Senin, 20 Maret 2017

ARTIKEL 94 (Utama PL, Dinamika, Melongok, Jendela, YPL Menyapa)


UTAMA PL 
Guru Pembelajar, 
Penggerak Guru  untuk Belajar
Oleh : T.H. Hari Sucahyo

“Kalian harus belajar lebih rajin lagi ya…., supaya dapat nilai bagus.” Kalimat itu paling sering diucapkan guru kepada muridnya. Ketika nilai ulangan anak didik jelek, atau terlihat motivasi belajarnya menurun, tak ada kata yang tepat, selain berujar seperti itu. Tapi pernahkah, kita berpikir, suatu saat anak didik balik bicara,”Ibu/Bapak Guru, belajar lagi dong, biar ngajarnya oke!”
Sebagai guru kita mungkin tersenyum kecut, atau bahkan ada sedikit kesal di hati, ketika murid balik menasehati kita supaya mau belajar lagi. Kata-kata lugu dan polos dari seorang murid, jujur bermaksud baik, ibaratnya tamparan, namun mendarat amat dalam dan halus di lubuk seorang pendidik. Benarkah kita juga harus terus belajar?
Beberapa kemungkinan mengapa anak didik berani ‘menyuruh” gurunya belajar lagi. Pertama, guru ternyata tak mampu menguasai materi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Siswa yang cerdas dan kritis, langsung menangkap sinyal: Anda mengajar ‘mulai ngaco’ tak jelas apa yang diajarkan atau malah membingungkan mereka. Kedua, Anda menguasai materi ajar, tapi cara mengajar Anda tidak pas, tidak menarik, monoton, nggak keren, intinya siswa sulit ‘terkoneksi’ pada maksud yang ingin Anda sampaikan pada murid. Kedua gejala itu, menunjukkan ada yang ‘trouble’ pada diri Anda sebagai seorang pendidik. Intinya, ternyata guru pun harus terus belajar. Tak cukup merasa paling berkuasa untuk menasehati orang lain (murid) agar mau belajar, sementara dirinya justru malas belajar.
Seorang teman penulis pernah berkata, guru zaman sekarang cenderung terlena di dalam dirinya yang mogok untuk belajar lagi. Alasannya, sepintar-pintarnya murid, pasti tak bisa mengalahkan kepintaran gurunya, terutama tentang materi yang diajarkan saat itu.Jelas ini sebuah kekeliruan besar. Sekarang zamannya beda, lho. Dalam sejam saja anak bisa 10 kali lipat mendapatkan pengetahuan baru tentang sebuah materi/pengetahuan, sebaliknya guru justru terkesan alergi terhadap hal-hal baru di sekitarnya.
Untuk urusan belajar lagi, guru pun tak perlu egois dengan berlindung di balik senioritas atau prestasi belajar yang pernah dicapainya saat kuliah. Jangan bilang karena sudah mengabdi sekian tahun maka sudah pengalaman dalam mengajar. Atau karena materi yang disampaikan itu-itu saja sehingga seorang guru sudah dipandang begitu kompeten sehingga tidak mau untuk belajar lagi.
Tugas murid, siswa atau pelajar, adalah belajar. Sedangkan guru adalah sebagai pengajar. Namun sesungguhnya dunia guru juga adalah dunia belajar. Harus diingat, proses mendampingi peserta didik adalah proses belajar. Sekolah merupakan medan belajar, baik guru maupun peserta didik terpanggil untuk belajar. Guru terpanggil untuk bersedia belajar bagaimana mendampingi atau mengajar dengan baik dan menyenangkan, peserta didik terpanggil untuk menemukan cara belajar yang tepat.
Guru yang dicari para siswanya zaman sekarang adalah guru yang tanggap pada perkembangan zaman dan keilmuan yang diajarnya. Peka pada isu sosial dan lingkungan namun punya prinsip yang kokoh sehingga tegar dalam toleransi terhadap perbedaan. Singkatnya amat jelas, guru harus mutakhir dalam keilmuan. Banyak guru yang malas belajar, karena alasan tak punya waktu, sibuk, lelah dan merasa tak perlu menambah ilmu. Padahal cara belajar bagi seorang guru sangat beragam dan tidak sulit seperti bayangannya. Ada cara, ada strategi, dan banyak tips yang bisa dijalankan.
Murid-murid yang berani, cerdas, kritis adalah ladang belajar buat guru. Setiap hari guru bersama mereka. Selalu belajar dapat benar-benar berarti setiap hari belajar. Ya, belajar seperti anak muridnya. Mendalami kembali teori, melatih cara penyampaian, mengerjakan soal-soal, memeriksa kembali dari berbagai sumber yang fasih, dan menyiapkan bahan ajar dengan kata-kata paling sederhana dan alat dukung yang paling optimal.
Selalu belajar juga berarti pikiran serta hati yang terbuka: waspada terhadap kesalahan diri dan mau menerima hal-hal baru (walau tidak harus selalu setuju). Bersedia menerima kritik dan mau serta mampu mengevaluasi diri untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik setiap hari.
Mochtar Buchori, seorang pengamat pendidikan mengemukakan, banyak guru memiliki kewenangan formal sebagai guru profesional, akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan nyata untuk mendemonstrasikan profesionalismenya. Hal ini terbukti dengan hasil UKG (Uji Kompetensi Guru) tahun 2015 yang ditunjukkan ke hadapan para guru. Walaupun ada beberapa guru memperoleh hasil UKG yang tinggi bukanlah suatu jaminan penentu keberhasilan mutu lulusan, karena itu hanya sekelumit gambaran kemampuan para guru secara umum.
Melihat hasil rata-rata UKG guru, kita tidak perlu hanya mengkambinghitamkan guru, dalam mencari penyebab merosotnya nilai UKG, karena hal itu hanyalah akan menghabiskan waktu dan energi. Tidak juga para pakar pendidikan boleh seenaknya menghujat guru dalam acara-acara temu wicara di berbagai media. Namun lihatlah wajah Indonesia di depan sana, mari kita mencari solusi yang terbaik untuk membenahi segala sudut kekurangan yang kita temukan dalam dunia pendidikan kita.
Mochtar mengatakan, kesalahan konsep penguasaan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki seorang guru perlu dikoreksi. Ketika perkembangan ilmu masih lamban, seorang guru dapat dianggap telah menguasai suatu bidang ilmu bila menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi untuk saat ini, setelah terjadi ledakan ilmu pengetahuan, seseorang hanya dapat dikatakan menguasai bidang pengetahuan bila ia dapat terus-menerus belajar tanpa bantuan orang lain. Kemampuan ini, menurut Mochtar,  tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi harus dipupuk secara sistematis.
Jika guru malas belajar, maka yang terjadi adalah putra-putri bangsa ini mendapatkan ilmu yang ‘sudah basi’ karena di luar kelas sudah ada penemuan/konsensus terbaru. Zaman sekarang bagi guru-guru terbaik, menambah ilmu adalah sebuah keharusan, bahkan mendesak, tren, tuntutan dan kebutuhan untuk maju. Kemampuan eksplorasi dan pengembangan ilmu sangat penting untuk dapat memajukan sikap, pengetahuan dan keterampilan anak-anak negeri ini.
Ada beberapa alasan mengapa guru harus mau belajar lagi. Pertama, soal kurikulum. Kurikulum yang sering berubah. Kurikulum dibuat untuk memberikan batasan materi yang akan disampaikan. Kurikulum biasanya mengacu kondisi dan situasi sekarang ini dan memang sebisa mungkin sifatnya harus bisa menyesuaikan keadaan zaman sehingga nantinya bisa diterapkan di kehidupan nyata kelak oleh siswanya. Seorang Guru kalau tidak bisa menyesuaikan cara mengajarnya sesuai kurikulum yang dibuat oleh sekolah maka tidak menutup kemungkinan siswanya juga tidak bisa menyesuaikan keadaan zaman sekarang ini.
Kedua, soal strategi pembelajaran. Seorang Guru dituntut kreatif untuk bisa menyampaikan materi dalam berbagai penyampaian. Maka dari itu harus dibutuhkan strategi yang jitu supaya materi itu bisa sampai ke siswa. Karena kondisi kelas yang satu dengan yang lainnya pastilah berbeda karakteristiknya. Jadi jika seorang Guru tidak peka akan hal itu maka tidaklah mustahil mendapatkan hasil yang tidak maksimal dalam penyampaian materinya di kelas.
Ketiga soal penguasaan kelas. Materi akan lebih cepat sampai ke siswa ketika proses belajar di kelas berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat oleh masing-masing Guru. Hal itu ditandai dengan misalnya saat guru sedang mengajar suasana kelas menjadi terkendali namun tetap ada antusiasme di antara para siswa.     
 Keempat, mudah berbagi (sharing) dengan siswa. Siswa sekarang beda dengan siswa zaman dulu, di mana siswa sekarang lebih peka dan kritis dengan kondisi yang ada di sekitar mereka. Misalnya, ada seorang guru yang hanya membaca buku dalam menyampaikan di depan kelas, mereka akan berkata “ Wah gurunya saja hanya membaca materi, gimana saya bisa…?” atau gurunya hanya menyuruh salah satu siswa menulis di papan tulis; pastilah para siswa memandang guru tersebut kurang kompeten. Maka dari itu guru dituntut bisa share ilmu, karena tidak menutup kemungkinan siswa lebih tahu informasi materi seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi yang bisa diakses oleh siswa sekarang ini.
Kelima, soal model pembelajaran. Diakui atau tidak, metode mengajar dengan hanya mengandalkan papan tulis tidaklah cukup. Guru harus mahir membuat presentasi dengan aplikasi powerpoint dan aplikasi lainnya. Oleh karena itu bukan buku lagi yang ditenteng masuk ke kelas, melainkan laptop di mana di dalamnya sudah terisi perangkat pembelajaran untuk siswanya.
Keenam, soal teknologi internet. Begitu banyak ilmu yang dapat diakses oleh setiap orang (tidak menutup kemungkinan siswa), dan banyaknya jejaring sosial yang bisa digunakan untuk share dengan orang lain (tak terkecuali peserta didik) sehingga mereka dapat tahu dulu sebelum materi disampaikan gurunya. Oleh karena itu tatkala seorang guru tidak bisa mengakses ilmu-ilmu dari luar (internet) bisa saja kalah informasinya dengan siswanya sendiri.Menambah ilmu ibaratnya menambah napas kehidupan. Jangan sampai guru kehabisan ‘napas’ karena tak ada lagi pasokan ilmu pada dirinya. Soal ilmu, guru tak bisa lagi bersikap statis, tertutup, pasif, egois, dan sombong.
Singkatnya, banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk belajar, seperti setiap hari guru belajar dari praktik pembelajaran yang dilakukannya. Setiap hari guru belajar melalui interaksi dengan guru lain. Syukur-syukur kalau guru bersedia studi lanjut. Pokoknya guru tak boleh berhenti belajar dengan alasan apapun juga. Saat ia berhenti belajar, saat itu pulalah ia sebaiknya berhenti menjadi guru. 
   
 DINAMIKA
Menggagas Karya Ilmiah Matematika
bagi Siswa Sekolah Menengah
Oleh : Yakobus Dwi Wahyuono, S.Pd.*)

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, permasalahan dalam kehidupan sehari-hari semakin kompleks terutama dalam ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA).Untuk itu diperlukan perhitungan yang baik dalam menentukan jumlah yang dibutuhkan. Hal ini penting agar tidak ada sumber daya alam yang terbuang percuma. Di sinilah ilmu matematika sangat penting diterapkan sebagai suatu solusi pemecahan masalah nyata yang terjadi.
Sayangnya, hal di atas tidak mendapat respons yang baik oleh siswa dalam dunia pendidikan. Salah satu penyebabnya, mereka mempunyai pengalaman yang kurang baik dengan matematika. Di samping  itu, masyarakat memiliki persepsi kurang pas terhadap matematika. Sikap dan persepsi terhadap matematika tersebut muncul karena pemikiran yang kurang tepat terhadap matematika. Pemikiran itu diantaranya  : matematika memerlukan kecerdasan yang tinggi, matematika adalah ilmu berhitung, matematika hanya menggunakan otak, dalam mengerjakan soal, matematika yang paling penting adalah jawaban yang benar, kebenaran dalam matematika bersifat mutlak dan matematika tidak berguna dalam kehidupan nyata.
Selain faktor di atas, pembelajaran matematika di sekolah terutama dalam penyajian permasalahan matematika sering menggunakan bahasa yang cukup asing bagi siswa. Fakta tersebut menambah berat pemahaman mereka terhadap matematika. Proses abstraksi yang dipaksakan dengan kurangnya menyentuh masalah-masalah di sekitar kehidupan siswa semakin menambah daftar panjang penyebab keengganan siswa dalam belajar matematika. Hal itu semakin membenarkan anggapan bahwa matematika tidak berguna bagi kehidupan. Pembelajaran di kelas semakin tidak menarik karena guru hanya menyajikan lambang-lambang dan angka-angka. Kalaupun ada soal cerita,  permasalahan yang diangkat bukan permasalahan yang dekat dengan siswa melainkan hanya menyesuaikan yang ada di buku yang tidak tahu buatan siapa.  
Proses pembelajaran matematika yang terjadi saat ini juga cenderung terlalu kering, teoritis, kurang kontekstual, dan bersifat semu. Pembelajaran pun kurang bervariasi, sehingga mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari matematika lebih lanjut. Pengajaran matematika di sekolah terlalu bersifat formal sehingga matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda dengan apa yang mereka temukan di sekolah.
Untuk  menjawab permasalahan nyata yang real terjadi di masyarakat terutama yang membutuhkan perhitungan matematika sebagai solusi pemecahan dalam setiap masalah yang ada, perlu ditumbuhkan kompetensi keterampilan dalam bermatematika kepada siswa sejak dini. Hal ini akan membuat siswa menjadi lebih paham akan penggunaan matematika sebagai suatu alat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pemodelan Matematika
Salah satu jawaban dari masalah di atas adalah pemodelan matematika. Pemodelan matematika merupakan salah satu aktivitas matematika yang mempunyai kaitan yang sangat erat dalam dunia nyata. Tujuan adanya pemodelan matematika adalah sebagai suatu model atau solusi untuk menjawab masalah nyata. Pembelajaran menggunakan Pemodelan Matematika merupakan suatu terobosan di mana siswa dituntut dapat menentukan solusi dari permasalahan yang mereka ketahui, tentunya yang berhubungan dengan dunia nyata.
Apabila siswa dapat memodelkan suatu masalah matematika ada banyak hal yang di dapat di antaranya: (1) Siswa paham betul masalah yang sedang terjadi (2) Siswa mengetahui pemahaman apa saja yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika (3) Cara pikir mereka menjadi logis karena inti dari pemodelan matematika yaitu model yang mereka buat dapat menjawab masalah yang terjadi. (4) Pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.
Dari pemaparan di atas, kita menjadi lebih memahami betapa pentingnya pembelajaran menggunakan pemodelan matematika. Pemodelan matematika sebagai dasar untuk siswa dalam memahami pentingnya matematika bagi mereka. Pemodelan juga dapat dimaknai sebagai aplikasi matematika itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi siswa.

Pentingnya Karya Ilmiah bidang Matematika
Memang ada baiknya pembelajaran tidak hanya berhenti pada pemodelan saja. Pembelajaran matematika dapat dilanjutkan hingga menjadi suatu karya ilmiah siswa. Karya ilmiah merupakan suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Karya ilmiah ini dipercaya merupakan salah satu solusi dalam melakukan pembelajaran bermakna. Salah satu hasil pembelajaran yang bermakna adalah siswa dapat menemukan solusi dari permasalahan nyata yang ada di sekitar mereka.
Masih sedikitnya karya ilmiah terutama dalam bidang matematika dapat dijadikan alasan tepat untuk perlu menggagas langkah-langkah dalam pendampingannya bagi siswa.Dalam karya ilmiah bidang matematika siswa perlu berksperimen.Hal tersebut untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan mereka sekaligus menjawab bahwa matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. 
Selain itu ada beberapa dugaan mengapa karya ilmiah terutama dalam bidang matematika sepi. Salah satunya adalah kurangnya kemampuan guru dalam mengajarkan pada siswa untuk membuat hasil karya seperti karya ilmiah.Hal ini menyebabkan karya ilmiah bidang matematika dianggap sulit bagi siswa.
Hasil dari LIPI/Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Pikiran Rakyat Online, 2012) menunjukkan hasil karya ilmiah guru SMP terutama dalam bidang matematika berjumlah 5 karya. Jika dibandingkan dengan Jepang (Murni Ramli, 2012) sebagian besar sekolah-sekolah di Jepang sudah menerapkan pembelajaran berbasis riset sehingga guru dan siswa sebagai motor utama dalam pengembangan riset sudah dibekali dengan kemampuan dasar dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam melakukan riset penelitian dan menghasilkan sebuah karya ilmiah. Sedangkan di Indonesia sekolah yang sudah menobatkan diri sebagai sekolah riset baru SMA 6 Yogyakarta.
Ke depannya guru-guru di Indonesia dituntut untuk dapat membuat karya ilmiah dalam bidang matematika (Marjiyem, 2015) sehingga dengan pengalaman itu siswa juga dapat diajarkan bagaimana membuat karya ilmiah.
Masalah yang kemudian muncul adalah bagaimana melakukan pendekatan ke siswa untuk membuat karya ilmiah ? Bagaimana membuat dinamika dan menjalankan dinamika dalam membuat karya ilmiah bagi siswa sekolah menengah?

Langkah-langkah
Tahap 1. Penyesuaian
Bentuk kegiatannya : (1) Siswa diajak menemukan permasalahan pada lingkungan sekitar. Siswa diajak ke luar kelas dan melihat langsung kemungkinan-kemungkinan fenomena dunia nyata atau siswa dipancing dengan gambar-gambar atau foto-foto yang sudah disiapkan. Selain itu media lain seperti tayangan video, atau berita di surat kabar pun dapat digunakan sebagai sarana siswa merumuskan pertanyaan atau permasalahan. (2) Siswa diajak menuliskan sebanyak mungkin pernyataan yang dapat ditangkap oleh indra mereka dan difokuskan pernyataan yang berkaitan dengan matematika. (3) Siswa diajak mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan dari fenomena yang mereka hadapi yang dapat ditangkap oleh indra. (4)  Siswa diajak mengungkapkan pernyataan dan mengajukan pertanyaan bukan hanya yang dapat dilihat oleh mata tapi dapat juga dikombinasikan dengan pengalaman mereka.
Pada setiap akhir pertemuan, apa yang mereka dapatkan didiskusikan bersama teman dalam kelompok dan juga dalam satu kelas, guna melihat sejauh mana kreativitas mereka dalam melihat dan merumuskan pertanyaan.

Tahap 2. Merumuskan Masalah
Tahap ini dimaksudkan untuk membuat pertanyaan-pertanyaan ataupun permasalahan yang diperoleh pada tahap pertama semakin mengerucut pada suatu permasalahan yang nantinya akan diselesaikan. Tahap inipun bukan hanya satu kali pertemuan. Pada tahap ini pendampingan guru sangat penting agar siswa dapat mengerucutkan pada permasalahan yang kompleks dan memerlukan langkah lanjut untuk penyelesaiannya.
Bentuk kegiatannya : (1)  Dari pertanyaan –pertanyaan yang muncul siswa diajak memilah pertanyaan mana yang ada kaitannya dengan matematika atau dapat diselesaikan secara matematika. (2) Siswa diajak memilih permasalahan dan merumuskan masalah yang akan difokuskan untuk dicari jawabannya.
Pada setiap akhir pertemuan dimungkinkan pula dilakukan diskusi untuk dapat lebih mendalami permasalahan yang akan diselesaikan, alat-alat matematika apa yang diperlukan yang tentu saja disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Tahap 3. Merencanakan kegiatan menjawab-menyelesaikan permasalahan
Pada tahap ini siswa diajak menentukan langkah-langkah penyelesaian masalah, menentukan alat-alat matematika yang diperlukan, waktu pelaksanaan kegiatan jika memerlukan suatu percobaan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pendampingan guru di sini diperlukan untuk memberi pengetahuan tentang alat-alat matematika yang diperlukan untuk menjawab permasalahan.
Bentuk kegiatannya: (1) Siswa diajak untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan solusi dari masalah yang sudah ditentukan pada langkah sebelumnya. (2) Siswa diajak membuat perencanaan bagaimana menjawab permasalahan yang ada.

Tahap 4. Melaksanakan kegiatan menjawab atau menyelesaikan masalah
Pada tahap ini siswa melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan. Bentuk kegiatannya (1) Siswa diajak melaksanakan rancangan kegiatan yang sudah mereka rencanakan. (2) Siswa mencatat semua hasil (sebagai data) pengamatan selama melaksanakan kegiatan.

Tahap 5. Menyusun Laporan
Tahap ini dilakukan untuk memberi kesempatan siswa membuat laporan, yang tentu saja sedikit diberi pengantar tentang macam-macam laporan yang dapat mereka sajikan, setelah itu siswa diberi kebebasan untuk memilih model laporan seperti apa yang akan mereka buat.
Bentuk kegiatannya : (1) Siswa diajak mengolah data yang mereka peroleh. (2)
Siswa diajak menganalisis hasil olah data. (2) Siswa diajak membuat kesimpulan dari hasil olah data tersebut. (3) Siswa diajak membuat laporan dari semua rangkaian kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari siswa : (1) Siswa dapat merumuskan masalah berupa pertanyaan dari masalah nyata yang mereka lihat ataupun masalah yang sudah disajikan dalam bentuk gambar atau foto, video, alam sekitar, berita surat kabar (2) Siswa dapat menemukan kemungkinan-kemungkinan langkah dari kegiatan yang akan direncanakan untuk menjawab permasalahan yang ada. (3) Siswa dapat membuat rencana kegiatan untuk menjawab permasalahan yang ada. (4) Siswa dapat melaksanakan kegiatan yang sudah dirancang.(5) Siswa dapat mengolah hasil kegiatan dan melaporkannya.
            Gagasan ini bukan membatasi kreativitas guru. Minimal yang diharapkan guru mempunyai acuan dasar untuk mendampingi siswa dalam membuat karya ilmiah bidang matematika yang masih langka. Hasil merupakan dinamika dari pendampingan guru sendiri.
Selamat mencoba
*) Guru Matematika SMP Pangudi Luhur Srumbung
 
Melongok

Ekstrakurikuler Berbasis Sekolah
Seperti kita ketahui, semua sekolah selain mengembangkan kegiatan kurikuler juga mengembangkan ekstrakurikuler. Hanya saja tidak semua sekolah memberi perhatian yang lebih pada kegiatan ini. Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan sumber daya manusia, biaya, atau pun sarana-prasarana.
Kegiatan ekstrakurikuler berbasis sekolah merupakan pelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran biasa. Kegiatan ini dilaksanakan sore bagi sekolah yang masuk pagi dan diadakan pagi bagi sekolah yang masuk sore. Kegiatan ekstrakurikuler  diselenggarakan  untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran atau minat-bakat yang dimiliki oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, kepramukaan, dan berbagai keterampilan.

Prinsip-Prinsip
Prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler berbasis sekolah, menurut Narmoatmojo (2009), adalah (1) Individual, yaitu sesuai potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing; (2) Pilihan, yaitu sesuai  keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik; (3) Keterlibatan aktif, yaitu menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh; (4) Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik; (5) Etos Kerja, yaitu membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil; (6) Kemanfaatan Sosial, yaitu dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

SMA Selamat Pagi Indonesia
            Salah satu sekolah yang patut kita longok adalah SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI), yang berada di Jalan Pandanrejo 2, Bumiaji, Batu, Malang, Jawa Timur. Sekolah ini mem-fokus-kan pembekalan untuk peserta didiknya menjadi enterpreneur.
SMA SPI memakai kurikulum umum. Meski demikian, siswa sebanyak mungkin tidak belajar di kelas. Bagi mereka, kelas akan memenjarakan imajinasi dan kreativitas siswa. Mereka banyak belajar di kebun atau pendopo di lingkungan sekolah.
Sekolah ini menyediakan fasilitas dan pendidikan kecakapan hidup (life skills) dan enterpreneurship dalam 12 divisi usaha antara lain: pertanian, tanam-menanam;     peternakan kelinci, kambing, ayam, burung;     perikanan: ikan lele, ikan nila, dan jenis ikan lain; restoran; air isi ulang; pemasaran; merchandise: jual suvenir dan oleh-oleh;     outbound; event organizer (EO); tour & travel; perhotelan: penginapan. Untuk keperluan praktik life skills dan enterpreneurship yang dipelajari, SMA SPI mendirikan laboratorium bernama Kampoeng Succezz dan Kampoeng Kidz.
Yang luar biasa dari sekolah ini adalah anak-anak yang lulus dari SMA SPI siap menjadi enterprener muda sesuai bidang keahlian yang mereka pelajari selama di sekolah. Mereka mampu menjalankan berbagai bidang usaha seperti EO, tour & travel, pertanian, dan lain-lain.
Bagaimana dengan sekolah-sekolah Pangudi Luhur? Mari kita lihat beberapa sekolah, untuk mengetahui bidang-bidang ekstra yang ada dan yang menjadi unggulannya.

SMP PL Wedi
            Berdasarkan hasil wawancara singkat lewat messenger dengan Bruder Yus Sonoseputro FIC, bidang-bidang ekstra yang dikembangkan di SMP PL Wedi antara lain:  olahraga (futsal, basket, sepak bola) dan bidang seni (band, biola, keyboard, gitar, tari dan karawitan). Sampai saat ini SMP PL Wedi belum memiliki ekstra unggulan.

SMP PL Sedayu
            Menurut Ag Budi Susanto, ekstra yang dikembangkan di SMP PL Sedayu  adalah pramuka, jurnalistik, band, tari taekwondo, dan futsal. Ekstra yang menjadi unggulan di sekolah ini belum ada.

SMP PL St Yusuf Mijen
            Ekstra yang dikembangkan di sekolah ini antara lain untuk bidang seni: band, karawitan, paduan suara, tari Jawa. Bidang olah raga: basket, dan untuk ekstra wajib adalah pembinaan iman Katolik-Kristen dan pramuka.

SD PL Sedayu
            Ekstrakurikuler yang menjadi andalan di SD PL Sedayu adalah karawitan. Ekstra wajib yang diikuti siswa kelas III hingga kelas VI ini hampir setiap tahun mengukir prestasi. Hal ini dibuktikan dengan dua penghargaan selama dua tahun berturut-turut pada Parade Gamelan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.  Tahun 2015, Tim karawitan SD PL Sedayu mendapat penghargaan sebagai penabuh terbaik, tahun 2016 mendapat penghargaan sebagai penampil berbakat.
Selain nguru-uri budaya, anak-anak juga diajak mencintai budaya Jawa di tengah maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Walaupun menyita waktu disaat mengikuti festival, namun semangat anak-anak untuk belajar dan berlatih tetap tinggi.

SMA St Lukas Pemalang
            Berdasarkan data dari http://smaplsantolukas.blogspot.co.id/p/kurikulum.html, SMA PL St Lukas Pemalang menyelenggarakan kegiatan vokasional atau keterampilan dan ekstrakurikuler.  Vokasional/keterampilan yaitu kegiatan yang disiapkan untuk memberi bekal kepada siswa agar menjadi terampil kreatif. Kegiatan tersebut meliputi kecantikan, elektronika dan komputer akuntansi. Semua program kegiatan tersebut  diperuntukkan bagi peserta didik semua jurusan, dan diampu oleh guru yang berkompeten di bidangnya. Untuk esktra kurikuler yang diselenggarakan di sekolah ini antara lain basket, bola voli, musik, dan pramuka.     

Orientasi hobi dan minat
Jika kita cermati, penyelenggaraan ekstra kurikuler di beberapa sekolah Pangudi Luhur masih berorientasi pada hobi dan minat bakat. Belum secara khusus memberikan bekal kepada anak-anak dengan keterampilan yang siap pakai atau enterpreneur seperti halnya di SMA SPI.
Bertolak dari pengalaman di SPI, sekolah-sekolah Pangudi Luhur sudah saatnya memberikan pendidikan vokasional pada peserta didik yaitu pendidikan yang menggabungkan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Pendidikan ini akan sangat cocok diterapkan di beberapa sekolah yang sebagian lulusannya tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan bekal pendidikan vokasi yang sesuai kearifan lokal, diharapkan peserta didik bisa memiliki keterampilan yang cukup. Dengan demikian mereka siap bersaing di masyarakat karena memiliki keterampilan yang memadai.
                                                                                                (F. Rudy D. Wibawa)

YPL Menyapa

Pembelajaran Kepangudiluhuran, kini

Oleh : Br. Frans Sugi FIC *)
Para Pendiri Kongregasi FIC, Ludovicus Rutten dan Bernardus Hoecken, mendirikan Kongregasi Bruder FIC pada 1840 di Belanda untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang muda dalam bidang pendidikan dan pengajaran serta pendampingan kristiani. Para bruder ditugaskan untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak agar mereka semakin menjadi manusia yang lebih baik. Di Indonesia karya pelayanan pendidikan dan pengajaran ini secara khusus dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur.
Dalam melaksanakan tugas penggembalaannya, YPL merumuskan Visi-Misi. Visi-Misi ini sebagai pedoman YPL melaksanakan tugasnya. Salah satu kata kunci dalam visi misi YPL adalah ‘unggul.’ Salah satu keunggulan yang hendak dicapai oleh YPL dalam pendidikan dan pengajaran ini adalah warga besar YPL disemangati, dijiwai keutamaan-keutamaan yang diwariskan oleh para Pendiri FIC seperti dirumuskan dan kita kenal : Sepuluh Keutamaan Pangudi Luhur. Inilah Sepuluh Nilai atau Keutamaan tersebut: Rendah Hati; Teladan Baik; Mencintai Para Bruder; Saleh; Sikap Bijaksana; Lembut Hati; Tabah Hati; Kebijaksanaan dan Berpengetahuan; Semangat dan Keteguhan Hati; Percaya kepada Tuhan.
Kita dapat membayangkan alangkah indahnya apabila para lulusan sekolah-sekolah yang dikelola oleh YPL mempunyai karakter khas sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan dan dihidupi oleh Para Pendiri Kongregasi tersebut. Inilah idealisme yang hendak kita raih.

Cara
Bagaimana mengenalkan kepada para siswa tentang nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut? Dengan kata lain bagaimanakah nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan tersebut juga dihidupi atau menjadi milik para peserta didik yang belajar di sekolah-sekolah Yayasan Pangudi Luhur? Jawabannya menjadi jelas bahwa harus ada bahan tertulis (buku) yang dapat dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah. Tentu saja bukan hanya anak-anak, tetapi semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran (pendidik dan tenaga kependidikan) harus menjiwai dan atau terjiwai oleh keutamaan-keutamaan tersebut.
Untuk memudahkan pencapaian cita-cita tersebut dirumuskan secara konkret tujuan pembelajaran KEPANGUDILUHURAN sebagai berikut:
  1. menumbuhkan sikap batin peserta didik agar mampu melihat kebaikan Tuhan       dalam diri sendiri, sesama, dan lingkungan hidupnya, sehingga mereka memiliki kepedulian sosial dalam hidup bermasyarakat.
2.      membantu peserta didik menemukan dan mewujudkan nilai-nilai universal yang diperjuangkan semua orang beriman.
Dua tujuan tersebut dalam pencapaiannya selalu bercermin pada hidup para Pendiri Kongregasi Para Bruder FIC, yaitu Ludovicus Rutten dan Bruder Bernardus Hoecken seperti dirumuskan dalam butir-butir Sepuluh Keutamaan.

Butir-butir keutamaan tersebut dijabarkan ke dalam tema-tema pembelajaran, sehingga siap saji sebagai bahan ajar bagi para siswa. Untuk kebutuhan tersebut ditulislah buku-buku pelajaran untuk seluruh jenjang dari KB/TK; SD; SMP; SMA/SMK. Di samping disusun buku murid, Tim Penulis Buku Kepangudiluhuran juga menyusun Buku Guru.
Seri buku-buku KEPANGUDILUHURAN ini diharapkan mampu dijadikan sebagai sarana untuk membantu peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan di sekolah-sekolah Yayasan Pangudi Luhur agar memahami, mendalami, dan menghayati keutamaan-keutamaan para Pendiri Kongregasi Para Bruder FIC.

Proses Pembelajaran
Pada tahun ajaran 2011/2012 telah diberlakukan secara menyeluruh pembelajaran KEPANGUDILUHURAN di sekolah-sekolah Pangudi Luhur. Sebagai bahan atau sumber pembelajaran pokok adalah buku murid dan buku guru pelajaran Kepangudiluhuran sesuai dengan tingkatan kelas masing-masing. Tentu saja buku-buku referensi sangat membantu guru dalam memperluas cakrawala pembelajaran KEPANGUDILUHURAN (lihat di bagian akhir tulisan ini).
Pada awalnya proses terjadinya pembelajaran KEPANGUDILUHURAN lebih diserahkan kepada kebijakan sekolah masing-masing. Waktu berjalan kurang lebih 2 tahun. Dibuatlah pertanyaan evaluasi terhadap pembelajaran KEPANGUDILUHURAN. Terlebih masukan berupa harapan untuk menulis buku guru yang akan dijadikan pegangan guru pengampu KEPANGUDILUHURAN di sekolah. Di samping itu, dari evaluasi juga diketahui bagaimana pembelajaran KEPANGUDILUHURAN terjadi atau tidak terjadi pembelajaran tersebut di lapangan. Ada yang secara resmi KEPANGUDILUHURAN menjadi mata pelajaran mandiri; ada yang dijadikan bahan pengayaan dalam proses Bimbingan Konseling; ada yang menjadi bagian dari Pendidikan Agama Katolik; ada yang dijadikan bahan rekoleksi.
Setiap kali berlangsung rapat kerja pada awal tahun ajaran, selalu disegarkan tentang semangat KEPANGUDILUHURAN ini. Baik itu pada rapat kerja para Kepala Sekolah dan Stafnya, maupun pada waktu rapat kerja bersama seluruh guru-karyawan YPL. Dengan demikian dikandung maksud bahwa semangat Sepuluh Keutamaan Bernardus ini dari hari ke hari semakin menjadi milik seluruh warga Pangudi Luhur, seperti dicita-citakan semula.

Evaluasi
Pada rapat kerja awal tahun ajaran 2015/2016 dipastikan bahwa mata pembelajaran KEPANGUDILUHURAN harus diikutkan dalam tes Pendidikan Agama Katolik (PAK). Dari keseluruhan soal PAK harus terdiri dari 80% soal PAK dan 20% soal KEPANGUDILUHURAN. Persoalan ini juga telah disampaikan pada kesempatan  Temu Guru-Guru PAK di kantor YPL Pusat. Untuk meyakinkan apa yang sungguh terjadi di lapangan, maka dalam surat 18 Agustus 2016 YPL meminta daftar pengampu KEPANGUDILUHURAN dan kelas yang diampunya serta kumpulan soal-soal PAK Semester Genap 2015/2016. Jawaban dan tanggapan surat agar dikembalikan ke YPL pada 31 Agustus 2016. Sampai pada waktunya ada beberapa respon dari sekolah-sekolah. Kemudian diingatkan kembali, baik dengan telepon maupun diulangi lagi dengan faksimile serta email. Sampai dengan tes semester gasal 2016/2017 tanggapan dari unit kerja kurang menggembirakan.

Di mana hartamu di situ hatimu
Ada ungkapan ‘di mana hartamu di situ hatimu’ yang berarti perhatian seseorang akan tertuju kepada barang atau hal yang menjadi fokus perhatiannya. Dari jumlah tanggapan yang masuk ke YPL terasa sekali bahwa KEPANGUDILUHURAN belum sungguh menjadi harta di hati kita. Ada 2 unit kerja SD yang membuat soal terdiri dari 2 paket yang berdiri sendiri. Artinya ada 1 soal paket PAK dan 1 soal KEPANGUDILUHURAN. Dari paket soal yang dikembalikan, sebagian besar dari kita tidak membuat soal KEPANGUDILUHURAN di dalam paket soal PAK. Di sinilah menjadi jelas bagi kita bahwa pembelajaran KEPANGUDILUHURAN belum terjadi di sebagian besar sekolah-sekolah Pangudi Luhur.
Kini Buku Guru sudah siap 75% untuk digunakan. Pada waktunya Br. Frans Sugi, Ketua YPL, akan bertemu para guru pengampu KEPANGUDILUHURAN di unit kerja untuk menyapa mereka.

Buku-buku sumber
Tim penulis buku KEPANGUDILUHURAN dalam menulis Buku Murid maupun Buku Guru menggunakan sumber-sumber pokok seperti dituliskan di bawah ini. Tentu saja buku-buku sumber inspirasinya tidak hanya terbatas pada buku-buku yang terdaftar ini.  Para guru pengampu KEPANGUDILUHURAN sangatlah dianjurkan untuk membaca buku-buku tersebut. Dengan demikian wawasan pengetahuan mereka tentang KEPANGUDILUHURAN akan semakin diperluas.
1. Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda (1994) oleh Br. Bernardus Hoecken. Buku ini berisi Sepuluh Keutamaan (Rendah Hati; Teladan Baik; Mencintai Para Bruder; Saleh; Sikap Bijaksana; Lembut Hati; Tabah Hati; Kebijaksanaan dan Berpengetahuan; Semangat dan Keteguhan Hati; Percaya kepada Tuhan) yang diwariskan oleh Br. Bernardus Hoecken kepada para Bruder FIC.
2. Ludovicus Rutten & Bernardus Hoecken: Para Pendiri Kongregasi Bruder FIC yang disunting oleh Br. Frans Sugi FIC. Buku ini berisi riwayat Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken sebagai pendiri dan co-pendiri Kongregasi Bruder FIC.
3. Bagaikan Biji Sesawi yang ditulis oleh Br. Kees Kappe FIC. Buku ini berisi riwayat singkat Kongregasi Bruder FIC di Belanda antara tahun 1840 - 1890.
4. Membawa Barang ke Kesilir yang disusun oleh Br. William Kets FIC. Buku ini berisi kisah-kisah nyata yang dialami para Bruder FIC pada waktu mengalami tawanan di Kesilir Jawa Timur pada masa penjajahan Jepang.
5. Donum Desursum: Kongregasi FIC di Indonesia 1920-1980 oleh Br. Joachim van der Linden FIC. Buku ini berisi perjalanan Kongregasi FIC di Indonesia dari tahun 1920-1980. Br. Joachim menuliskannya secara sangat rinci. (Donum Desursum berarti anugerah dari atas).
6. Guru-guru dari Maastricht karangan Br. P.J.H. Ubachs. Buku ini berisi sejarah Kongregasi FIC dari awal berdirinya (1840) sampai tahun 2000. Dalam buku ini secara garis besar diterangkan sejarah setiap Provinsi FIC (Belanda, Chile, Ghana, Indonesia, Malawi) dan perkembangannya. 
7. Mendampingi Peserta Didik Berdasarkan Sepuluh Keutamaan Br. Bernardus oleh Br. Frans Sugi FIC (Ketua YPL). Booklet ini sebagai Surat Gembala Ketua YPL yang berisi permenungan singkat tentang Sepuluh Keutamaan Br. Bernardus Hoecken dalam rangka 60 tahun YPL berkarya. Booklet ini  dikirimkan kepada semua guru/karyawan yang berkarya di YPL pada awal 2015.
8. Alkitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.

Marilah Maju Bersama
Kita sudah membasahkan diri di dalam proyek KEPANGUDILUHURAN. Ibaratnya orang yang menyeberang sudah berada di tengah-tengah dan basah. Kita maju dan bekerja bersama. Peran para Kepala Sekolah, Staf Manajemen, Guru-guru - khususnya guru Pendidikan Agama Katolik dan Pengampu KEPANGUDILUHURAN menjadi motor lancarnya perjalanan KEPANGUDILUHURAN. Teman-teman anggota tim penulis buku KEPANGUDILUHURAN secara otomatis menjadi pendukung utama yang tidak dapat dilupakan.
Selamat Natal 2016 dan Tahun Baru 2017 
*) Ketua YPL Pusat
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar