) Siswa diajak membuat
kesimpulan dari hasil olah data tersebut. (3) Siswa diajak membuat
laporan dari semua rangkaian kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari siswa : (1) Siswa
dapat merumuskan masalah berupa pertanyaan dari masalah nyata yang mereka lihat
ataupun masalah yang sudah disajikan dalam bentuk gambar atau foto, video, alam
sekitar, berita surat kabar (2) Siswa dapat menemukan kemungkinan-kemungkinan
langkah dari kegiatan yang akan direncanakan untuk menjawab permasalahan yang
ada. (3) Siswa dapat membuat rencana kegiatan untuk menjawab permasalahan yang
ada. (4) Siswa dapat melaksanakan kegiatan yang sudah dirancang.(5) Siswa dapat
mengolah hasil kegiatan dan melaporkannya.
Gagasan
ini bukan membatasi kreativitas guru. Minimal yang diharapkan guru mempunyai
acuan dasar untuk mendampingi siswa dalam membuat karya ilmiah bidang
matematika yang masih langka. Hasil merupakan dinamika dari pendampingan guru
sendiri.
Selamat mencoba
*)
Guru Matematika SMP Pangudi Luhur Srumbung
Melongok
Ekstrakurikuler Berbasis
Sekolah
Seperti kita ketahui, semua sekolah selain mengembangkan
kegiatan kurikuler juga mengembangkan ekstrakurikuler. Hanya saja tidak semua
sekolah memberi perhatian yang lebih pada kegiatan ini. Hal ini dimungkinkan
karena keterbatasan sumber daya manusia, biaya, atau pun sarana-prasarana.
Kegiatan ekstrakurikuler berbasis
sekolah merupakan pelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran biasa.
Kegiatan ini dilaksanakan sore bagi sekolah yang masuk pagi dan diadakan
pagi bagi sekolah yang
masuk sore. Kegiatan ekstrakurikuler
diselenggarakan untuk
mengembangkan salah satu bidang pelajaran atau minat-bakat yang dimiliki oleh sekelompok
siswa, misalnya olahraga, kesenian, kepramukaan, dan berbagai keterampilan.
Prinsip-Prinsip
Prinsip-prinsip yang menjadi acuan
dalam melaksanakan
kegiatan ekstrakurikuler berbasis sekolah, menurut Narmoatmojo (2009), adalah (1)
Individual, yaitu sesuai potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing;
(2) Pilihan, yaitu sesuai keinginan dan
diikuti secara sukarela peserta didik; (3) Keterlibatan aktif, yaitu
menuntut keikutsertaan peserta didik secara
penuh; (4) Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana
yang disukai dan menggembirakan peserta didik; (5) Etos Kerja, yaitu membangun semangat peserta
didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil; (6) Kemanfaatan Sosial, yaitu dilaksanakan untuk
kepentingan masyarakat.
SMA Selamat Pagi
Indonesia
Salah satu sekolah yang patut
kita longok adalah SMA
Selamat Pagi Indonesia (SPI), yang berada
di Jalan Pandanrejo 2, Bumiaji, Batu, Malang, Jawa Timur. Sekolah ini mem-fokus-kan
pembekalan untuk peserta didiknya menjadi
enterpreneur.
SMA SPI memakai kurikulum umum. Meski
demikian, siswa sebanyak
mungkin tidak belajar di kelas. Bagi mereka, kelas akan memenjarakan imajinasi dan
kreativitas siswa. Mereka banyak belajar di kebun atau pendopo di lingkungan
sekolah.
Sekolah ini menyediakan fasilitas dan
pendidikan kecakapan hidup (life skills)
dan enterpreneurship dalam 12 divisi usaha antara lain: pertanian, tanam-menanam; peternakan kelinci, kambing, ayam, burung; perikanan: ikan lele, ikan nila, dan jenis ikan lain; restoran; air isi ulang; pemasaran; merchandise: jual suvenir dan oleh-oleh; outbound;
event
organizer (EO); tour & travel; perhotelan: penginapan. Untuk keperluan
praktik life skills dan enterpreneurship yang dipelajari, SMA SPI mendirikan laboratorium bernama Kampoeng Succezz dan Kampoeng Kidz.
Yang luar biasa dari sekolah ini
adalah anak-anak yang lulus dari SMA SPI siap menjadi enterprener muda sesuai bidang keahlian yang
mereka pelajari selama di sekolah. Mereka mampu menjalankan berbagai bidang
usaha seperti EO, tour & travel, pertanian, dan lain-lain.
Bagaimana dengan sekolah-sekolah Pangudi
Luhur? Mari kita lihat beberapa sekolah, untuk mengetahui bidang-bidang ekstra
yang ada dan yang menjadi unggulannya.
SMP PL Wedi
Berdasarkan hasil wawancara singkat
lewat messenger dengan Bruder Yus Sonoseputro FIC, bidang-bidang
ekstra yang dikembangkan di SMP PL Wedi antara lain: olahraga (futsal, basket, sepak bola)
dan bidang seni (band, biola, keyboard, gitar, tari dan karawitan). Sampai saat ini SMP PL Wedi belum
memiliki ekstra unggulan.
SMP PL Sedayu
Menurut Ag Budi Susanto, ekstra yang dikembangkan di SMP
PL Sedayu adalah pramuka, jurnalistik, band, tari
taekwondo, dan futsal. Ekstra yang menjadi unggulan di sekolah ini belum ada.
SMP PL St Yusuf Mijen
Ekstra yang dikembangkan di sekolah ini
antara lain untuk bidang seni: band, karawitan, paduan suara, tari Jawa. Bidang olah raga: basket, dan untuk
ekstra wajib adalah pembinaan iman Katolik-Kristen dan pramuka.
SD PL Sedayu
Selain nguru-uri budaya, anak-anak juga diajak mencintai budaya Jawa di tengah
maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Walaupun menyita waktu disaat
mengikuti festival, namun semangat anak-anak untuk belajar dan berlatih tetap
tinggi.
SMA St Lukas Pemalang
Berdasarkan
data dari http://smaplsantolukas.blogspot.co.id/p/kurikulum.html, SMA PL St Lukas Pemalang menyelenggarakan
kegiatan vokasional atau keterampilan dan ekstrakurikuler. Vokasional/keterampilan yaitu kegiatan yang disiapkan untuk memberi bekal
kepada siswa agar menjadi terampil kreatif. Kegiatan tersebut meliputi kecantikan, elektronika dan komputer akuntansi. Semua program kegiatan tersebut diperuntukkan bagi peserta didik semua jurusan, dan diampu oleh guru yang berkompeten di bidangnya. Untuk esktra kurikuler yang diselenggarakan di sekolah ini antara lain
basket, bola voli, musik, dan pramuka.
Orientasi hobi dan minat
Jika kita cermati, penyelenggaraan ekstra kurikuler di
beberapa sekolah Pangudi Luhur masih berorientasi pada hobi dan minat bakat.
Belum secara khusus memberikan bekal kepada anak-anak dengan keterampilan yang
siap pakai atau enterpreneur seperti halnya di SMA SPI.
Bertolak dari pengalaman di SPI,
sekolah-sekolah Pangudi Luhur sudah saatnya memberikan pendidikan vokasional pada
peserta didik yaitu
pendidikan yang menggabungkan antara teori dan praktik secara seimbang dengan
orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Pendidikan ini akan sangat cocok
diterapkan di beberapa sekolah yang sebagian lulusannya tidak melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan bekal pendidikan vokasi yang
sesuai kearifan lokal, diharapkan peserta didik bisa memiliki keterampilan yang
cukup. Dengan demikian mereka siap bersaing di masyarakat karena memiliki
keterampilan yang memadai.
(F. Rudy D. Wibawa)
YPL
Menyapa
Pembelajaran Kepangudiluhuran, kini
Oleh : Br.
Frans Sugi FIC *)
Para
Pendiri Kongregasi FIC, Ludovicus Rutten dan Bernardus Hoecken, mendirikan Kongregasi
Bruder FIC pada 1840 di Belanda untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang
muda dalam bidang pendidikan dan pengajaran serta pendampingan kristiani. Para
bruder ditugaskan untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak agar mereka
semakin menjadi manusia yang lebih baik. Di Indonesia karya pelayanan
pendidikan dan pengajaran ini secara khusus dikelola oleh Yayasan Pangudi
Luhur.
Dalam melaksanakan
tugas penggembalaannya, YPL merumuskan Visi-Misi. Visi-Misi ini sebagai pedoman
YPL melaksanakan tugasnya. Salah satu kata kunci dalam visi misi YPL adalah
‘unggul.’ Salah satu keunggulan yang hendak dicapai oleh YPL dalam pendidikan
dan pengajaran ini adalah warga besar YPL disemangati, dijiwai
keutamaan-keutamaan yang diwariskan oleh para Pendiri FIC seperti dirumuskan
dan kita kenal : Sepuluh Keutamaan Pangudi Luhur. Inilah Sepuluh
Nilai atau Keutamaan tersebut:
Rendah Hati; Teladan Baik; Mencintai
Para Bruder; Saleh; Sikap Bijaksana; Lembut Hati; Tabah Hati; Kebijaksanaan dan
Berpengetahuan; Semangat dan Keteguhan Hati; Percaya kepada Tuhan.
Kita
dapat membayangkan alangkah indahnya apabila para lulusan sekolah-sekolah yang
dikelola oleh YPL mempunyai karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang
diperjuangkan dan dihidupi oleh Para Pendiri Kongregasi tersebut. Inilah
idealisme yang hendak kita raih.
Cara
Bagaimana
mengenalkan kepada para siswa tentang nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut?
Dengan kata lain bagaimanakah nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut juga
dihidupi atau menjadi milik para peserta didik yang belajar di sekolah-sekolah
Yayasan Pangudi Luhur? Jawabannya menjadi jelas bahwa harus ada bahan tertulis
(buku) yang dapat dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah. Tentu saja bukan hanya anak-anak, tetapi semua pihak yang terlibat
dalam proses pembelajaran (pendidik dan tenaga kependidikan) harus menjiwai dan
atau terjiwai oleh keutamaan-keutamaan tersebut.
Untuk
memudahkan pencapaian cita-cita tersebut dirumuskan secara konkret tujuan
pembelajaran KEPANGUDILUHURAN sebagai
berikut:
- menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan hidupnya, sehingga mereka memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.
2. membantu
peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan
semua orang beriman.
Dua tujuan tersebut
dalam pencapaiannya selalu bercermin pada hidup para Pendiri Kongregasi Para
Bruder FIC, yaitu Ludovicus Rutten dan Bruder Bernardus Hoecken seperti dirumuskan dalam butir-butir
Sepuluh Keutamaan.
Butir-butir keutamaan
tersebut dijabarkan ke dalam tema-tema pembelajaran, sehingga siap saji sebagai
bahan ajar bagi para siswa. Untuk kebutuhan tersebut ditulislah buku-buku
pelajaran untuk seluruh jenjang dari KB/TK; SD; SMP; SMA/SMK. Di samping disusun buku murid, Tim Penulis Buku Kepangudiluhuran juga
menyusun Buku Guru.
Seri buku-buku KEPANGUDILUHURAN
ini diharapkan mampu dijadikan sebagai sarana untuk membantu peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan di sekolah-sekolah Yayasan Pangudi
Luhur agar memahami, mendalami, dan menghayati keutamaan-keutamaan para Pendiri
Kongregasi Para Bruder FIC.
Proses
Pembelajaran
Pada
tahun ajaran 2011/2012 telah diberlakukan secara menyeluruh pembelajaran KEPANGUDILUHURAN
di sekolah-sekolah Pangudi Luhur. Sebagai bahan atau sumber pembelajaran pokok
adalah buku murid dan buku guru pelajaran Kepangudiluhuran sesuai dengan
tingkatan kelas masing-masing. Tentu saja buku-buku referensi sangat membantu
guru dalam memperluas cakrawala pembelajaran KEPANGUDILUHURAN (lihat di bagian akhir tulisan ini).
Pada
awalnya proses terjadinya pembelajaran KEPANGUDILUHURAN lebih diserahkan kepada
kebijakan sekolah masing-masing. Waktu berjalan kurang lebih 2 tahun. Dibuatlah
pertanyaan evaluasi terhadap pembelajaran KEPANGUDILUHURAN.
Terlebih masukan berupa harapan untuk menulis buku guru yang akan dijadikan pegangan
guru pengampu KEPANGUDILUHURAN di sekolah. Di samping itu, dari evaluasi juga
diketahui bagaimana pembelajaran KEPANGUDILUHURAN terjadi atau tidak terjadi
pembelajaran tersebut di lapangan. Ada yang secara resmi KEPANGUDILUHURAN menjadi
mata pelajaran mandiri; ada yang dijadikan bahan pengayaan dalam proses
Bimbingan Konseling; ada yang menjadi bagian dari Pendidikan Agama Katolik; ada
yang dijadikan bahan rekoleksi.
Setiap
kali berlangsung rapat kerja pada awal tahun ajaran, selalu disegarkan tentang
semangat KEPANGUDILUHURAN ini. Baik itu pada rapat kerja para Kepala Sekolah
dan Stafnya, maupun pada waktu rapat kerja bersama seluruh guru-karyawan
YPL. Dengan demikian dikandung maksud bahwa semangat Sepuluh Keutamaan
Bernardus ini dari hari ke hari semakin menjadi milik seluruh warga Pangudi
Luhur, seperti dicita-citakan semula.
Evaluasi
Pada
rapat kerja awal tahun ajaran 2015/2016 dipastikan bahwa mata pembelajaran KEPANGUDILUHURAN
harus diikutkan dalam tes Pendidikan Agama Katolik (PAK). Dari keseluruhan soal
PAK harus terdiri dari 80% soal PAK dan 20% soal KEPANGUDILUHURAN. Persoalan
ini juga telah disampaikan pada kesempatan
Temu Guru-Guru PAK di kantor YPL Pusat. Untuk meyakinkan apa yang
sungguh terjadi di lapangan, maka dalam surat 18 Agustus 2016 YPL meminta
daftar pengampu KEPANGUDILUHURAN dan kelas yang diampunya serta kumpulan
soal-soal PAK Semester Genap 2015/2016. Jawaban dan tanggapan surat agar
dikembalikan ke YPL pada 31 Agustus 2016. Sampai pada waktunya ada beberapa
respon dari sekolah-sekolah. Kemudian diingatkan kembali, baik dengan telepon
maupun diulangi lagi dengan faksimile
serta email. Sampai dengan tes semester gasal 2016/2017 tanggapan dari unit
kerja kurang menggembirakan.
Di mana
hartamu di situ hatimu
Ada
ungkapan ‘di mana hartamu di situ hatimu’
yang berarti perhatian seseorang akan tertuju kepada barang atau
hal yang menjadi fokus perhatiannya. Dari jumlah tanggapan yang masuk ke YPL
terasa sekali bahwa KEPANGUDILUHURAN belum
sungguh menjadi harta di hati kita. Ada 2 unit kerja SD yang membuat soal
terdiri dari 2 paket yang berdiri sendiri. Artinya ada 1 soal paket PAK dan 1
soal KEPANGUDILUHURAN. Dari paket soal yang dikembalikan, sebagian besar dari
kita tidak membuat soal KEPANGUDILUHURAN di dalam paket soal PAK. Di sinilah
menjadi jelas bagi kita bahwa pembelajaran KEPANGUDILUHURAN belum terjadi di
sebagian besar sekolah-sekolah Pangudi Luhur.
Kini
Buku Guru sudah siap 75%
untuk digunakan. Pada waktunya Br. Frans Sugi, Ketua YPL, akan bertemu para
guru pengampu KEPANGUDILUHURAN di
unit kerja untuk menyapa mereka.
Buku-buku
sumber
Tim
penulis buku KEPANGUDILUHURAN dalam menulis Buku
Murid maupun Buku Guru
menggunakan sumber-sumber pokok seperti dituliskan di bawah ini. Tentu saja
buku-buku sumber inspirasinya tidak hanya terbatas pada buku-buku yang
terdaftar ini. Para guru pengampu KEPANGUDILUHURAN
sangatlah dianjurkan untuk membaca buku-buku tersebut. Dengan demikian wawasan pengetahuan
mereka tentang KEPANGUDILUHURAN akan semakin diperluas.
1. Petunjuk-petunjuk
bagi Para Pemimpin Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung
Tak Bernoda (1994) oleh Br. Bernardus Hoecken. Buku ini berisi
Sepuluh Keutamaan (Rendah Hati; Teladan Baik;
Mencintai Para Bruder; Saleh; Sikap Bijaksana; Lembut Hati; Tabah Hati;
Kebijaksanaan dan Berpengetahuan; Semangat dan Keteguhan Hati; Percaya kepada
Tuhan) yang diwariskan
oleh Br. Bernardus Hoecken kepada para Bruder FIC.
2. Ludovicus
Rutten & Bernardus Hoecken: Para Pendiri Kongregasi Bruder FIC yang disunting oleh Br. Frans Sugi FIC. Buku ini berisi
riwayat Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken sebagai pendiri dan
co-pendiri Kongregasi Bruder FIC.
3. Bagaikan
Biji Sesawi yang ditulis oleh Br. Kees Kappe FIC. Buku ini berisi riwayat singkat Kongregasi
Bruder FIC di Belanda antara tahun 1840 - 1890.
4. Membawa
Barang ke Kesilir yang disusun oleh Br. William Kets FIC. Buku ini berisi kisah-kisah nyata yang
dialami para Bruder FIC pada waktu mengalami tawanan di Kesilir Jawa Timur pada
masa penjajahan Jepang.
5. Donum
Desursum: Kongregasi FIC di Indonesia 1920-1980 oleh Br.
Joachim van der Linden FIC. Buku ini berisi perjalanan Kongregasi FIC di
Indonesia dari tahun 1920-1980. Br. Joachim menuliskannya secara sangat rinci. (Donum
Desursum berarti anugerah dari atas).
6. Guru-guru
dari Maastricht karangan Br. P.J.H. Ubachs. Buku ini berisi sejarah
Kongregasi FIC dari awal berdirinya (1840) sampai tahun 2000. Dalam buku ini
secara garis besar diterangkan sejarah setiap Provinsi FIC (Belanda, Chile,
Ghana, Indonesia, Malawi) dan perkembangannya.
7. Mendampingi
Peserta Didik Berdasarkan Sepuluh Keutamaan Br. Bernardus oleh Br. Frans
Sugi FIC (Ketua YPL). Booklet ini
sebagai Surat Gembala Ketua YPL yang berisi permenungan singkat tentang Sepuluh
Keutamaan Br. Bernardus Hoecken dalam rangka 60 tahun YPL berkarya. Booklet ini dikirimkan kepada semua guru/karyawan yang
berkarya di YPL pada awal 2015.
8. Alkitab
Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang diterbitkan oleh Lembaga
Alkitab Indonesia.
Marilah
Maju Bersama
Kita
sudah membasahkan diri di dalam proyek KEPANGUDILUHURAN. Ibaratnya orang yang menyeberang
sudah berada di tengah-tengah dan basah. Kita maju dan bekerja bersama. Peran
para Kepala Sekolah, Staf Manajemen, Guru-guru - khususnya guru Pendidikan
Agama Katolik dan Pengampu KEPANGUDILUHURAN menjadi motor lancarnya perjalanan KEPANGUDILUHURAN.
Teman-teman anggota tim penulis buku KEPANGUDILUHURAN secara otomatis menjadi
pendukung utama yang tidak dapat dilupakan.
Selamat Natal 2016 dan Tahun Baru 2017
*) Ketua
YPL Pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar